Part 11. Sorry? Am I Know You?

1716 Kata
Pagi harinya.. Pagi ini suasana di dalam rumah besar Kevan terasa berbeda. Rumah itu lebih sunyi dan hening dari biasanya. Tidak terdengar suara ceria Samantha seperti biasa. Apa yang terjadi ? Memangnya dimana Samantha sekarang? Entahlah. Ayo kita cari tahu. "Dimana Samantha ? Apa dia bangun kesiangan lagi ?" ucap Kevan pada El saat ia baru saja tiba diruang makan. Kevan bertanya seperti itu karena ia tak melihat Samantha di sana. Hanya ada El sendirian yang tengah memakan sarapannya. "Dia sudah pergi ke sekolah." ucap El singkat lalu meminum jus jeruknya. "Apa ? Kenapa Daddy tidak tahu ?" ucap Kevan pada El yang sekarang sudah berdiri dari duduknya. "Masih ada banyak hal lainnya lagi yang tidak Daddy ketahui. Kalau begitu aku akan pergi bekerja sekarang." ucap El lalu ia pergi dari sana meninggalkan Daddynya sendiri di ruang makan. Kevan tidak tersinggung sedikit pun dengan ucapan putranya itu. Meski terlihat jelas jika saat ini El terlihat marah dan enggan berbicara dengannya setelah kejadian tadi malam. Tapi Kevan cukup bangga pada putranya itu yang sudah menjadi dewasa dengan masih mau menunggunya di ruang makan dan juga pamit untuk pergi bekerja. Bukannya langsung menyantap sarapannya, Kevan malah berdiri dari duduknya dan segera mengeluarkan ponselnya. Ia terlihat menelepon seseorang sambil berjalan menuju pintu utama rumahnya. "Halo, Seth.. aku butuh bantuanmu, sekarang. Dimana aku bisa menemuimu?" ucap Kevan pada seseorang yang diteleponnya di seberang sana. "Sudah lama sejak terakhir kali kau meneleponku. Aku rasa ini adalah sesuatu yang penting. Kalau begitu, datanglah ke rumahku." "Baiklah. Aku akan ke sana, sekarang." ucap Kevan singkat lalu ia mematikan sambungan teleponnya dan masuk ke dalam mobilnya untuk kemudian pergi menuju tempat yang ditujunya. ••••• "Rasanya aku malas sekali ke sekolah hari ini. Apalagi harus melihat wajah pria sombong yang membuat aku dan Daddy bertengkar sejak tadi malam. Aaarrgh.. menyebalkan sekali." ucap Samantha lalu ia melempar batu kecil yang saat ini dipegangnya dengan penuh tenaga kedalam danau. Ya. Jadi, tadi pagi Samantha bangun pagi sekali untuk menghindari Daddynya. Bukan karena ia masih marah, ia tak mau bertemu Daddynya dulu karena ia tak mau berargumen lagi dengan Daddynya yang akan membuat pertengkaran keduanya bertambah buruk. Jadilah Samantha pergi ke Central park yang memang letaknya tak jauh dari sekolahannya setelah ia menghabiskan sarapannya pagi-pagi sekali tadi, karena tidak mungkin ia pergi ke sekolah saat hari masih sangat pagi sekali. "Tapi daripada nanti Daddy bertambah marah padaku, lebih baik aku ke sekolah saja sekarang." ucap Samantha dengan penuh keterpaksaan dalam nada bicaranya itu. Setelah itu, Samantha lalu berjalan menuju tempat parkir untuk mengambil mobilnya dan pergi dari kawasan Central park itu. Dengan wajahnya yang murung tentu saja. ••••• "Hei, Lihat ! Siapa yang datang dengan mobil bagus itu ?" "Ya. Kira-kira siapa ya ?" "Apa ada anak baru yang datang ke sekolah kita ?" Begitulah bisik-bisik siswa siswi di sana saat melihat mobil putih mewah memasuki tempat parkir sekolah. Ya, tentu saja itu adalah Samantha. Memangnya siapa lagi. Saat ini, gadis itu merasa enggan keluar dari mobilnya karena ya.. sebenarnya ia tak ingin masuk sekolah hari ini. Jadilah dia masih setia duduk di dalam mobilnya yang kini sudah terparkir rapi di tempat parkir sekolah. "Hmm.. apa aku pulang saja sekarang ? Tapi sudahlah, seorang Samantha tidak akan terpengaruh dengan keberadaan seorang laki-laki yang menyebalkan seperti dia. Hiraukan saja dia jika kau bertemu dengannya nanti, Sam. Ya. Begitu saja." ucap Samantha lalu ia membuka pintu mobilnya dan turun dari sana. Setelah ia menutup kembali pintu mobilnya, ia lalu mengunci mobilnya dan berniat pergi dari sana. Tapi... "Hei! Apa yang kau lakukan di tempat parkirku ? Cepat singkirkan mobilmu dari sini." ucap seseorang yang saat ini tengah duduk di atas motor sportnya dengan helm yang kacanya terbuka. Siapa lagi kalau bukan.. "Kau berbicara denganku ?" ucap Samantha setelah menengok kanan kirinya, sengaja untuk membuat Peter kesal. "Memang kau melihat ada orang lain di sini ? Tentu saja dirimu, bodoh." ucap Peter dengan nada ketusnya pada Samantha. Bukannya menjawab ucapan Peter, Samantha malah melihat dengan teliti area parkir di sana seolah tengah mencari sesuatu atau sebuah barang yang hilang di sana. Dan itu membuat Peter kesal sekaligus bingung saat itu. "Apa yang kau lakukan ? Cepat pindahkan mobilmu dari sini atau_____" "Maaf. Tapi tidak ada nama siapa pun yang tertera di tempat parkir ini. Dan lagi pula ini tempat parkir mobil, bukan motor. Jadi kau saja sana yang pergi untuk mencari tempat parkir yang lain." ucap Samantha lalu ia berbalik badan berniat pergi dari sana. Tapi.. "Aku tahu kau putri dari pengusaha ternama, tapi itu tidak membuktikan apa pun. Di sini tetap aku yang berkuasa. Jadi, singkirkan mobilmu sekarang !" ucap Peter yang langsung membuat Samantha berhenti berjalan dan berbalik untuk melihat ke arahnya. "Aku tidak membutuhkan kekuasaan atau apa pun di sini. Itu tidak penting. Dan lagi pula apa manfaat dari kekuasaan yang kau maksud itu ? Sudahlah. Aku tidak mau berbicara lebih lama lagi denganmu. Bye." ucap Samantha lalu ia langsung berjalan pergi dari sana. Meninggalkan Peter dengan perasaan kesalnya yang semakin memuncak. 'Sial ! Baiklah aku akan mengalah kali ini, karena Ayah masih membutuhkan tuan Kevan untuk mengerjakan proyek barunya saat ini. Tapi lain kali. Aku akan memberikan pelajaran padamu.' ••••• "Hai, Sam. Apa kabarmu hari ini ?" sapa Tomy pada Samantha yang saat ini tengah mengambil sesuatu dari lokernya. "Hai juga Tom. Kabarku sangat buruk hari ini. Bagaimana denganmu sendiri ?" ucap Samantha ramah pada Tomy seolah sudah berteman lama dengan pria itu. "Kabarku sangat baik hari ini. Karena aku sudah menunggu hari ini tiba. Hari di mana aku akan bertanding basket melawan Peter. Doakan aku akan menang nanti, ya." ucap Tomy yang saat ini mengikuti Samantha berjalan yang entah hendak ke mana. "Wah.. jadi sepertinya kelas kita mempunyai jadwal olahraga yang sama. Aku juga akan berolah raga hari ini." ucap Samantha sambil menunjukkan seragam olahraga yang tadi diambilnya dari loker. "Wah.. apa itu benar ? Kalau begitu tonton pertandinganku nanti, ya." ucap Tomy senang dan itu membuat Samantha tersenyum kecil. 'Ya... setidaknya kehadiran Tomy di sini bisa membuatku lebih baik. Dan juga berbincang dengannya selalu menyenangkan.' batin Samantha dalam hati. "Emm.. aku dengar kau bawa mobil mewah ke sekolah ya. Semua orang membicarakan itu di sini." ucap Tomy membuat Samantha melihat ke arahnya dengan tatapan aneh. "Tidak. Itu hanya mobil biasa. Anak-anak di sini saja yang terlalu berlebihan." ucap Samantha sambil tertawa ringan. "Lihatlah ! Kau terlihat sangat cantik dengan tertawa begini. Kenapa kau tidak melakukannya setiap saat ?" ucap Tomy memuji Samantha membuat tawa gadis itu berhenti seketika. "Asal kau tahu saja, aku hanya bisa tertawa dengan orang-orang tertentu saja. Dan kurasa kau sepertinya beruntung menjadi salah satu orang itu." ucap Samantha dan kini giliran Tomy yang tertawa di sana. Sedangkan Samantha hanya bisa tersenyum kecil melihat itu. "Kau itu lucu seka____" Ucapan Tomy itu terhenti karena mendengar dering telepon yang berasal dari ponsel Samantha. "Hihi.. maaf ya. Tunggu sebentar, aku akan mengangkat video call ini dulu." ucap Samantha merasa tidak enak pada Tomy. "Ada apa Tris ? Kita kan sudah membuat perjanjian untuk