Dan di saat itu juga, tubuh Peter menegang dan terkejut saat melihat keberadaan Samantha di sana. Terlebih lagi saat ia melihat penampilan Samantha yang terlihat berbeda saat itu. Berbeda dalam artian yang lebih baik.
"Kau? Di sini?"
• • • • •
"Apa kalian sudah saling mengenal? Oh, ya.. tentu saja begitu. Kalian berdua pasti bertemu disekolah, kan. Dan sayang.. apa maksud ucapanmu tadi? Apa dia mengganggumu disekolah? Apa dia membuatmu dalam masalah?" ucap ayah Peter ramah pada Samantha dan itu membuat Samantha tersenyum lebar karena merasa mendapatkan kesempatan untuk memberi pelajaran pada Peter.
"Ya. Tadi pagi putra Anda ini mengancam akan mengeluarkan saya dari sekolah. Sepertinya dia tidak suka saya bersekolah disekolah itu. Saya tidak keberatan dengan itu. Mungkin memang saya tidak pantas di sana. Daddy bisa mencarikan saya sekolah lainnya, nanti," ucap Samantha dengan berpura-pura sedih saat ini. Membuat tuan Miguel merasa iba karenanya.
Tapi berbeda dengan Kevan dan Peter. Kevan di sana tahu jika saat ini Samantha hanya berpura-pura sedih saat itu untuk mempermanis suasana dan juga untuk membuat ayah Peter yakin dengan ucapannya. Sedangkan Peter, ia sangat dongkol dan rasanya ingin menenggelamkan Samantha di laut terdalam bumi ini saat itu juga.
"Peter! Apa yang sudah kau lakukan padanya? Apa yang sering ayah katakan selama ini? Kita harus menghormati wanita. Seharusnya kau tidak berbicara kasar seperti itu pada Samantha. Minta maaf padanya sekarang," ucap ayah Peter tegas pada putranya itu.
"Sudahlah tuan Miguel, itu tidak perlu. Ini pasti hanya salah paham saja." ucap Kevan membuat Samantha memasang wajah kesalnya di sana.
"Ini diperlukan. Lagi pula ini juga sebagai pelajaran untuk Peter agar mau mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Cepat minta maaf pada Samantha, sekarang. Kukira kelakuanmu sudah berubah. Ternyata kau tetap menggunakan nama ayah untuk kepentinganmu sendiri," ucap ayah Peter dengan suara lantang dan terdengar memaksa seolah tak ingin dibantah saat itu.
Samantha tersenyum mendengar itu, tapi Peter justru sebaliknya. Telinganya terasa panas dan kepalanya juga sudah mendidih saat ini.
Karena itulah, saat itu juga Peter berjalan ke arah Samantha dan menarik tangan gadis itu untuk pergi dari sana.
"Peter! Apa yang kau lakukan? Kembali ke_____"
"Sudahlah tuan Miguel. Biarkan anak-anak menyelesaikan masalah mereka sendiri. Aku yakin mereka akan baik-baik saja." ucap Kevan mencegah tuan Miguel yang tadi hendak menyusul Samantha dan Peter.
"Apa benar seperti itu ?" ucap tuan Miguel ragu sambil melihat kepergian Peter dan Samantha yang semakin menjauh.
"Tentu saja aku yakin. Lebih baik sekarang kita makan atau berbicara seputar kerja sama baru kita saat ini. Ayolah." ucap Kevan mencoba membujuk dan mengalihkan tuan Miguel.
"Baiklah kalau begitu. Mari." ucap tuan Miguel lalu ia mengajak Kevan pergi dari sana. Dan percaya atau tidak, Kevan merasa sangat lega dengan jawaban partner kerjanya itu.
• • • • •
"Lepaskan tanganku! Apa-apaan kau ini? Kenapa kau selalu berbuat seenakmu saja? Aw.. sakit." ucap Samantha sambil mengelus pergelangan tangannya yang memerah karena ulah Peter padanya tadi.
"Apa kau sadar dengan apa yang baru saja kau katakan pada ayahku tadi? Kau ini benar-benar keterlaluan." ucap Peter marah dan tak terima pada Samantha.
"Keterlaluan? Bagian mana dari kata-kataku tadi yang keterlaluan, Ha? Semua yang kukatakan tadi adalah fakta. Kau sendiri yang mengatakan semuanya padaku tadi pagi. Kurasa kau perlu ke dokter untuk memeriksakan kepalamu. Bagaimana kau bisa lupa dengan apa yang sudah kau katakan sendiri? Dasar pria aneh." ucap Samantha lalu ia membalikkan badannya dan mengambil segelas minuman jus yang ada di deretan meja itu.
