"Kakak ? Kau ada dimana ? Aku akan pulang dengan siapa sekarang ?" ucap Samantha kesal pada kakaknya yang ada di seberang telepon.
"Tunggu saja sebentar lagi. Kau akan terkejut saat tahu siapa yang menjemputmu nanti. Sudah dulu ya, aku sangat sibuk sekarang."
Tut.. tut.. tut..
El langsung memutuskan sambungan teleponnya sepihak membuat Samantha berdecak kesal.
"Mulai besok aku akan bawa mobil sendiri saja jika begini. Aku tidak pernah dibuat menunggu selama ini, sebelumnya." gumam Samantha pelan dan kesal sambil terus melihat ke arah jalan raya, untuk memastikan apa jemputannya sudah datang.
"Hei hei hei... lihat siapa yang ada di sini. Apa gadis yang tadi sok pemberani ini sedang mencari tumpangan untuk pulang ?" ucap seseorang dari arah belakang Samantha dan tanpa perlu melihat orang itu, Samantha tahu siapa orang yang mengejeknya itu.
"Kau sangat perhatian sekali padaku. Bagaimana bisa kau tahu tentang itu, tuan singa ?" ucap Samantha tanpa membalikkan badannya. Karena ia merasa tak perlu dan tak ingin melihat wajah pria yang menyebalkan itu.
"Apa kau memang selalu tidak sopan seperti ini ? Lihat lawan bicaramu saat_____"
"Apalagi sekarang ? Apa kau belum puas mengataiku sejak kemarin ? Jika kau ingin aku melihatmu saat aku bicara padamu, ubah dulu semua yang ada di wajahmu itu, karena saat melihat wajahmu aku menjadi sangat kesal. Aku juga tidak tahu kenapa bisa begitu ?" ucap Samantha yang sekali lagi berhasil membuat Peter malu di depan sahabatnya, Tomy dan Derren.
"Kau_____"
"Sam !!!" teriak seseorang yang langsung membuat Samantha berbalik dan membuat perhatian Peter dan teman-temannya juga beralih melihat ke arah orang itu.
"Brooklyn !!!" seru Samantha antusias saat melihat sahabat kakaknya yang kini juga dianggapnya sebagai kakaknya sendiri itu tengah berlari ke arahnya.
"Brooklyn ?"
"Peter ?"
"Apa kau mengenal pria menyebalkan ini ?" ucap Samantha pada Brooklyn, saat ia melihat pria itu terlihat terkejut dengan keberadaan Peter di sana.
"Dia sepupuku." ucap Brooklyn pelan dan di sana Samantha langsung tahu jika Brooklyn tidak nyaman mengatakan itu.
"Sudahlah, aku tidak ingin tahu lebih lanjut tentang hubunganmu dengannya. Ayo kita pergi saja dari sini. Aku ingin bercerita dan menanyakan banyak hal denganmu." ucap Samantha lalu merangkul lengan Brooklyn mesra lalu membawa pria itu pergi bersamanya dari sana.
Sementara Tomy dan Derren dibuat bingung saat melihat Peter yang melamun dan ter patung cukup lama di tempatnya, meski Samantha dan Brooklyn sudah tak terlihat lagi.
"Ada apa Pete ? Kenapa kau melihat kepergian mereka dengan tatapan aneh seperti itu ?" tanya Tomy yang akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Lagi pula, ia juga sudah lelah karena berdiri terlalu lama untuk menunggu Peter di sana.
Peter tidak menjawab. Ia hanya melirik sedikit ke arah sahabatnya itu.
'Selalu seperti ini. Dulu wanita yang ku cintai menolakku dan lebih memilih mengejar Brooklyn, si selebriti terkenal yang sekaligus sepupu sialan itu, meski tahu jika cintanya akan berakhir dengan cinta tak berbalas. Sebenarnya apa hal yang tidak kumiliki, sementara Brooklyn memilikinya ? Ini membuat mood ku menjadi sangat buruk, sekarang.'
•••••
"Hahaha.. apa kau benar-benar mengalami semua itu ? Pantas saja kakak El menjulukimu pria malang. Terima dan sabar saja dengan semua itu, ya." ucap Samantha tertawa setelah mendengar cerita Brooklyn yang panjang lebar sejak kurang lebih 1 jam lamanya mereka berdua berada di cafe.
"Ya.. teruslah tertawa seperti itu. Kau dan kakakmu itu memang sama saja. Kalian berdua tidak pernah menghargai aku di sini. Seharusnya kalian beruntung memiliki teman artis terkenal seperti aku." ucap Brooklyn memuji dirinya sendiri.
"Dasar kau ini. Oh ya, bagaimana kabar pacar cantikmu itu ? Apa dia sudah meninggalkanmu karena menyesal memilih berpacaran denganmu ?" ucap Samantha sengaja menggoda Brooklyn sambil terkikik kecil.
"Dia tidak akan melakukan itu. Pacarku itu adalah wanita baik dan menerimaku apa adanya. Dia tidak sepertimu, gadis nakal. Daripada terus mengejekku, coba ceritakan bagaimana kau bisa terdampar disekolah itu ? Dan bagaimana kau bisa mengenal Peter ?" ucap Brooklyn yang langsung membuat Samantha memasang ekspresi malasnya.
"Aku benar-benar malas membahas tentang pria menyebalkan itu. Dia itu tidak penting sama sekali." ucap Samantha lalu menyuap sesendok es krim ke dalam mulutnya.
"Sejauh aku mengenalnya, dia adalah pria yang baik. Kenapa sepertinya kau sangat membencinya begitu ?" ucap Brooklyn santai dan Samantha langsung tertawa mengejek saat mendengar itu.
"Apa kau bercanda ? Peter yang menyebalkan seperti itu kau sebut baik ? Dia sangat jauh dari kata baik. Tidak ada sedikit pun di dalam dirinya yang bisa dibilang baik. Kerjanya hanya mengejek dan mengatai orang saja. Selain itu dia juga pria yang sombong. Huh ! Yang jelas aku sangat tidak suka padanya. Jadi, jangan bahas tentang dia lagi." ucap Samantha terdengar kesal dan emosi, membuat Brooklyn menahan senyumnya saat melihat ekspresi Samantha saat itu.
"Tapi kenapa aku merasakan sebaliknya ? Dari bicaramu tadi, sepertinya kau sudah sangat mengenal Peter dengan baik. Apa jangan-jangan kau_____"
"Jangan lanjutkan ucapanmu yang melantur itu. Aku tidak ingin mendengarnya lagi." ucap Samantha marah pada Brooklyn. Tapi itu tidak akan bertahan lama.
"Jadi kau marah padaku sekarang. Ya sudah, coklat-coklat di mobilku yang banyak itu kuberikan pada orang lain saja." ucap Brooklyn sengaja agar Samantha tidak marah lagi padanya.
"Tidak boleh ! Barang yang sudah diberikan, tidak bisa diambil lagi. Aku sudah tidak marah kok. Lihatlah senyumku yang lebar ini." ucap Samantha lalu memperlihatkan senyum lebarnya pada Brooklyn sambil mengedipkan matanya dengan cepat untuk merayu pria itu.
"Haha.. kau tahu apa yang muncul dalam benakku saat kau memasang ekspresi seperti tadi ? Lucu sekali. Haha.." ucap Brooklyn tak bisa menghentikan tawanya.
"Jadi menurutmu, apa yang kulakukan tadi lucu, Ha ? Rasakan ini." ucap Samantha lalu melempari Brooklyn dengan stik kentang goreng miliknya.
"Hentikan itu. Lebih baik aku mengantarkanmu pulang sekarang. Lihat, kakakmu sedari tadi sudah meneleponku berulang kali. Sepertinya dia takut adik cerewetnya ini diculik seseorang dan tidak dikembalikan. Ayo." ucap Brooklyn lalu segera melarikan diri dari sana sebelum Samantha marah karena ia sudah mengejek gadis itu dengan kata cerewet.
"Hei ! Kau mau kemana ? Bayar dulu semua makanan ini ! Pria macam apa yang kabur setelah makan seperti itu ? Hei !!!"
•••••
"Sudah pulang sana!" ucap Samantha kesal setelah dia turun dari mobil Brooklyn sesampainya di halaman rumahnya.
"Apa kau marah karena membayarkan makananku tadi ? Astaga ! Kau ini pelit sekali. Persis seperti El. Aku kan sudah memberikan banyak coklat padamu, jadi anggap saja uang yang kau gunakan untuk membayar makananku tadi untuk membeli coklat-coklat ini. Aku pergi dulu ya. Jangan rindu padaku, oke." ucap Brooklyn lalu segera melajukan mobilnya pergi dari rumah Samantha.
