Part 3. Happy For What?

1375 Kata
"Katakan padaku apa yang membuatmu terus tertawa sejak kau keluar dari toko baju di Mall tadi. Kau bahagia karena apa ?" ucap El yang tengah fokus mengemudikan mobilnya pada Samantha yang tengah asyik berkaraoke ria didalam mobil dengan musik yang disetelnya dengan keras. Tapi itu tidak lagi, karena El sudah mengecilkan suara musiknya. "Aku senang karena sesuatu. Dan kakak tidak perlu tahu itu." ucap Samantha lalu mencubit pipi kakaknya itu dengan gemas. "Kurasa kau sudah gila, Sam." ucap El kesal karena adiknya itu tiba-tiba mencubit pipinya. "Oh ya, ditelvon tadi, Patrice menitipkan salam cintanya untuk kakak." ucap Samantha santai tapi El bersikap sebaliknya. "Lagi-lagi teman genitmu itu ya. Astaga ! Kenapa teman-temanmu itu tidak berhenti menggodaku, sam ?" ucap El kesal yang membuat tawa Sam pecah seketika. "Kakak jangan marah gitu, ah. Seharusnya kakak itu bersyukur karena punya banyak penggemar. Lagian kakak juga sih, kenapa punya wajah tampan seperti ini. Pasti dikantor Daddy nanti, kakak juga punya banyak penggemar. Kakak yang sabar ya." ucap Samantha menggoda El yang memang akan mulai bekerja dikantor Daddynya itu. "Ya. Wajah tampanku ini memang anugerah. Tapi kau kan bisa berbohong pada teman genitmu itu, kalau aku sudah punya kekasih agar dia tidak terus menggodaku, Sam." ucap El yang masih tidak terima dengan teman Samantha yang tak bisa berhenti menggodanya. "Berbohong ? Apa kakak yang selalu melarangku berbohong, kini menyuruhku berbohong ? Wah.. aku akan mengadukan ini pada Daddy. Daddy !!!!!!!!!!!" ucap Sam lalu turun dari mobil dan berteriak dengan berlari ke dalam rumah. El langsung panik. Ia lalu mematikan mesin mobilnya lalu bergegas turun menyusul adiknya yang lebih dulu masuk kedalam rumah. Saat El sampai didalam, ia bingung saat mendapati Samantha tak bersama Daddynya. Justru Daddynya kini tengah duduk santai dengan tatapan yang mengarah kepadanya. "Apa kebiasaan adikmu kini menular kepadamu ? Saat bisa berjalan seperti biasa, kenapa kau berlari sampai terengah seperti itu ?" ucap Kevan membuat El tersadar, jika adiknya itu mengerjainya lagi kali ini. "Aku haus sekali. Aku akan mengambil minum didapur, sebentar. Apa kau juga mau kuambilkan sesuatu, Dad ?" ucap El mencoba menghindari Daddynya. Mengapa ? Karena melihat tatapan Daddynya padanya, perasaannya menjadi tidak enak. "Tidak perlu repot. Sam akan datang dengan membawa minuman untuk kita. Lebih baik kau duduk disini dan katakan apa hal penting yang ingin kau sampaikan padaku. Kata Sam tadi, ini mengenai masalah tentang dirinya." ucap Kevan tegas pada El. Dan kalian tahu apa reaksi El setelah mendengar ucapan Daddynya itu ? Ia memaki adiknya dalam hati karena selalu saja membuatnya berada dalam posisi yang sulit. 'Astaga, Sam !! Aku memang berjanji akan membicarakan kepindahan sekolahmu pada Daddy. Tapi tidak secepat ini juga. Dasar anak itu,' batin El kesal. Dan akhirnya, mau tak mau El akhirnya duduk didekat Daddynya. Memang mau bagaimana lagi ? Tak mungkin ia melawan Daddynya, kan. "Ayo cepat katakan. Tidak setiap hari aku ada dirumah, kan. Ini saatnya kita bicara dan merundingkan masalah keluarga bersama. Seperti yang biasa kita lakukan. Ayo, katakan." ucap Kevan mencoba mendorong putranya itu untuk berani berbicara kepadanya. Itu karena ia melihat ada keraguan dimata El untuk bicara padanya. "Emm.. jadi begini, Dad. Ini soal Sam. Dia mengatakan padaku kalau______" "Kalau dia tak nyaman dengan sekolahnya sekarang ? Kantinya jelek, rumput tamannya berantakan, toiletnya kumuh, siswa pria disana tidak ada yang tampan. Atau ada alasan lainnya lagi sekarang ?" ucap Kevan marah. Dan El sudah menduga itu akan terjadi. El sekarang menyiapkan dirinya untuk mendengarkan kelanjutan amarah Daddynya. "Daddy sudah bilang tempo hari. Hanya kuberikan 3 kali kesempatan untuk Sam pindah sekolah. Dan jika dihitung, bukankah kesempatan yang kuberikan itu sudah habis. Jadi dia tidak bisa meminta untuk pindah sekolah lagi kali ini." ucap Kevan lagi masih dengan amarahnya yang belum reda. "Aku sudah bilang seperti itu padanya, tapi______" "Aku berjanji ini adalah terakhir kali aku meminta sesuatu pada Daddy. Aku mohon Daddy. Aku tidak nyaman dengan sekolahku yang sekarang. Please, Daddy." ucap Samantha yang datang berlari dari arah dapur dan kini berlutut didekat kaki Daddynya. Merasa iba. Ya. Kevan mungkin akan merasa seperti itu. Tapi El ? Tentu saja tidak. Ia tahu jika Sam hanya berpura-pura, hanya untuk membuat Daddynya itu mau menuruti permintaannya. Ya. Selalu seperti itu. 'Dasar penjilat. Seharusnya aku tahu ini yang akan terjadi. Aku dimarahi oleh Daddy, dan dia akan datang setelahnya dengan memasang ekspresinya yang seperti anak kucing itu untuk meyakinkan Daddy. Kadang aku berfikir, untuk apa aku melakukan semua ini ?' batin El kesal. "Baiklah. Daddy akan mengabulkan permintaanmu itu." ucap Kevan yang sekali lagi El sudah menduganya. Dan ada satu orang disana yang sangat senang mendengar ucapan Kevan itu. Ya. Siapa lagi kalau bukan Samantha. Tapi kesenangan itu sirna seketika setelah Kevan mengatakan satu kalimat yang membuat Samantha langsung lemas ditempatnya. "Tapi Daddy yang akan memilihkan sekolah baru untukmu. Tidak ada penolakan atau negosiasi lagi. Kau mau menerimanya atau lupakan saja keinginanmu untuk pindah sekolah." ucap Kevan yang membuat El tersenyum senang dalam hatinya. 'Rasakan itu gadis nakal. Jadi begini rasanya saat kau melihatku dimarahi oleh Daddy.. Ini menyenangkan,' batin El senang. "Jangan senang dulu, El. Saat Sam disekolah barunya nanti, kau yang akan mengantar jemputnya setiap hari. Kau boleh menolaknya, tapi jangan harap kau bisa menikmati fasilitas yang Daddy berikan lagi." ucap Kevan saat melihat putranya itu tersenyum kecil ditempatnya, seolah bahagia melihat adiknya yang tengah dimarahi. "Tentu saja aku tidak akan menolaknya, Daddy. Tapi pastikan nanti Daddy memilih sekolah yang satu jalan menuju kantor, okay." ucap El santai karena ia memang sanggup melakukan tugas yang diberikan Daddynya itu. "Hmm.. itu memberikanku sebuah ide. Sam, sekarang bantu kakakmu membawa belanjaan yang ada dimobil masuk kedalam. Daddy akan beristirahat sebentar diatas." ucap Kevan lalu pergi meninggalkan El dan Samantha berdua saja diruang tamu. "Kenapa kau melihatku seperti itu ? Bukankah aku