Ya. Tadi Peter membawa Samantha ke arah deretan meja berisi makanan-makanan lezat yang sangat menggugah selera. Karena itulah kemarahan Samantha bisa sedikit mereda.
"Tapi cara bicaramu itu tadi salah. Kau membuatku tersudut dan seolah-olah aku sudah berbuat kejahatan besar padamu." ucap Peter sambil memperhatikan Samantha yang meminum jusnya hingga habis tak tersisa.
"Dengar, aku tidak butuh nasehat atau saran darimu mengenai bagaimana cara bicaraku. Kau sendiri saja tidak tahu bagaimana cara berbicara dengan baik pada seorang wanita. Jadi, kenapa aku harus mendengarkanmu ? Sudahlah. Percuma aku menjelaskan semua ini. Pria arogan, sombong dan pemarah sepertimu tidak akan bisa mengerti. Lebih baik aku mencari Daddy dan mengajaknya pulang, sekarang. Jika aku tahu ada kau di sini, aku tak akan pernah mau datang kemari." ucap Samantha lalu meletakkan gelas bekas jusnya itu kembali ke meja dan pergi meninggalkan Peter yang terpaku karena ucapan panjang Samantha barusan.
'Ucapan ibuku saja tidak pernah membuatku terpengaruh hingga seperti ini. Tapi gadis itu... Sebenarnya apa yang sudah terjadi padaku ? Sial. It's really f**king sh*t.'
• • • • •
"Sayang.. apa yang sudah terjadi tadi. Kenapa kau berbicara seperti itu pada ayah Peter ?" ucap Kevan pada Samantha saat mereka sudah meninggalkan kawasan hotel.
"Jadi, Daddy tidak percaya pada Sam ? Semua yang Sam katakan tadi benar adanya Daddy. Peter memang seperti itu. Tuan Miguel sendiri saja mengakui dan sudah paham betul dengan kelakuan anaknya yang memang kurang baik. Tapi, kenapa Daddy tidak bisa mempercayai Sam ? Perkataan Daddy tadi itu membuat hati Sam terluka." ucap Samantha lalu memalingkan wajahnya ke arah lain. Sekarang ia melihat keluar kaca mobil dengan perasaan sedih yang memenuhi hatinya.
"Tapi Sam, Daddy tadi hanya____"
"Terkadang apa yang kita lihat dan kita duga tidak seperti apa yang ada dalam kenyataannya, bukankah Daddy mengajarkan itu pada Sam. Tapi Sam sudah melihatnya sendiri tadi, Daddy sudah sangat percaya pada Peter dan bahkan Daddy membelanya di sana. Daddy jahat." ucap Samantha yang jelas sekali jika ia sangat sedih dan terluka saat ini.
Dan di sana Kevan langsung terdiam. Ia tak mengatakan apa pun lagi setelahnya. Ia mengingat jika perkataan serupa juga pernah didengar dulu.
'Dan kau percaya dengan perkataannya ?'
'Kau memang tidak pernah percaya padaku, Kev.'
'Dia itu tidak seperti yang kau duga selama ini.'
'Kev, dengarkan aku.'
Kevan langsung menutup telinganya berharap suara-suara itu akan berhenti. Dan itu cukup membantu. Setelahnya suara-suara yang bersahutan di kepalanya itu berhenti dengan sendirinya.
Kevan lalu menatap Samantha yang duduk di sampingnya itu dengan pandangan sendunya. Ia merasa sudah membuat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, sekarang.
'Tidak. Aku tidak akan membiarkan ini terjadi lagi. Dulu aku memang bodoh, tapi tidak lagi sekarang. Aku tidak akan membiarkan hubungan keluarga ini merenggang hanya karena meletakkan kepercayaan pada orang yang salah. Sepertinya aku harus menyelidiki hal ini secepatnya. Aku harus tahu seperti apa sifat Peter yang sebenarnya ? Orang tidak mungkin berkata jelek tentangnya tanpa alasan yang jelas. Aku harus secepatnya mencari tahu tentang ini.'
• • • • •
"Kalian sudah pulang ? Kenapa cepat sekali ? Apa pestanya tidak menyenangkan ?" ucap El yang menyambut kedatangan Kevan dan Samantha di ambang pintu rumahnya. Tapi bukan jawaban yang didapatkannya, melainkan ia mendapat pelukan erat dari Samantha.
"Hei, Princess. Kenapa kau menangis ? Sam ?" ucap El saat ia mendengar isak tangis adiknya itu di dalam pelukannya.
Dan tak lama kemudian, Kevan datang ke sana dan akhirnya El yang masih bingung dan bertanya-tanya langsung melihat ke arah Daddynya itu berharap ia mendapat jawaban. Tapi tidak.
"Sam.. cepat masuk ke dalam. Di luar sini dingin, sayang." ucap Kevan sambil mengelus punggung putrinya itu sayang. Tapi Samantha langsung menepis tangan Kevan kasar.
"Sam tidak mau berbicara dengan Daddy. Daddy jahat." ucap Samantha sambil mengeratkan pelukannya pada El.
"Kenapa kau berbicara seperti itu pada Daddy, Sam ? Itu tidak____"
"Sudah. Bawa adikmu masuk ke kamarnya. Di sini udaranya semakin dingin." ucap Kevan menyela, bermaksud agar El tidak bertanya lebih lanjut.
"Baiklah, Dad. Ayo Sam, kita ke kamarmu sekarang." ucap El lalu membawa adiknya yang masih setia memeluknya itu pergi dan berjalan menuju kamarnya.
Kevan yang melihat itu bisa merasa sedikit lega. Setidaknya El bisa membuat adiknya itu merasa lebih baik, nanti. Ya, semoga saja.
• • • • •
"Apa perlu kakak menemanimu tidur di sini malam ini ?" ucap El pada Samantha setelah mendudukkan gadis itu diranjang yang ada dikamarnya.
"Tidak. Kakak El pasti lelah kan seharian ini. Kakak El istirahat saja, sana." ucap Samantha sambil mengusap sisa-sisa air mata yang masih menempel di pipinya.
"Baiklah. Kalau begitu selamat malam dan selamat tidur. Kakak pergi sekarang, yah. Dah..." ucap El lalu mencium puncak kepala Samantha sayang lalu pergi dari kamar adiknya itu.
Sebelum El benar-benar pergi dari kamar adiknya itu. Ia sempat melihat ke arah adiknya sebentar dan tersenyum manis pada adik tersayangnya itu. Setelah Samantha membalas tersenyum ke arahnya, barulah setelah itu El menutup pintu kamar adiknya dan pergi dari sana.
Sekarang, El yang masih belum mendapat jawaban apa pun mengenai kenapa Samantha bisa menangis saat baru saja tiba di rumah tadi, memutuskan untuk pergi menemui Daddynya untuk meminta jawabannya.
"Daddy.. apa kau di dalam ? Apa aku boleh masuk ?" El saat ia sudah berada di depan ruang kerja Daddynya.
"Masuklah." ucap Kevan dari dalam ruangannya. Dan tanpa membuang waktu lagi, El langsung saja masuk ke ruang kerja Daddynya itu.
"Bisakah Daddy jelaskan apa yang sudah terjadi? Ini adalah kali pertama Samantha bersikap seperti itu. Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak membiarkan Sam menangis? Lalu apa itu tadi." ucap El yang terdengar marah dan emosi.
Itulah kelemahan El. Ia tak bisa melihat adiknya itu bersedih dan menangis.
"Ini hanya salah paham saja, El. Tapi secepatnya Daddy akan menyelesaikan masalah ini." jelas Kevan pada El.
"Aku harap ucapan Daddy adalah benar adanya. El sebenarnya sudah bisa menebak apa yang terjadi pada Samantha. Apa di pesta tadi Daddy dan Sam bertemu dengan tuan Miguel dan juga putranya Peter ? Dan pasti Daddy membela Peter di depan Samantha, kan ? Jika iya, El hanya ingin mengatakan jika apa pun yang dikatakan Sam pada Daddy tadi tentang anak tuan Miguel itu adalah kebenarannya. Waktu itu Daddy juga lebih memilih membelanya daripada El kan. El tidak masalah dan diam saja karena El menghormati Daddy waktu itu. Tapi sekarang, El tidak bisa diam lagi karena Daddy sudah membuat Sam menangis. Anak tuan Miguel yang bernama Peter itu tidak sebaik yang Daddy kira. El akui jika Gio, kakaknya Peter adalah pria yang baik dan berhasil mencapai kesuksesan dengan usahanya sendiri. Tapi Peter, dia berbeda Daddy. Kenapa bisa El bilang seperti ini ? Itu karena Peter juga sering datang ke tempat El biasa bermain bersama teman-teman motor El dulu. Dan juga apa Daddy tahu hal terbaiknya ?" jelas El panjang lebar pada Daddynya, yang diakhiri dengan mengajukan sebuah pertanyaan misterius pada Daddynya.
Kevan yang ditanyai pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya, hanya bisa mengernyitkan dahinya bingung.
"Peter adalah salah satu ketua geng motor yang paling dihormati di sana."
Bersambung...