Suara pukulan dari sebuah ikat pinggang terdengar begitu menggema. Suara itu adalah bukti nyata penyiksaan yang dilakukan oleh seorang ayah pada putri kandungnya. Di tepi sofa Mawar hanya bisa pasrah sambil memeluk lengan sofa. Air mata gadis itu terus menetes menahan rasa sakit yang begitu menyiksa. Bukan sakit akibat goresan sabuk yang mengenai tubuhnya. Melainkan rasa sakit di hati karena begitu tak dihargai. Terlebih lagi dia menatap oppa yang hanya bisa menangis di kursi roda tanpa bisa melakukan apapun. Jangankan menolong Mawar yang lemah, menggerakkan tubuhnya saja tak mampu. Saat ini Mawar merasa benar-benar sendiri. Tak ada yang bisa membela dirinya saat ini. Ibu kandungnya sudah pergi diusir oleh ayahnya sendiri. Sang pun kakek terkena stroke yang membuatnya tak berdaya. Sedangk