"Ya Tuhan." Roseline merasa kesal dengan apa yang ada di dalam isi kepalanya. Dia selalu merasa lemah tiap kali mengingat tentang Rayhan.
Rayhan benar-benar menjadi jembatan masa lalu yang membuat Roseline mengingat kepingan masa lalu ang begitu pedih. Membuat dirinya merasa lelah karena dendam yang terus bergejolak. Tapi di sisi lain Roseline juga ingin memeluk cinta bersama Rayhan. Semuanya seolah menjadi buah simalakama.
Kenangan pahit itu kembali muncul.
Siang di waktu yang lalu, Mawar baru saja pulang sekolah. Dan seperti biasanya gadis itu mendapatkan surat panggilan orang tua akibat kenakalan Cellyna. Mawar benar-benar sakit mengingat kejadian itu. Saat di mana ada pengecekan kedisiplinan sekolah. Pemeriksaan di setiap tas sekolah siswa dan siswi dilakukan secara mendadak.
Awalnya Mawar merasa tenang. Karena nyatanya dia memang tak pernah melanggar peraturan sekolah apa pun. Gadis itu menatap begitu banyak siswa dan siswi yang tampak di paksa berdiri di depan kelas akibat terkena razia. Ada yang diketahui menyimpan make up di tas sekolah. Ada yang diketahui menyimpan Vape di dalam tak sekolah. Ada yang karena mengenakan pakaian seragam pas body. Ada pula yang diketahui membawa game tools di tas sekolah. Dan lebih parahnya tak membawa buku pelajaran satu pun.
Sungguh Mawar benar-benar tak menyangka ada siswa dan siswi seperti itu. Rasanya dia tak pernah berpikir aneh-aneh untuk ke sekolah. Di pikirannya sekolah itu hanya belajar, belajar dan belajar. Tak ada yang lain. Dan kini Mawar juga melihat guru mulai mengecek tas milik Cellyna. Aku melihat Cellyna tampak begitu tenang. Gadis itu bahkan sempat tersenyum sinis ke arahku.
Dan senyuman sinis itu tentu saja membuat Mawar tiba-tiba merasa khawatir. Seketika pikirannya berkelana. Mawar sempat bertanya dalam hatinya, apa tujuan dari senyum sinis itu padanya.
Kini Mawar merasa jantungnya berdegup kencang tak terkendali. Tepat di saat Cellyna lolos dari audit dadakan. Pastinya Cellyna menyimpan make up di tas sekolahnya. Dan dia seharusnya mendapatkan hukuman untuk ikut masuk ke barisan siswa siswi yang melanggar aturan. Tapi kenyataannya dia lolos dari pengecekan dadakan.
Mawar pun berpikir bisa saja Cellyna sudah mengetahui informasi tentang rencana audit dadakan ini. Mawar yakin pasti dia sudah merencanakan sesuatu. Seketika Mawar pun membulatkan matanya. Dia berpikir mungkin saja Cellyna telah memasukkan sesuatu ke dalam tasnya. Dan itu adalah hal yang sangat membahayakan dirinya.
Dengan jantung berdebar Mawar mulai menarik resleting tasnya. Membuka dengan sedikit dan mengintipnya ke dalam. Seketika gadis itu merasa jantungnya berhenti berhenti berdetak sementara waktu. Pasalnya dia melihat sebuah benda yang sangat mengerikan.
Vape.
Vape adalah rokok elektrik dengan rasa-rasa. Jangankan menggunakannya, menyentuhnya saja Mawar tak pernah. Tapi hari ini gadis polos itu melihat vape berada di dalam tas sekolahnya.
Dan jantung gadis itu semakin berdebar tak karuan. Rasanya seolah ingin melompat jauh. Mawar mulai merasakan tangannya yang membeku. Begitu dingin. Pasalnya saat ini seorang guru mulai berjalan mendekat ke arahnya. Itu artinya sudah waktunya dia menjadi sasaran untuk pengecekan kedisiplinan.
Nafas gadis itu makin tak beraturan bahkan sempat terasa tercekat. Tapi mau bagaimana lagi. Mawar baru menyadarinya di akhir waktu. Dan dia tidak bisa mengelak lagi. Dia tidak mungkin bisa menyembunyikannya. Dan kini Mawar mulai memejamkan mata sambil menutup resleting tasnya dengan cepat. Akhirnya seorang guru pun telah berhasil berdiri di hadapannya. Dan mulai memanggil namanya.
"Mawar!" Suara dingin guru BK itu terasa sangat dingin menyapa gendang telinga Mawar. Membuat gadis itu sempat terkesiap. Bukan karena terkejut. Tapi lebih ke arah takut. Bukan takut dihukum di sekolah. Mawar jauh lebih takut akan hukuman di rumah. Papanya pasti akan marah besar lagi padanya.
Cellyna. Sungguh mengapa dia begitu jahat pada Mawar? Padahal Mawar tak pernah mengusik kehidupannya. Dia bahkan tak pernah iri karena Cellyna jauh lebih dicintai oleh papa dibandingkan dengan dirinya. Semua itu Karena Mawar cukup sadar diri. Dia hanyalah anak yang tidak diinginkan dari rahim wanita yang tidak pernah dicintai papanya.
Mawar mulai mengangkat wajahnya. Menatap guru yang berdiri di hadapannya dengan tubuh gemetar. Sampai akhirnya gadis itu melihat sang guru mulai membuka resleting tasku.
Jantung Mawar pun semakin berdebar tak karuan. Tinggal menunggu waktu dirinya akan diminta untuk ikut berdiri di depan kelas bersama anak-anak yang melanggar peraturan. Dan hal itu pasti akan terjadi. Benar saja. Tempat di saat Mawar membuka mata dan menatap wajah guru di hadapannya. Mawar bisa menyadari kemarahan yang terpendam. Wajah sang guru memerah menatapnya.
"Mawar, Mawar. Kau ini anak perempuan. Kalau kamu membawa make up. Mungkin ibu bisa paham dan memaklumi. Tapi yang kau bawa adalah sebuah Vape. Kau benar-benar keterlaluan. Sekarang maju ke depan," ucap guru tersebut membuat Mawar hanya bisa menundukkan wajah sambil menangis.
Mawar merasa hatinya begitu sakit. Seharusnya Cellyna yang berada di posisi ini. Bukan dirinya. Dia merasa begitu sial. Seringkali dirinya bertanya, apakah dirinya memang ditakdirkan tidak layak untuk bahagia? Semua masalah yang dihadapinya terasa begitu berat. Jika memang seperti itu adanya, mengapa dirinya harus dilahirkan? Mengapa dia harus hidup?
Kini gadis itu pun mulai bangkit dari kursi yang didudukinya. Kemudian mulai berjalan ke arah di mana teman-temannya berdiri. Teman-teman yang sudah siap akan hukuman akibat kesalahan mereka. Bukan seperti dirinya yang harus menanggung kesalahan orang lain.
Gadis itu pun berdiri di depan kelas sambil menundukkan wajah. Mawar tampak menahan tangis walau terasa sangat sulit. Air mata terus saja lolos dari kelopak matanya. Walaupun dia sudah menahannya sekuat tenaga.
Dan kini dia mulai mengangkat wajahnya. Menatap ke arah Cellyna yang tersenyum sinis. Gadis itu benar-benar tampak bahagia melihat Mawar yang menderita. Membuat hati Mawar teriris sangat pedih dan sakit.
"Ini surat panggilan untuk orang tua kalian masing-masing. Sekarang kalian keluar dari kelas dan membersihkan seluruh toilet yang ada di sekolah," ucap salah satu guru yang melakukan audit dadakan ini.
Seketika mereka pun segera keluar dari kelas menuju toilet untuk membersihkan tempat paling menjijikan di sekolah. Mawar pun ikut membersihkan toilet walau dengan hati yang tak rela. Sungguh ini bukan kesalahannya.
Gadis itu mulai membayangkan apa yang akan terjadi di rumah. jantungnya semakin berdebar tak karuan saat jam kepulangan sekolah tiba. Itu artinya dia akan segera kembali ke neraka kehidupan yang nyata. Dan dia harus merelakan dirinya kembali di siksa atas kesalahan yang tak pernah dia perbuat.
Mawar terus melangkahkan kakinya menuju gerbang mewah berwarna putih dengan cat emas yang megah setiap fiturnya. Dia menatap dari kejauhan dengan hati yang begitu takut. Mungkin terlihat begitu mewah dan tampak membahagiakan bagi orang lain yang melihatnya. Tapi bagi Mawar ini adalah penampilan surga dengan neraka yang nyata di dalamnya.
Mawar mulai menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan berat. Sebelum akhirnya gadis itu masuk ke dalam rumah mewah di hadapannya. Dan benar saja saat Mawar membuka pintu putih yang megah. Dia sudah melihat ayahnya berada di dalam ruangan. Mawar bisa merasakan tatapan dingin yang mencekam mulai menyiksa dirinya. Dan rasa sakit itu semakin menyiksa saat melihat Cellyna berada di samping sang papa.
"Masalah apa lagi yang kau lakukan di sekolah, Mawar?" Teriakan Papa begitu menggema Mawar terkejut. Gadis itu pun menoleh ke arah Cellyna yang tersenyum licik padanya. Membuat Mawar ingin sekali berteriak bahwa ini ulah Cellyna bukan ulahnya. Tapi lagi-lagi Mawar yang lemah memang tak pernah memiliki daya.