Cerita dibalik Hujan

1282 Kata
Gerimis di pagi hari mengundang senyuman di wajah Cornelis. Kemarau panjang akhirnya berakhir juga. Kebunnya akan tumbuh subur dan panennya semakin banyak.Tapi bagi Ajeng hujan adalah ketakutan terbesar dalam hidupnya. Dia teringat masa lalunya yang kelam. Dimana saat itu Ajeng diperkosa dan seluruh keluarganya dibunuh satu persatu di hadapannya. Saat itu hujan deras. Tangisan dan jeritannya tak terdengar oleh para tetangga karena jarak rumahnya sangat jauh dari pemukiman warga. Mereka tinggal agak jauh di dalam hutan. Sampai saat ini Ajeng tidak tau siapa orang-orang jahat itu. Ajeng sampai pingsan saat dirudapaksa secara bergiliran oleh mereka. Hidup Ajeng hancur berantakan. Dalam sekejap dia hidup sebatang kara. Hari indahnya telah sirna berganti dengan duka yang panjang. Hingga datanglah Diman dalam hidupnya. Bagai malaikat yang turun dari langit Diman rela mempersunting dirinya yang sudah kotor. Demi dirinya Diman rela meninggalkan kedua orang tuanya yang tidak menyetujui hubungan mereka. Tapi bahagianya hanya sementara. Diman dan teman-temannya mati karena di bunuh oleh serdadu Belanda. Disusul oleh kematian anak semata wayang mereka. Kenapa takdirnya harus seperti ini. Kenapa sulit untuk meraih bahagia. Padahal Ajeng tidaklah ingin menjadi kaya atau menjadi seorang nyonya. Dia hanya ingin hidup tenang bersama keluarga kecilnya. "Allah tidak akan memberikan cobaan yang melampau batas kesabaran manusia itu sendiri nduk" ucapan ibunya semasa hidup terngiang-ngiang di telinganya. Tapi cobaan yang datang di dalam hidupnya tiada henti mencambuk batinnya. Tiap malam Ajeng berdoa dan tak lupa menunaikan solat. Dia berharap bisa bertemu mereka kembali di surga nanti. Azan subuh berkumandang Ajeng berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudhunya. Kadang Ajeng merasa tak pantas untuk menyembah Allah karena dirinya sedang berlumuran dosa. Berkali-kali dia menangis meminta ampunan agar dijauhkannya dari siksa api neraka. Selesai solat Ajeng membuka Al-quran miliknya yang sudah usang bekas peninggalan bapaknya. Ajeng melantunkan ayat-ayat suci dalam Al-quran itu dengan nada suara yang merdu. Mata Cornelis sayup-sayup terbuka saat mendengar suara orang mengaji dirumahnya. Tiap malam Cornelis mendengarnya. Dia bangkit dari tidurnya dan melihat Ajeng sedang mengaji di dalam kamarnya. Pemandangan seperti ini baru kali ini dia lihat. Hatinya merasa tenteram dan damai saat mendengarnya. Cornelis sendiri tidak memiliki agama. Dia seorang Atheis yang tidak mempercayai Tuhan itu ada. Tapi baru kali ini dia merasa pintu hatinya terketuk saat mendengarkan lantunan ayat-ayat suci yang selama ini dibaca oleh Ajeng setiap malam. "Sadakallah hulazim" Ajeng menutup Alquran dan menciumnya setelah selesai membacanya. Ia terkejut melihat Cornelis ada di ambang pintu kamarnya. Dengan cepat Ajeng membuka mukenanya dan menghampiri Cornelis. "Maaf Meneer? apa Meneer perlu sesuatu? " tanya Ajeng. "Tidak ada. Apa yang sudah kau baca? " tanya Cornelis penasaran. "Itu kitab suci Alquran. Maaf apa saya mengganggu tidur Meneer? " "Sama sekali tidak. Saya suka mendengarnya. Saya hanya ingin bilang jika hari ini teman-teman saya akan datang.Tolong atur jamuan untuk makan siang nanti" "Baik Meneer" Cornelis berlalu masuk ke dalam kamarnya kembali. Ajeng segera bergerak untuk membersihkan rumah dan belanja ke pasar. Dia menggunakan sepeda milik Cornelis yang tersimpan di gudang. Uang yang diberikan Meneer cukup banyak. Ajeng membeli ayam, sayur, daging, dan masih banyak lagi. Saat berada di pasar Ajeng tak sengaja bertemu Surti istrinya Sugeng. "Eh Ajeng, ketemu lagi kita. Kamu banyak juga belanjanya. " sapa Surti. "Iya mbak teman-teman Meneer akan datang jadi harus banyak belanja" jawab Ajeng sekadarnya. "Ohh enak gak sih jadi gundiknya Meneer? itunya besar gak? " bisik Surti membuat wajah Ajeng memerah. "Maaf mbak saya buru-buru permisi" Ajeng tak menjawab dan langsung pergi begitu saja. "Sombong sekali dia, harusnya Meneer memilih aku yang cantik jelita ini" gumam Surti lalu kembali berbelanja. Sampai dirumah Ajeng langsung menyiapkan bahan-bahan masakan dan mulai memasaknya. Dia melakukan ini seorang diri. Ajeng ingin memasak rendang, ayam goreng, ikan goreng, dan sayur kangkung. Setelah itu Ajeng menyuguhkannya di meja makan. Mendekati jam makan siang Meneer datang bersama teman-temannya. Mereka duduk bersama di meja makan. Ajeng berdiri disana jika mereka membutuhkan bantuan. Salah