Lima tahun yang lalu, saat Roseline masih tenggelam dalam jiwa seorang Mawar. Gadis cantik yang lembut hati itu masih berusia belasan tahun. Masih dalam suasana menimba ilmu di bangku SMA. Seragam putih abu-abu tampak cantik melekat di tubuhnya. Sangat sopan dan tak banyak gaya. Rambut pirangnya digerai sepinggang. Rambut itu melambai-lambai ketika diterpa angin. Senyuman tak pernah hilang dari wajahnya yang natural. Begitu anggun dan tenang.
Namun, saat gadis itu berjalan di koridor sekolah, tiba-tiba tubuhnya didorong dari belakang hingga tersentak ke depan. Membuat gadis itu benar-benar terkejut.
"Ups. Maaf, sengaja." Gadis cantik bermata hijau terlihat tersenyum sinis kepada Mawar. Dengan rambut pirang yang di-Curly. Dia adalah Cellyna saudara seayah beda ibu dari Mawar.
Mawar hanya tersenyum miris. Kemudian kembali melangkah ke depan. Berusaha untuk menghindari Cellyna, adik tirinya. Namun tas ranselnya ditahan Cellyna. Membuat Mawar kembali tersentak karena langkahnya tertahan.
"Cellyna, maaf tapi aku harus segera ke kelas. Sebentar lagi masuk," ucap Mawar.
Namun, sayangnya Cellyna tak menggubris apa yang dikatakan oleh Mawar. Gadis itu justru menahan tubuh Mawar dan merampas tas ransel milik Mawar dengan paksa. Hal itu tentu saja membuat Mawar terkejut.
"Cellyna. Kamu mau apa?" Tanya Mawar memelas. Sungguh dia tak ingin berurusan dengan adik tirinya itu. Karena dia tak ingin menjadi bahan amukan ibu tirinya lagi.
Lagi?
Ya memang kenyataannya menjadi bahan amukan ibu tirinya karena ulah Cellyna adalah hal yang teramat sangat sering terjadi. Dan hal itu membuat Mawar frustasi. Ingin sekali terus menghindar dari ulah Cellyna. Tapi tak pernah berhasil. Bahkan kali ini Cellyna berhasil membuka resleting tas ransel Mawar, kemudian mengambil sebuah buku dari sana. Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Cellyna pun melempar tas ransel itu ke tubuh Mawar.
"Aku cuma butuh ini. Thanks," ucap Cellyna kemudian berlalu bersama teman-temannya.
Mawar sadar. Buku yang diambil Cellyna adalah buku tugas Fisika miliknya. Di sana ada Pr yang harus dikumpulkan hari ini. Mawar pun berlari mengejar Cellyna.
"Cellyna. Kembalikan buku aku. Di sana ada tugas yang harus aku kumpulkan hari ini," ucap Mawar menahan lengan Cellyna. Mawar berusaha bicara baik-baik karena tak ingin kembali berurusan dengan ibu tirinya. Tapi sayang semua itu tak berhasil. Kedua teman Cellyna jutsru malah mendorong tubuh Mawar hingga terjatuh.
"Cellyna aku mohon. Aku bisa dihukum jika aku tidak mengumpulkannya hari ini," ucap Mawar kembali memohon.
"Oke aku akan kasih ini. Tapi nanti sepulang sekolah aku akan bilang sama Daddy dan Mommy, bahwa kau menggangguku di sekolah. Mana yang lebih kau takuti? Hukuman guru atau Daddy dan Mommy?" Tanya Cellyna mengancam.
"Cellyna ..."
Mawar yang lemah meneteskan air matanya. Ingin sekali dia melawan. Tapi dirinya terlalu lemah. Bodoh. Ya, Mawar memang bodoh. Dia tak pernah memberanikan dirinya untuk melawan Cellyna.
Kelas Fisika pun dimulai.
"Kumpulkan PR kalian!"
Semua siswa dan siswi pun bergegas mengumpulkan PR mereka termasuk Cellyna.
"Mawar mana PR mu?"
"Aku ..."
Mawar tergugu tak bisa menjawab. Dia hanya bisa menangis. Dia bingung harus mengatakan apa. Tak mungkin dia menyampaikan bahwa pr-nya telah dirampas Cellyna.
"Cepat maju ke depan!" Perintah seorang wanita yang pagi ini mengisi jam pelajaran fisika. Dengan lemah Mawar pun maju ke depan kelas.
"Rayhan mana PR mu?"
"Belum saya kerjakan, Bu," jawab Rayhan tenang. Hal itu tentu saja membuat semua siswa menoleh ke arah Rayhan. Tak menyangka sang bintang kelas yang selalu unggul dalam semua mata pelajaran, hari ini tidak mengerjakan PR.
"Belum dikerjakan? Sebagai siswa unggulan seharusnya kamu menjadi contoh untuk teman-temanmu, kau malah tidak mengerjakan PR," ucap wanita itu kembali mengomel.
"Maaf, Bu," ucap Rayhan menunduk.
"Maju ke depan! Dan kalian lari 10 kali keliling lapangan!"
Mawar dan Rayhan pun mulai berlari. Setelah dua kali keliling lapangan. Mawar mulai merasa lelah. Seragam nya basah keringat. Rambut pirangnya tampak basah dan lepek. Rayhan pun memberikan karet jepang pada gadis itu. Entah dari mana Rayhan mendapatkannya.
"Ini. Dikuncir saja rambutmu. Biar enggak berantakan," ucap Rayhan.
"Terima kasih," ucap Mawar menerima karet jepang dari Rayhan. Rayhan pun mengangguk dan kembali berlari pelan.
Setelah selesai menguncir rambutnya, Mawar kembali berlari mengejar Rayhan.
"Kamu beneran belum mengerjakan PR?" tanya Mawar penasaran. Rasanya pengen tidak mungkin anak kebanggaan sekolah tidak mengerjakan PR. Itu adalah hal yang sangat mustahil.
"Sudah," jawab Rayhan santai.
Mawar pun menganga. Apa maksudnya nih cowo bilang sudah mengerjakan PR itu pada Mawar. Tapi tadi pada ibu guru, dia bilang belum. Dan Mawar mendengarnya dengan jelas. Jika sudah, mana mungkin Rayhan ikut dihukum seperti dirinya.
Merasa tak ada pergerakan dari Mawar. Rayhan pun memutar arah dan berlari ke arah Mawar.
"Enggak usah kaget gitu. Aku cuma lagi ingin membakar lemak. Siapa tau perut ku ini mengecil. Menjadi Sixpact dan wajahku jadi tampan," ucap Rayhan yang membuat Mawar justru tertawa.
"Hei. Aku serius. Kenapa kau malah tertawa?"
"Kamu lucu. Walaupun tubuhmu sedikit gemuk. Tapi kurasa wajahmu cukup tampan," ucap Mawar tak sadar dengan kalimat pujiannya.
"Oh ya? Kau wanita kedua yang bilang aku tampan. Setelah Ummiku. Terima kasih ya. Kau juga cantik. Sangat cantik malah," ucap Rayhan dengan wajah ramahnya.
Wajah Mawar pun memerah. Karena rasa panas di wajah nya. Mawar pun menutupi wajah nya dengan telapak tangan. Dia sungguh malu. Ini pertama kalinya seorang pria bilang bahwa dirinya cantik.
"Sepertinya aku harus melepas kaca mataku," ucap pria itu kembali.
"Kenapa dilepas?" tanya Mawar bingung.
"Kata Ummi, kalau kita memandang wajah lawan jenis terlalu lama dan mengagumi nya. Itu termasuk zinah pandangan. Jadi lebih baik aku lepas. Jadi aku ga bisa lihat wajah cantikmu dengan jelas. Ayo kita lari lagi," ucap Rayhan kembali berlari. Sungguh kali ini jantungnya bekerja lebih keras berkali-kali lipat. Akibat berlari dan berdekatan dengan seorang wanita yang sejak lama ia kagumi.
Apakah ini cinta monyet?
Mungkin.
Sedangkan Mawar, gadis itu masih diam terpaku. Tak mengerti maksud kalimat yang diucapkan Rayhan. Namun ada kata manis yang membuat jantungnya semakin menggila. Mawar pun tersenyum. Dan kembali berlari.
Sejak saat itu, Rayhan sering kali menemani Mawar dihukum. Dia selalu mengaku belum mengerjakan tugas, padahal dia sudah mengerjakannya. Mawar pun berfikir keras. Dia tak ingin predikat siswa terbaik yang melekat Pada Rayhan hilang karena selalu di hukum. Mawar pun akhirnya selalu menyiapkan dua buku tugas. Jika buku tugas nya di ambil Cellyna dia masih punya buku tugas yang satunya.
Lelah? Tentu saja, menjadi mawar memang lelah. Harus mengerjakan dua tugas dan beban tasnya kini semakin berat. Bahkan sampai ada beberapa buku yang tak bisa masuk ke tas. Hingga harus ditentengnya. Namun, di balik itu. Mawar bersyukur mempunyai teman seperti Rayhan. Dia selalu membantu mawar membawa buku-bukunya.
"Sini aku saja yang bawa bukunya," ucap pria bertubuh sedikit tambun sambil merampas buku di pelukan Mawar.
"Jangan biar aku saja. Ini berat," ucap Mawar merasa tak enak hati.
"Kan sudah aku bilang. Aku harus banyak membakar lemak agar bisa menjadi tampan. Siapa tau jika aku tampan ada gadis yang mau naksir sama aku," ucap Rayhan membuat Mawar kembali tersenyum.
"Kamu lucu," ucap Mawar begitu lugu. Membuat Rayhan merasa gemas. Ingin sekali Rayhan mencubit pipi Mawar yang sepertinya lembut seperti squishy. Namun, ditahannya.
"Terima kasih. Aku penasaran. Kenapa kamu bawa buku banyak sekali?"
"Daya ingatku rendah. Jadi ketika mencatat aku harus bisa mencatat sedetail mungkin. Alhasil bukuku jadi banyak," ucap Mawar berbohong. Gadis itu sengaja tampak tertawa untuk menutupi kebohongannya. Nyatanya dia bukanlah orang yang memiliki daya ingat yang rendah. Bahkan Mawar adalah anak yang genius hanya saja, dia tak pernah diberi waktu untuk belajar di rumah. Dan tugas sekolahnya selalu dirampas adik tirinya. Sehingga dia tak pernah masuk tingkat 5 besar. Justru Cellyna yang menjadi pesaing terberat Rayhan. Pria yang beberapa hari ini telah berteman dengan Mawar.
"Kau jangan berkecil hati. Kata Ummi aku. Allah menciptakan banyak hal yang bertolak belakang. Dan semua yang Allah ciptakan pasti ada hikmah nya. Allah menciptakan siang yang berlawanan dengan malam. Saat siang untuk manusia beraktifitas dan saat malam Allah ciptakan untuk manusia beristirahat. Seperti Allah menciptakan wanita dan Pria mereka akan saling melengkapi untuk memberikan penerus generasi. Allah pun menciptakan langit dan bumi. Bumi untuk kita pijak dan langit yang menaungi. Ada yang kaya ada yang miskin agar bisa mengerti arti berbagi. Ada yang cerdas dan bodoh, bukan untuk saling membandingkan tapi untuk saling melengkapi. Bahkan saling berbagi ilmu. Pada dasar nya semua manusia cerdas karena Allah menciptakan manusia bersama Akal nya. Tinggal bagaimana manusia itu sendiri menggunakan akalnya. Sejatinya yang membedakan manusia di mata Allah bukan kekayaan ataupun kecerdasan. Melainkan imannya. Jadi kalau kamu merasa kurang cerdas. Berusahalah. Allah tak akan mengubah suatu kaum jika kaum tersebut tak berusaha untuk merubah nya menjadi lebih baik. Kamu pasti bisa. Suatu saat kamu pasti bisa jadi juara kelas. Semangat ya," ucap Rayhan berceramah.
"..." Mawar hanya diam dan mengangguk. Mawar mengakui Rayhan memang memiliki pemikiran yang luar biasa. Tak hanya cerdas. Tetapi juga bijaksana untuk usianya yang masih sangat muda.
"Kamu mengangguk paham atau tidak?"
"Huh. Kalau semuanya diciptakan ada maksudnya. Mengapa Tuhan menciptakan orang jahat yang terus menyakiti yang lemah?" tanya Mawar bersedih.
"Allah menciptakan yang baik dan yang buruk agar manusia menggunakan akal nya untuk berfikir dan bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk."
"Kamu bicara seperti itu karena kamu ga merasakan apa yang aku rasakan," ucap Mawar kemudian berlari menjauhi Rayhan.
Ingatan itu membuat Roseline bersedih. Pria masa lalunya kini ada di hadapannya.
"Maaf aku tak sengaja."
"Rayhan? Dia Rayhan?"
Roseline sangat terkejut. Namun dia berusaha mengontrol mimik wajahnya. Berpura pura tak mengenal pria di hadapannya.
"Mawar? Kau mawar?" tanya pria di hadapan Roseline. Penampilan pria itu kini sungguh sangat berbeda. Lebih tampan dan berkharismatik. Walaupun ciri khas seorang Rayhan masih melekat. Pria itu masih mengenakan kaca mata tebal.
"Maaf tapi seperti nya anda salah orang," ucap Roseline.
"Oh. Aku pikir kau sahabat masa lalu ku. Wajah mu sangat mirip dengan nya. Sekali lagi saya minta maaf," ucap pria itu dengan tangan yang disentuh di d**a nya dan sedikit membungkuk.
Sangat sopan.
Benar-benar ciri khas seorang Rayhan. Roseline pun meninggalkan sahabat masa lalu dirinya yang dulu.
Ada rasa sedih saat Rayhan tak menyangkal kebohongannya. Ada rasa sepi yang tiba-tiba menyeruak hati yang terdalam bagi Roseline. Saat pria itu tak bertanya banyak tentangnya.
Ingin menangis. Itulah yang dirasakan Roseline karena pria itu tak menahan kepergiannya. Kenapa jiwa cengeng seorang Mawar sulit sekali pergi. Dia ingin menjadi seorang Roseline yang tangguh. Bukan seorang Mawar yang lemah. Roseline menarik nafas panjangnya. Dan kembali menguatkan ego untuk lari dari takdirnya sendiri.