sudah mengatakan semuanya pada Daddy. Dimana letak kesalahanku sekarang ?" ucap El saat Samantha memberikan tatapan tak biasa padanya. "Tapi semuanya tidak seperti yang Sam harapkan. Sam maunya_______" "Aku tahu kau memang banyak maunya gadis nakal. Sekarang, ayo bantu aku membawa belanjaan kita kedalam seperti yang disuruh Daddy tadi." ucap El lalu bangun dari duduknya dan berjalan keluar menuju mobil, disusul oleh Samantha dibelakangnya. "Huh.. kurasa laki-laki kasar yang kutemui tadi membuat hidupku sial saja." gumam Samantha sangat pelan sambil berjalan malas dibelakang kakaknya. "Apa kau mengatakan sesuatu ?" ucap El berbalik badan karena seperti mendengar adiknya berbicara sesuatu dibelakangnya. Samantha menatap kakaknya yang sekarang berdiri berhadapan dengannya itu dengan tatapan kesalnya. Ia menghembuskan nafas beratnya sebelum menjawab pertanyaan kakaknya itu. "Kalau ya, memangnya kenapa ? Gadis manis sepertiku bisa apa ? Karena aku tidak bisa melawan Daddy, jadi aku berkeluh kesah sendiri. Memangnya tidak boleh ? Lagian Sam kapok curhat sama kakak El. Sam udah cerita dengan semangat, malah ditinggal tidur. Buat tingkat kekesalan Sam meningkat sampai level tinggi." ucap Samantha melampiaskan kekesalannya pada kakaknya yang terlihat hanya memasang ekspresi datarnya itu. "Kau pernah marah sambil bercermin atau tidak ? Hmm.. karena kakak tampanmu ini baik, akan ku katakan padamu apa yang kulihat diwajahmu saat ini. Kau mau tahu apa itu ?" ucap El dengan memasang mimik wajah seriusnya. "Jangan mengajakku bercanda sekarang. Apapun yang kakak El katakan, Sam tidak akan mempercayainya." ucap Sam sambil melipat kedua tangannya didepan d**a dan memalingkan wajahnya kearah lain. "Sungguh ? Kalau begitu jangan percaya. Tapi aku akan memberitahu seperti apa wajahmu tadi saat marah. Seperti ini." ucap El lalu membuat ekspresi konyol dan ditunjukkannya itu pada Samantha. "Wajahku tidak mungkin seburuk itu." protes Samantha tak terima pada kakaknya itu. "Memang seperti itulah wajahmu saat marah. Tidak. Bahkan lebih buruk dari yang baru saja kutunjukkan tadi." ucap El serius, membuat Samantha langsung mengambil cermin dari dalam tas sling bagnya dan bercermin disana. "Aku tahu kakak pasti_____" Ucapan Samantha terhenti saat tak mendapati kakaknya berada didekatnya lagi. "Hei !!! Kau mengerjaiku lagi ya. Berhenti disana !! Awas saja saat kau berhasil kutangkap, nanti ! Akan ku umpankan kau pada anjing tetangga kita yang galak itu ! Berhenti !!!" ucap Samantha saat melihat kakaknya berlari cepat menuju gerbang, seperti pencuri yang sedang melarikan diri. Tapi Samantha tak tinggal diam. Ia langsung mengejar kakaknya itu dengan kecepatan kudanya. Jangan menyalahkan kelakuan El yang sangat jahil disini. Itu dilakukannya untuk menghibur adiknya. Meski tak sepenuhnya membuat Samantha melupakan kekesalan dan amarahnya, setidaknya untuk beberapa saat, Samantha bisa melupakannya. Itulah gunanya keluarga, bukan. Saling percaya satu sama lain, saling terbuka, saling mengasihi dan menyayangi, saling membantu saat ada masalah, dan saling menghibur saat ada yang bersedih. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN