Hari ini adalah hari pertama Roseline bekerja. Gadis itu menatap serius ke arah layar komputer di hadapannya. Dan dia melihat ada kejanggalan. Dia harus memastikan sesuatu. Gadis cantik itu pun segera menghubungi sekretarisnya.
"Sarah, tolong panggilkan manager perkembangan bisnis."
Gadis itu mulai mengamati data presentasi keuangan. Membiarkan bingkai berlensa bertengger di hidung bangirnya. Dan tak lama kemudian suara ketukan pintu membuat gadis itu menoleh ke arah sumber suara.
"Masuk," ucap Roseline. Dan pintu pun segera terbuka. Menampilkan sosok pria berpakaian rapi dengan kemeja hitam dan celana hitam yang pas di tubuhnya. Roseline sempat terpaku. Namun, gadis itu segera mengalihkan kembali pandangannya ke layar komputer dengan serius.
"Permisi. Saya Rayhan. Manager perkembangan bisnis. Apa ada yang bisa saya bantu, Mrs.Rose?" tanya pria itu. Roseline terdiam. Suara bariton itu sukses membuat jantungnya berdegup kencang. Membuat napasnya terasa menyesakkan d**a. Roseline memejamkan mata sejenak berusaha menenangkan diri sebelum akhirnya mengangkat wajahnya.
Seketika perasaan gadis itu melemah. Ada rasa rindu yang menyeruak ke dalam hatinya. Merobek pertahanannya. Gadis itu memang egois dan tak ingin kembali menjadi Mawar. Tapi dia ingin Rayhan benar-benar masuk ke dalam kehidupan seorang Roseline. Hatinya mulai rapuh saat berhadapan dengan cinta.
"Ya Tuhan ..." Roseline tak mampu berkata-kata.
Hati gadis itu bergetar saat melihat wajah Rayhan yang jauh lebih tampan dibandingkan dengan saat pria itu SMA. Kini dia sudah tak gembul lagi. Otot-ototnya berkembang di posisi yang sangat pas. Otot seksi yang tak mampu ditutupi dengan kemeja lengan panjang formalnya.
Roseline sadar dia terlalu lama memperhatikan Rayhan. Gadis itu pun berdecak kesal pada dirinya. Membuat Rayhan menyipitkan matanya karena bingung dengan ekspresi Roseline.
"Ekhem." Gadis itu tampak berdeham sebelum mulai bicara.
"Bisa kau jelaskan tentang data ini?"
Tanya Roseline menunjuk layar 48inch di salah satu dinding ruangan ku dengan sebuah laser.
Gadis itu sengaja menyambungkan laptop ku ke sebuah Smart TV yang jaraknya cukup jauh dari meja kerjanya. Rupanya Roseline cukup sadar diri untuk tidak berdekatan dengan Rayhan. Hal itu hanya akan melemahkan hatinya. Jangankan berdekatan, mencium aroma parfum dari kejauhan saja sukses meluluh lantakkan perasaannya. Semesta benar-benar mempermainkan dirinya saat ini. Aroma itu sungguh menggelitik perasaan kaku seorang Roseline. Membuat gadis itu ingin sekali memeluk tubuh atletis Rayhan. Namun, dengan sekuat hati Roseline bertahan dalam gelombang cinta yang mengguncang semesta hatinya.
"Sial." Roseline mengumpat.
Kali ini dia berusaha konsentrasi saat Rayhan menjelaskan tentang rencana beberapa bulan ke depan. Penjelasan yang sangat memuaskan. Roseline tinggal melihat hasil implementasinya nanti. Sungguh Rayhan memang selalu cerdas. Sejak dulu hingga sekarang. Walaupun baginya masih belum memuaskan.
Rupanya Rayhan baru menjabat sebagai manager divisi perkembangan bisnis selama 2 bulan. Wajar jika semua penjelasannya masih berupa planning.
"Cukup bagus. Segera implementasikan," tegas Roseline.
"Thanks, Mrs.Rose."
"No. Itu terlalu tua. Jangan panggil aku Mrs lagi."
"Lalu apa?"
"What ever."
"Miss? Nona? Atau ..."
Dia menahan lanjutan kalimatnya sebelum akhirnya melanjutkan sambil tersenyum manis.
"Or Honey?" Tanyanya santai.
Tercekat. Sungguh Roseline merasa nafasnya tercekat tepat di saat Rayhan mengucap kata "Honey." Bahkan hal itu membuat Roseline berusaha sekuat tenaga untuk tidak membiarkan bibirnya yang ingin sekali tersenyum bahagia.
"Maaf saya bercanda. Bagaimana kalau Nona?" tanya Rayhan.