"Kenapa pria jaman sekarang pelit sekali ? Haah.. sudahlah. Lebih baik aku menyembunyikan coklat ini di tempat yang aman sebelum kakak El datang. Dia kan seperti tikus yang suka mencuri makanan." ucap Samantha lalu berjalan masuk ke dalam rumah dengan santai sambil membawa paper bag yang cukup besar ditangannya.
Samantha yang tadinya hendak membuka pintu rumahnya, memundurkan langkahnya saat melihat wajah baru salah satu dari dua bodyguard yang berdiri di dekat pintu rumahnya.
"Apa kau bodyguard baru di sini ? Kenapa aku tidak pernah melihatmu sebelumnya ?" ucap Samantha pada bodyguard yang terlihat masih seumuran kakaknya itu tengah berdiri tegak tanpa ekspresi di depannya.
"Tidak, nona. Saya sudah cukup lama bekerja dengan, tuan Kevan. Hari ini saya tidak ikut tuan Kevan ke kantor. Beliau menugaskan saya untuk berjaga di rumah." ucap Bodyguard itu kaku pada Samantha.
"Santai saja saat berbicara denganku. Siapa namamu ?" ucap Samantha lagi pada bodyguard itu.
"Alan, nona." ucap bodyguard itu dengan nada kaku yang sama dengan tadi, membuat Samantha menghembuskan nafas beratnya dengan kesal.
"Kubilang, jangan bicara kaku seperti itu padaku. Ayo ikut aku masuk ke dalam rumah. Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku." ucap Samantha yang langsung diiyakan oleh bodyguard bernama Alan itu.
Alan lalu dengan patuh berjalan mengikuti Samantha masuk ke dalam rumah. Ketika sudah berada di dalam, Alan dibuat bingung dengan ucapan Samantha yang menyuruhnya untuk membuka jaket dan kaosnya.
"Hei ! Kenapa kau diam saja ? Tenang saja. Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu. Cepat buka kaos dan jaketmu itu. Aku akan segera kembali. Jangan kemana-mana." ucap Samantha lalu berlari menaiki tangga menuju kamarnya dengan kecepatan supernya. Karena itulah, tidak heran kalau beberapa menit kemudian Samantha sudah turun kembali ke bawah, ke tempat Alan berada.
"Ini. Pakai kaos dan topi yang ada di dalam paper bag ini. Aku akan menjelaskan apa yang harus kau lakukan jika kau sudah memakainya." ucap Samantha yang langsung dituruti oleh Alan. Alan lalu memakai kaos dan topi yang diberikannya dengan cepat.
"Sebenarnya apa maksud semua ini, nona ? Kenapa saya harus berpakaian seperti pria biasa seperti ini ? Apa tuan Kevan tahu tentang ini ?" tanya Alan yang langsung mendapat pelototan tajam dari Samantha.
"Tugas yang akan kuberikan padamu ini sangat rahasia. Tidak ada siapa pun yang boleh tahu tentang ini. Daddy dan kakak El juga tidak boleh tahu tentang ini. Kau mengerti kan." ucap Samantha pelan sambil mengawasi sekitarnya, takut-takut jika ada orang yang melihatnya, saat itu.
"Baik nona." ucap Alan terbata dan terdengar ragu pada Samantha.
"Tugas ini kunamakan Mission X. Jadi kau harus gunakan nama samaran dan kepribadian samaran. Intinya, kau harus terlihat santai saja. Jangan kaku seperti bodyguard begini. Mengerti kan." ucap Samantha yang dijawab anggukkan oleh Alan.
"Saat ke tempat itu nanti, kau akan menggunakan sepeda milik kakak El. Tempat itu tidak jauh diri sini. Dan setelah dari tempat itu, jangan langsung pulang kesini, pergilah ke cafe untuk minum kopi dan makan sesuatu di sana. Barulah setelah itu kau boleh pulang. Tapi sebelumnya belilah kopi untuk dibawa pulang. Kau bisa melakukan itu kan." ucap Samantha yang kini membuat Alan membuka suara.
"Saya tidak mengerti nona. Sebenarnya tugas seperti apa yang Anda maksud ini ?" ucap Alan membuat Samantha memasang seringai kecil sebelum akhirnya berucap.
"Mission X ini, adalah........"
Bersambung...