tidak saling mengganggu satu sama lain saat disekolah. Jadi apa yang membuatmu menghubungiku lewat video call seperti ini ?" ucap Samantha pada sahabatnya Patrice yang ada saat ini wajahnya ada dilayar ponselnya itu. "Jangan marah seperti itu, Sam. Aku hanya merasa bosan karena Bebe tidak masuk hari ini. Hanya sebentar. Lagi pula sebentar lagi juga aku masuk kelas. Jadi, bagaimana sekolah barumu kali ini. Kau belum menceritakannya padaku. Kenapa kau tidak menghubungiku sejak kemarin ? Kukira kau marah padaku." "Aku baru akan pergi ke rumahmu nanti sepulang sekolah. Jadi sudah dulu ya. Aku sudah harus masuk ke kelas sekarang." ucap Samantha ramah seperti biasa. "Yaya.. baiklah. Tapi ngomong-ngomong siapa pria tampan yang mengintip di belakang sana. Apa dia_____" "Bukan. Nanti akan kuceritakan semuanya padamu. Sudah dulu ya. Bye." ucap Samantha lalu menutup video call itu dengan cepat. Kenapa ? Karena jika tidak, sahabatnya itu akan terus bertanya tanpa henti. "Maaf ya. Tadi itu sahabatku. Dia memang suka mengganggu seperti itu. Ayo kita lanjutkan pembicaraan kita yang tadi. Sampai dimana kita ?" ucap Samantha saat ia sudah kembali ke tempat Tomy berdiri, sekarang. "Sudahlah lupakan saja itu. Tapi, ngomong-ngomong temanmu yang tadi itu cantik juga ya. Kau harus mengenalkannya padaku, nanti." ucap Tomy yang langsung mendapat respon penolakan keras dari Samantha. "Tidak. Aku tidak mau sahabatku nanti menjadi korban pria playboy sepertimu." ucap Samantha terdengar serius tapi sebenarnya ia menggoda Tomy di sana. "Oo.. jadi begitu. Kau menganggapku pria playboy jahat sekali. Tapi julukan itu lebih baik daripada julukan Bad Boy. Iya kan." ucap Tomy membuat Samantha mengangguk kecil. "Ya. Aku juga berpikir begitu. Nah, aku sudah sampai diruang ganti wanita. Terima kasih sudah mau repot mengantarku ya. Dah.." ucap Samantha yang langsung masuk begitu saja ke dalam ruang ganti siswi perempuan di sana. Meninggalkan Tomy yang tengah melihat sekelilingnya dengan bingung. "Bagaimana bisa aku sampai di sini ? Ini pasti karena terlalu asyik mengobrol dengan Samantha tadi. Lebih baik sekarang aku juga pergi ke ruang ganti." ucap Tomy lalu pergi dari sana atau lebih tepatnya berlari menuju ruang ganti pria. ••••• "Wah.. senang sekali ya. Olahraga hari ini kita para wanita tidak perlu melakukan apa-apa. Kita hanya harus menjadi penonton saja." "Ya. Ini menyenangkan. Tubuh kita akan tetap wangi karena tidak berkeringat hari ini." Begitulah kurang lebih bisik-bisik para siswi di sana yang sampai ditelinga Samantha. Hal itu membuat Samantha sendiri merasa sedikit kesal sebenarnya. 'Apa-apaan ini ? Kenapa hanya para pria yang berolahraga ? Memangnya hanya mereka saja yang bisa bermain basket. Aku juga bisa.' batin Samantha dalam hatinya. "Hai, Sam. Kenapa kau hanya duduk sendirian di sini ? Kau tidak punya teman ya ? Kalau begitu biarkan aku menemanimu di sini. Pertandingannya akan mulai sebentar lagi." ucap seseorang yang tiba-tiba saja duduk di dekat Samantha yang memang sedari tadi ia duduk menyendiri dan sedikit menjauh dari anak-anak lainnya. Tapi ternyata orang yang tiba-tiba menyapa Samantha itu ternyata tidak datang sendiri. Ada dua orang lainnya yang ikut duduk di dekatnya, saat ini. Di sana Samantha bingung dan merasa aneh. Pasalnya, ia tahu jika orang yang tadi menyapanya itu adalah orang yang sama yang waktu itu memanggil Peter dengan sebutan sayang. Dan saat itu juga terlihat sekali jika wanita yang tadi SKSD dengannya itu menatap penuh benci ke arahnya. Tapi sekarang kenapa justru sebaliknya ? Dan karena itulah setelahnya, Samantha mengucapkan hal yang mungkin saja akan membuat orang-orang yang saat ini duduk di dekatnya itu merasa tersinggung. "Sorry, am i know you ?" Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN