Bab 7. Nasib Caroline

1311 Kata
Kerajaan Hazelmuth memiliki wilayah yang sangat luas dari pada kerajaan lainnya berkat kegigihan dua bangsawan yang sebagai penopang kejayaan. Sampai saat ini, kedua bangsawan itu selalu memberikan tameng cukup memuaskan untuk melebarkan sayap kekuasaan. Banyak yang mengira, Kerajaan Hazelmuth diberkahi oleh para dewa. Karena setiap langkah yang dilakukan oleh dua jenderal itu selalu saja menghasilkan kemenangan. Namun sayangnya, ada sesuatu yang membuat Kerajaan itu dibenci oleh kerajaan lainnya adalah karena sistem hukum yang dipakai, termasuk sistem hukum b***k. b***k dari kerajaan lain tetap diklaim sebagai musuh, meskipun naik pangkat dan bersekutu dengan kerajaan itu. Banyak para b***k yang berakhir mengenaskan, termasuk b***k perempuan. Kebanyakan b***k perempuan dijadikan gundik tanpa ada status pernikahan. Status gundik di mata semua orang tanpa ada tali pernikahan adalah status rendah. Keturunan dari gundik tidak menghilangkan status dari b***k yang dimiliki. Banyak dari keturunan gundik mati mengenaskan karena tidak di akui. Untuk b***k pria, terkadang dari mereka di pekerjakan paksa di pertambangan emas, batu bara dan perak. Ada juga yang dijadikan prajurit dengan menggunakan sumpah Kerajaan Hazelmuth. Para b***k pria dilarang menikah dan hanya mendedikasikan diri mereka hanya untuk kerajaan. Jika berkhianat, maka mereka akan digantung hidup-hidup di tengah ibu kota. Dan sekarang, nasib Caroline yang diklaim menjadi b***k tidak bisa berkutik sama sekali. Ketika pria itu membawanya masuk ke dalam sel penjara, aroma anyir dan bekas darah di setiap sudut ruangan tercium jelas. Rasanya gadis itu ingin muntah detik itu juga, tapi ditahannya. Semakin ia masuk, bau menyengat itu pun semakin menusuk hidung. Saat melewati lorong demi lorong, ia menginjak beberapa tulang manusia yang tercecer di tanah. Sungguh ironis, sel yang tak terawat seperti gua membuatnya bergidik ngeri dicampur merinding. “Apakah kau akan mengurungku di sini?” Caroline melihat beberapa b***k yang diseret dengan paksa. Dan kegiatan mereka berhenti saat melihat pria yang bersamanya. Mata para prajurit itu memandang Caroline seolah ingin memakannya hidup-hidup. Keith pun menghentikan langkahnya, menyebarkan aura-aura permusuhan. Jubah merah yang bernoda darah itu langsung dilepas, untuk menutupi tubuh gadis itu. “Jangan bersuara atau bertanya. Kalau sudah sampai, kau baru bertanya.” Perut Caroline semakin terkoyak mencium aroma darah segar itu. Tangannya tanpa sadar ingin melepas jubah yang menutupi seluruh tubuhnya. Tapi, pria yang bersama dirinya malah merangkul begitu erat. “Jika kau melepasnya, aku akan menghukum mu.” Deg Tubuh Caroline membeku ditempat, merasa merinding sampai ke tulang-tulangnya. Mereka terus berjalan entah beberapa langkah lagi, ia tak tahu sama sekali. “Salam Jenderal,” kata seseorang yang tidka diketahui Caroline. “b***k itu perlu di cap sebagai kepemilikan dari kerajaan. “Dia milikku, kau tak perlu mengecapnya.” Keith melangkahkan kaki kembali, melewati penjaga yang sedang membawa cap di tangannya. Tidka lama kemudian, pria itu melepas jubahnya. “Mulai sekarang ini adalah tempatmu.” Caroline terdiam, menatap sel yang jauh dari sel lainnya. “Aku akan berkunjung, jika di perlukan.” Keith hendak pergi, tapi tangannya di cekal oleh Caroline. “Aku tak mau tinggal di sini?” Bayangkan saja, sel yang ada dihadapannya bukanlah sel, melainkan ruangan tersembunyi yang sengaja khusus untuk b***k pilihan. “Jangan membuatku mengulang perkataan kedua kalinya.” Keith mendorong masuk ke dalam ruangan dengan paksa dan segera menguncinya. “Hey... ini namanya pemaksaan. Keluarkan aku!” Caroline memukul pintu besi itu berulang kali, tapi Keith malah meninggalkan begitu saja. Gadis itu pun mengambil nafas sedalam-dalamnya, balik badan menatap seluruh penjuru ruangan. Ada ranjang yang sederhana, dan perabotan lainnya. Kalau ditempatnya tinggal, ruangan itu seperti kost anak muda. “Sebenarnya, tempat seperti apa yang aku datangi ini?” Caroline menghela nafas panjang sekali, menatap jendela kecil, sebesar dua kali bola. Bulan yang tampak bersinar itu menerobos masuk ke dalam ruangan tersebut. Gadis itu mengeluarkan semua isi tasnya, mengambil ponsel untuk melihat apa ada sinyal. Tapi sayangnya ponsel itu malah mati. “Huh... persiapanku sangat kurang.” Disisi lain, seorang pria sedang duduk bersama seseorang di gazebo sebuah taman. Keith yang telah keluar