Roseline kembali bernafas saat Rayhan melanjutkan kalimatnya. Ada rasa lega tapi kecewa. Entah apa yang membuatnya kecewa. Hatinya serasa terjun dan jatuh tak berdaya. Roseline bahkan tak mampu memahami perasaannya sendiri.
"Terima kasih atas presentasinya. Saya tunggu perkembangannya," ucap Roseline berharap Rayhan segera pergi sebelum gadis itu semakin terbawa perasaan.
Tapi sayangnya, Rayhan justru tetap terpaku di posisinya. Bahkan pria itu menatap dalam netra hazel di hadapannya. Seolah sedang berenang dan menyelami pikiran gadis itu. Dan hal itu tentu saja sukses membuat Roseline semakin gugup. Hanya saja dia terlalu pandai untuk menyembunyikan perasaannya.
"Boleh saya bertanya sesuatu pada anda?" tanya Rayhan.
Roseline kembali merasa jantungnya tercekat. Dia yakin Rayhan pasti ingin memastikan kembali tentang dirinya yang seorang Mawar.
Roseline menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Berusaha untuk tetap tenang. Kemudian mengangkat wajahnya untuk menatap Rayhan.
"Silahkan," ucap Roseline.
"Sebelumnya saya ingin menyampaikan sesuatu sebelum saya bertanya," ucap Rayhan kembali.
"Silahkan," ucap Roseline kemudian berjalan menuju sofa di dalam ruangannya. Gadis itu pun duduk dengan tenang di sana. Kemudian mempersilahkan Rayhan untuk duduk.
"Duduklah," ucap Roseline. Rasanya tidak sopan jika berbincang sambil berdiri.
"Terima kasih," ucap Rayhan kemudian pria itu duduk di sofa lainnya sebelum akhirnya melanjutkan apa yang hendak dia sampaikan.
"Aku punya sahabat masa kecil. Nama nya Mawar."
Benar saja. Rayhan memang ingin bertanya tentang Mawar yang tak lain adalah dirinya. Roseline berusaha untuk tetap menatap Rayhan dengan tenang. Gadis itu memilih untuk tetap menyimak tanpa memberikan tanggapan. Sungguh dia harus berhati-hati dalam bertindak agar Rayhan tidak curiga.
"Wajahnya sangat mirip dengan anda. Hanya saja karakternya yang berbeda. Mungkin memang hanya mirip saja. Saya minta maaf atas kejadian di pesta penyambutan anda. Saya pikir anda sahabat saya," ucap Rayhan menutup kalimatnya.
Akhirnya Roseline pun bernafas lega. Rupanya Rayhan tak melanjutkan rasa penasarannya terhadap Roseline.
"Sudah selesai? Apa ada lagi yang ingin disampaikan?"
"Maaf jika saya masih meragukan anda. Saya pikir tak akan ada wajah yang sangat mirip antara satu orang dengan orang lain nya. Kecuali mereka kembar identik. Atau seseorang itu merubah identitasnya." Pria tampan ini mengajukan ungkapan yang menuju fakta kehidupan Mawar.
"Sangat impossible. Anda terlalu mengada-ada," ucap Roseline dingin.
"Maaf saya hanya menyampaikan apa yang ada dalam pikiran saya saja. Tapi jika anda memiliki saudara kembar. Mungkin saudara kembar anda adalah sahabat saya dulu. Bisakah anda memberitahu saya di mana keberadaannya?"
Roseline terdiam. Namun, masih dengan tatapan lurus ke arah Rayhan. Dia berusaha untuk menahan ekspresi tenangnya agar Rayhan tak mampu membaca jalan pikirannya.
"Dan saya justru berharap, anda adalah Mawar. Karena jika anda adalah sahabat yang sejak dulu saya cari dan khawatirkan keadaannya. Maka saya sangat bersyukur. Kini Mawar dalam kondisi yang amat sangat baik dalam wujud seorang Roseline. Saya permisi."
Sedangkan Roseline hanya bisa mematung di tempat. Dia benar-benar tak menyangka Rayhan begitu peduli pada seorang Mawar. Tapi apa dia benar-benar selalu mencari dan mengkhawatirkan Mawar? Gadis itu terus menatap Rayhan yang berjalan menuju pintu. Kemudian punggung tegap itu menghilang di balik pintu.
"..." Kini Roseline tak tahu harus berkata apa. Dia hanya bisa menghela napas berat yang sejak tadi dia tahan sekuat tenaga.
Di sisi lain, Rayhan yang baru saja menutup pintu ruang Roseline menghentikan langkahnya.
"Jika kau benar Mawar, aku berjanji akan mencari tahu kebenarannya dan apa alasan mu untuk menghilangkan identitas Mawar," gumam Rayhan bertekad.