satu teman Cornelis sedari tadi menatap Ajeng. Baru kali ini dia melihat wanita pribumi yang sangat cantik. "Siapa dia? " tanya Louis pada Cornelis. "Dia babu baru dirumahku" jawab Cornelis cuek. Tidak mungkin dia mengatakan jika Ajeng adalah Nyai dirumahnya. Hati Ajeng serasa dicubit saat dikatakan sebagai babu. Tapi memang benar apa yang dikatakan oleh Meneer. Dia hanya babu dalam segala urusan. Babu di dapur, di sumur, dan di kasur. "Cantik sekali babumu, boleh aku memakainya? " tanya Louis lagi tanpa melepaskan tatapannya pada Ajeng. "Kamu yakin ingin meniduri babu itu? apa kelasmu sudah turun level? bagaimana dengan istrimu dirumah? " tanya Arnold tak habis pikir dengan jalan pikiran Louis. "Sesekali aku ingin mencicipi rasa lain. Babu itu terlihat cantik dan menarik. Boleh kan Cornelis? " "Tidak!! " jawab Cornelis lalu meminum minumannya hingga tandas. "Ajeng kamu kembali ke kamar!! " perintahnya. Ajeng mengangguk dan langsung pergi ke dalam kamarnya. Louis sudah menduga jika ada sesuatu yang dirahasiakan oleh Cornelis darinya. "Kenapa kau marah Cornelis? apa hubunganmu dengan babu itu? " tanya Louis penuh selidik. "Kau sudah melampaui batasmu bung. Makan siang hari ini sudah selesai. Jika kalian sudah selesai makan segera pergi dari sini!! " Cornelis meninggalkan mereka di meja makan. Louis tertawa kecil melihat tingkah Cornelis. "Jangan main-main dengannya. Jangan usik miliknya" peringat Arnold. "Aku hanya bertanya tapi dia terlalu terbawa perasaan" sela Louis. Dia makin tertantang untuk memiliki babu cantik itu. Bagaimana caranya Louis akan menjadikan Ajeng sebagai gundiknya. *** Cornelis menghadiri acara pernikahan putri bupati di kota. Ajeng sendirian saja dirumah. Rumah terasa sepi dan sunyi. Ada tivi tabung yang menemaninya memecahkan keheningan malam. Ajeng bosan menatap layar segiempat itu. Beberapa kali dia menguap dan mengantuk. Dia mematikan tivinya lalu beranjak dari sana. Tok tok tok Seseorang mengetuk pintunya. Ajeng mengintip di lubang kunci takut jika ada maling atau orang jahat yang datang. Ternyata itu adalah teman Cornelis yang makan siang tempo hari. Tanpa curiga Ajeng membuka pintunya. Kebetulan malam ini sedang hujan deras. "Tuan Louis ada apa datang kemari? Meneer sedang pergi ke kota saat ini" tanya Ajeng. "Saya tidak mencarinya tapi saya kesini untuk menemuimu Ajeng" Louis tiba-tiba masuk kedalam rumah dan langsung mengunci rapat pintunya. Ajeng mulai ketakutan dan langsung berlari ke dalam kamarnya tapi naas Louis dengan cepat menarik tubuhnya dan langsung melumat bibirnya. "Mmmpphh lepas mmmpphh" Ajeng memberontak sekuat tenaga membuat Louis marah dan langsung menamparnya kuat. Tubuh Ajeng terjatuh akibat tamparan itu. "Cuihh!! babu hina sepertimu harusnya bangga karena disentuh oleh saya!! beraninya kau menolak saya!! " Louis mengangkat tubuh Ajeng dan menghempaskan tubuhnya di ranjang. Ajeng mengiba dan memohon agar Louis tidak melakukan perbuatan terkutuk itu padanya. "Tolong jangan tuan. Tolong jangan sentuh saya. Saya mohon tuan jangan!! " Ajeng menangis dan menjerit saat Louis merobek pakaian yang dikenakannya. Mata Louis terpanah melihat keindahan tubuh Ajeng dibalik pakaian lusuhnya. "Saya yakin Cornelis sudah mencicipi tubuhmu ini. Harum sekali tubuhmu Ajeng. " Louis mulai mencumbu dan meraba-raba tubuh Ajeng. Dia tertawa melihat Ajeng menangis dan memohon padanya. Hingga saat ingin melakukan penyatuan Louis memejamkan matanya merasakan nikmat tiada tara yang tak pernah ia rasakan. "Ahh nikmat sekali kamu sayang.. sttt Cornelis sungguh serakah sekali menyimpan dirimu untuknya seorang. Pantas dia begitu marah kemarin. Apa dia akan marah jika saya menghamilimu? " Ajeng menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau hamil diluar nikah. Jeritan dan tangisan Ajeng berbaur dengan suara derasnya hujan. Tiba-tiba saja pintu kamar Ajeng dibuka paksa. Cornelis melihat Louis memperkosa Ajeng. Darahnya mendidih sampai urat-urat wajahnya keluar. "Kurang ajar!! bangsatttt!!! " Cornelis menerjang Louis dan langsung menghajarnya sampai babak belur. Ajeng hanya bisa menangis sambil memungut kembali pakaiannya dan memakainya dengan cepat. Louis diseret Cornelis ke dalam gudang miliknya. Dia akan memberi pelajaran pada Louis esok harinya. "Jangan harap besok kau bisa melihat dunia lagi. Ini adalah balasan karena kau sudah mengusik milikku!! " seru Cornelis lalu keluar dan menguncinya didalam sana
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN