Sore harinya...
"Daddy tidak bisa begitu. Sam kan sudah menemani Daddy ke pesta waktu itu. Sekarang seharusnya giliran kakak El yang menemani Daddy ke pesta. Lagi pula, Sam juga mau pergi ke rumah Patrice untuk pesta piama, Daddy."
Ya seperti itulah celoteh Samantha marah saat Kevan memintanya untuk menemaninya ke pesta bisnis partner kerjanya. Memang selalu seperti itu. El dan Samantha akan bergantian menemani Kevan ke pesta bisnis seperti itu. Bukan karena alasan tertentu, Kevan hanya ingin ada seseorang yang menemaninya datang ke pesta, intinya ia tidak mau datang sendiri ke sana. Dan lagi pula Kevan juga mencoba mengajarkan putra-putrinya itu untuk berbaur dengan dunia bisnis. Mengingat, usaha dan pekerjaannya sekarang berpusat dalam bidang itu. Tidak seperti dulu lagi.
"Tapi, sayang. Kakakmu baru saja pulang dari kantor. Dia pasti lelah, sekarang. Ini kan hari pertamanya bekerja. Apa Sam tega melihat kakak El yang kelelahan itu ikut Daddy ke pesta ? Jadi, Sam mau kan menemani Daddy ke pesta malam ini. Daddy janji akan mengabulkan apa pun yang Sam minta." ucap Kevan memelas dan menunjukkan ekspresi andalannya untuk membujuk Samantha.
"Daddy janji akan melakukannya, kan ? Ucapan Daddy tadi tidak bohong, kan ?" ucap Samantha yang sepertinya tertarik dengan tawaran Kevan yang terdengar menggiurkan baginya.
"Tentu saja Daddy tidak bohong. Apa Daddy pernah berkata bohong pada Sam ?" ucap Kevan yang langsung membuat Samantha tersenyum lebar.
"Baiklah Samantha mau ikut Daddy, tapi Sam punya satu permintaan yang harus Daddy kabulkan." ucap Samantha yang kini membuat Kevan was-was.
"Apa itu ?" ucap Kevan pelan sambil menatap putrinya itu penuh tanya.
"Mulai besok, Sam mau bawa mobil sendiri ke sekolah." ucap Samantha yang langsung saja membuat Kevan tersenyum lebar karena merasa lega.
"Hanya itu ? Daddy juga ingin berbicara tentang itu padamu. Karena melihat kakak El yang sepertinya tidak bisa selalu menjemput Sam saat pulang sekolah, jadi Daddy sudah menyiapkan mobil untuk dipakai Sam ke sekolah besok. Ini kuncinya." ucap Kevan sambil menyerahkan sebuah kunci mobil pada Samantha yang duduk bersebelahan dengannya di sofa itu.
"Daddy memang yang terbaik. Terima kasih, Daddy." ucap Samantha lalu mengambil kunci mobil itu dan memeluk Kevan.
"Lebih baik kau bersiap-siap sekarang. Mengingat kau kan lama sekali berdandan dan melakukan ritual wanita yang lainnya. Dipesta kali ini, Daddy tidak mau telat lagi karena menunggu Princess nakal ini lama sekali berdandan." ucap Kevan sambil mencubit kecil hidung Samantha.
"Baiklah. Sam akan bersiap-siap sekarang juga." ucap Samantha lalu ia berdiri dari duduknya dan berjalan membawa kunci mobil dan sepiring cupcake yang tadi dibuatkan Daddynya.
"Oh ya.. apa ada dress code tertentu untuk pesta itu ?" ucap Samantha tepat saat sebelum ia berjalan pergi dari sana.
"Tidak ada. Seperti biasa, hanya hitam atau putih." ucap Kevan santai membuat Samantha mengangguk kecil lalu pergi dari sana.
'Kenapa dalam pesta formal, pakaian yang harus dikenakan selalu berwarna hitam atau putih ? Bukankah akan seru jika dalam pesta semua orang memakai baju dengan warna berbeda. Huft... aku ingin tahu, siapa orang yang pertama kali membuat peraturan seperti ini.'
• • • • •
"Daddy mempunyai partner kerja baru. Jika kita bertemu dengannya di sana nanti, Daddy akan mengenalkanmu padanya." ucap Kevan pada Samantha yang sedari tadi hanya duduk diam di sebelahnya sambil memainkan ponselnya di sepanjang perjalanan menuju tempat acaranya diadakan. Entah apa yang dilakukan Samantha dalam ponselnya itu.
"Apa partner Daddy itu sudah tua ? Atau dia seorang pengusaha muda ? Laki-laki atau perempuan ?" ucap Samantha yang kini sudah mematikan ponselnya dan beralih menatap Kevan seolah tertarik dengan topik pembicaraan di antara mereka saat ini.
Ya. Itu tentu saja. Like Mother like Daughter.
"Dasar kau ini. Kau berharap jika partner Daddy ini seorang pria tampan, kan. Sayangnya, tidak. Partner Daddy ini seumuran dengan Daddy. Bahkan sepertinya dia lebih tua." ucap Kevan membuat Samantha mendesah kecewa.
"Yah.. padahal kan Sam_____"
"Kehabisan stok pria yang bisa kau permainkan hatinya kan. Sam.. mempermainkan hati pria seperti itu tidak baik. Jika suatu saat nanti ada salah satu dari pria itu yang sakit hati karenamu dan menjadi dendam padamu, bagaimana ?" ucap Kevan mencoba menakut-nakuti putrinya itu agar berhenti dengan kebiasaannya yang suka mempermainkan hati banyak pria.
"Kan ada Daddy dan kakak El bersamaku. Para pria yang mungkin mempunyai dendam padaku itu akan berhadapan dengan Daddy atau kakak El, nanti. Benar, kan. Karena itulah aku tak punya rasa khawatir sedikit pun. Karena apa ? Karena aku mempunyai dua malaikat pelindung disisiku." ucap Samantha santai membuat Kevan menggelengkan kepalanya tak percaya.
'Lihatlah putrimu ini, San. Dia sama keras kepalanya sepertimu. Seperti dirimu dulu, putrimu sekarang juga tak mau mendengarkan ucapanku.' batin Kevan dalam hatinya.
Tak lama setelah itu, Kevan membelokkan mobilnya masuk melewati gerbang hotel bintang 5 yang cukup mewah. Tapi Samantha tidak terkesima atau terkejut sedikit pun dengan itu, karena itu adalah hal biasa dan sering dilihatnya selama ini.
"Daddy, bisakah jika kali ini aku membawa ponselku masuk ke dalam sana. Aku bosan jika hanya diam dan mendengarkan obrolan Daddy dan tamu-tamu lainnya seputar bisnis. Boleh ya..." ucap Samantha mencoba untuk membujuk Kevan.
"Baiklah. Hanya kali ini saja, oke. Dan ingat, jangan membuat keributan di dalam sana. Jadilah gadis yang baik dan anggun untuk malam ini. Ayo kita turun sekarang." ucap Kevan setelah ia berhenti di dekat pintu hotel.
Samantha lalu mengambil handbagnya dan menghela nafas beratnya sesaat sebelum akhirnya ia menyusul Kevan keluar dari mobil.
"Kau siap masuk ke dalam sana, sekarang ?" tanya Kevan sambil mengangkat lengannya untuk memberi kode agar putri cantiknya itu mau merangkulnya.
"Tentu saja. Samantha selalu siap." ucap Samantha yang membuat Kevan tersenyum karenanya.
Keduanya lalu berjalan bersama masuk ke dalam lobby hotel yang sangat luas itu dengan langkah dan gaya santai mereka.
"Tuan Kevan ? Anda datang ? Selamat datang diacara kami. Suatu kebanggaan Anda bisa hadir di sini. Silahkan masuk dan selamat menikmati pestanya." ucap pria paruh baya yang sepertinya adalah partner kerja Kevan dan sekaligus tuan rumah pesta yang tengah berlangsung saat ini.
Tapi sayang sekali, Samantha tidak ingat siapa nama pria paruh baya itu. Memang seperti itulah Samantha. Ia mudah lupa akan segala hal. Atau lebih tepatnya, otaknya hanya mau mengingat hal-hal penting saja, untuk menghemat kapasitas ruang dalam otaknya. Ya, setidaknya itulah yang dipikirkan gadis cantik itu.
"Terima kasih, Mr. Brown. Dan juga selamat atas kemenangan tender besar yang katanya menjadi incaran semua orang itu. Aku permisi dulu, sekarang." ucap Kevan yang Samantha tahu ada nada sindiran di dalam ucapannya itu.
Keduanya lalu berjalan meninggalkan pria yang disapa Mr. Brown itu oleh Kevan.
"Kapan Daddy akan berubah ? Tadi itu, terdengar jelas sekali jika nada bicara Daddy sinis sekali." ucap Samantha berbisik pada Kevan yang tengah dirangkulnya itu.
"Daddy tadi hanya bicara seperti biasa saja." ucap Kevan membela dirinya dan seolah tak mau disalahkan.
"Dasar Daddy ini." ucap Samantha sambil mencubit kecil perut Daddynya itu. Dan hal itu membuat Kevan tertawa kecil karenanya.
"Sudahlah. Ayo kita pergi cari coklat kesukaanmu. Dengan itu, kau akan diam dan tidak memarahi Daddy lagi, nanti." ucap Kevan membuat Samantha tersenyum lebar dan memeluk lengan Daddynya yang saat ini tengah dirangkulnya itu penuh sayang.
"Daddy memang sangat mengerti, Sam. Kalau begitu, ayo kita cari coklatnya sekarang." ucap Samantha lalu menarik Daddynya untuk mengikutinya dengan penuh semangat menuju deretan meja yang terhidang berbagai macam makanan untuk para tamu yang hadir di sana.
Tinggal beberapa langkah lagi menuju meja, tapi langkah Kevan dan Samantha terhenti karena salah seorang pria paruh baya yang sepertinya adalah rekan bisnis Kevan, datang menghampiri mereka. Meski mencoba untuk biasa saja, tapi tak dapat dipungkiri lagi jika Samantha kesal dengan kedatangan orang itu.
"Halo tuan Kevan. Senang sekali bisa bertemu dengan Anda di sini. Apa ini putri Anda?" ucap pria paruh baya itu ramah pada Kevan.
"Senang juga bisa bertemu dengan Anda di sini. Dan ya, inilah putri saya yang kerap saya bicarakan dengan Anda. Namanya Samantha. Sam, ini adalah tuan Miguel Schemburg. Dialah orang yang membantu Daddy memasukkanmu ke sekolah miliknya. Berikan salam padanya," ucap Kevan bergantian pada pria paruh baya yang tadi dipanggilnya Miguel itu dan pada Samantha.
"Senang bertemu dengan Anda tuan Miguel." ucap Samantha tersenyum ramah sambil mengangguk kecil pada tuan Miguel.
"Ya.. senang bertemu denganmu juga. Kau sangat cantik. Tak heran jika Daddymu mengajakmu ke pesta bisnis seperti ini. Kurasa dia seumuran dengan Peter. Apakah itu benar tuan Kevan?" ucap tuan Miguel bergantian pada Samantha dan Kevan.
"Ya. Mereka memang seumuran. Tapi sepertinya Peter lebih tua darinya. Ngomong-ngomong dimana putramu itu? Apa dia tidak ikut bersamamu?" ucap Kevan pada tuan Miguel dengan santai, tapi berbeda dengan Samantha yang saat ini tubuhnya menegang dan diliputi banyak pertanyaan.
'Apa orang yang berada di depanku sekarang ini adalah ayah dari si sombong dan menyebalkan Peter itu ? Astaga, aku tidak percaya ini. Tuan Miguel sangat ramah dan menyenangkan, tapi kenapa Peter justru kebalikannya ? Kurasa Peter itu adalah anak orang lain yang tertukar di rumah sakit.' batin Samantha dalam hati.
"Entahlah di mana anak itu. Dia tadi bilang padaku untuk_____"
"Apa ayah mencariku ? Aku hanya pergi sebentar tadi, tidak mungkin ayah sudah merindukanku, kan." ucap Peter yang baru saja tiba di sana. Dan sepertinya dia tidak mengetahui keberadaan Samantha saat ini, karena jika ia tahu, pasti sudah terjadi keributan di sana.
"Hentikan kebiasaanmu yang selalu membuat ayah terkejut seperti itu. Dasar anak nakal," ucap tuan Miguel lalu memukul kecil kepala Peter.
"Ayah.. jangan lakukan itu di depan orang-orang. Aku malu." ucap Peter sambil mengelus pelan kepalanya yang tadi habis dipukul oleh ayahnya.
"Jadi kau bisa malu juga ? Kukira kau hanya bisa membuat orang kesal saja." ucap Samantha tiba-tiba setelah ia melangkah maju dan keluar dari persembunyiannya di belakang punggung Kevan.
Dan di saat itu juga, tubuh Peter menegang dan terkejut saat melihat keberadaan Samantha di sana. Terlebih lagi saat ia melihat penampilan Samantha yang terlihat berbeda saat itu. Berbeda dalam artian yang lebih baik.
"Kau? Di sini?"
Bersambung...