dari penjara para b***k, berjalan menuju ke arahnya. Pria itu melambaikan tangan dengan gembira. Kemari lah...! Aku yakin kalau kau lelah!” Oang yang bersama pria itu hanya mendengus kesal, membuang muka ke arah lain. “Ayolah Derich... sampai kapan kalian akan menjadi musuh?” “Hormat kepada raja.” Keith memberikan salam sesuai aturan kerajaan. “Kau tak perlu sungkan. Duduklah...” Sang raja berdiri, merangkul Keith yang masih menggunakan baju perangnya. “bau darah yang menyengat. Seperti biasa, kau tak memiliki kesopanan saat bertemu raja,” sindir orang itu terus terang. Keith hanya acuh, duduk atas perintah raja itu. “Hais... aku tak suka melihat kalian berdebat seperti ini.” Pria yang berstatus raja itu pura-pura merajuk. “Derich, Keith..., sepertinya aku harus menghapus status kalian.” “Eugine!” teriak kedua jenderal itu bersama-sama. Tawa Eugine pecah seketika karena sukses membuat mereka memanggil namanya. Bagi bangsawan, status jenderal adalah suatu kehormatan. Apalagi keluarga mereka turun temurun menyandang status jenderal. “Aku hanya bercanda.” Tangan Eugine mengambil buah anggur yang ada di atas meja. Pemandangan itu sangat luar biasa bagi para pelayan yang tak jauh dari mereka. Seorang raja muda, yang memiliki kehangatan diwajahnya. Kewibawaan yang di miliki sukses membuat kaum hawa meleleh. Sayang sekali, Eugine tidak memiliki selir atau ratu. Mereka para pelayan hanya berlomba-lomba untuk mendapatkan status itu. Setiap kali Eugine ingin bermalam dengan seorang gadis, maka gadis itu hanya akan berakhir di lantai dengan darah yang menggenang. Karena baginya, barang yang rusak tidak cantik lagi. Nah, pindah ke jenderal nomor dua berpangkat perak yang merupakan keturunan Isaac. Dia juga terlihat sangat menawan. Wajahnya bagaikan giok putih, layaknya wanita. Ketampanannya sungguh luar biasa karena itu dia di juluki playboy ulung. Banyak para gadis dan wanita yang memujanya. Dimana pun Derich berada, disitulah kerumunan gadis berkumpul. Tapi sayangnya, dibalik kelembutan yang dimiliki, dia bersifat sangat buruk. Apapun yang tidak sesuai kehendaknya, maka akan hancur ditangan. “Aku dengar kau membawa seorang budak.” Eugine sudah mendapatkan kabar dari bawahannya bahwa Keith menaruh b***k di tempat spesial. “Kau selalu saja mendapatkan kabar cukup akurat.” Keith melipat kedua tangannya. “Dia akan menjadi b***k keluargaku.” Eugine tersenyum, sepertinya Keith begitu tertarik dengan b***k yang didapatnya. “Dulu keluargamu juga membawa b***k lain ke kediaman,” kata Derich dengan wajah santainya. “Sepertinya, sejarah akan terulang kembali. b***k yang dihargai lama-kelamaan akan menggigit majikannya,” sambung Derich lagi. “Kau terlalu ikut campur, Der. Statusmu sebagai jenderal perak lebih rendah dariku tak pantas memberikan pendapat.” Mulai lagi, Eugine sangat tak suka jika mereka bertengkar seperti itu. Semua ini terjadi semenjak kedua orang yang ada di hadapannya di angkat menjadi jenderal. “Meskipun begitu, keluargaku adalah bangsawan yang memiliki salah satu tambang terbesar.” Iya, Bangsawan Isaac melebarkan sayapnya ke tambang emas, sehingga mereka dijuluki sebagai raja emas. Ketika Keith ingin mengeluarkan suara lagi, Eugine menggebrak meja cukup keras. “Aku mengundang kalian kesini bukan untuk berdebat!” Keduanya terlihat acuh, menoleh ke arah lain. Eugine semakin pusing dibuatnya. “Untuk b***k yang telah kau pilih, terserah dirimu, Keith. Dan kau Derich, tingkatkan prestasimu agar sejajar dengan Keith.” Wajah Keith terlihat senang, tapi wajah Derich sangat busuk. Pria itu mengepal tangannya cukup kuat karena perbedaan pangkat yang dimilikinya. Sejauh dia mencoba melampaui Keith, namun pria itu malah terbang tinggi hingga sulit diraih. “Aku pergi...” Derich bangkit dari kursinya. “Aku akan menunggu ditempat biasa.” Terlihat jelas kalau dia sedang marah. “Sepertinya aku salah bicara,” kata Eugine merasa bersalah. “Itu fakta.” Keith tersenyum tipis, menatap punggung lurus milik Derich yang mulai menghilang. Memang kenyataan bahwa keluarga mereka bersaing sejak jaman dahulu. Jadi, Keith tak akan memungkirinya. “Keith, bagaimana rupa dari b***k itu?” celetuk Eugine tiba-tiba dihadiahi pelototan oleh Keith. Suasana pun menjadi hening karena pandangan Keith yang menusuk dan tajam itu. Eugine tersenyum tanpa bersalah di depannya. Aku tak akan membiarkan kau melihat wajahnya, batin Keith dengan wajah gelapnya. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN