"Sudahlah. Kemarilah.. aku akan mengenalkanmu dengan teman baruku," ucap Tomy lalu menggeser posisi berdirinya dan akhirnya tubuh Samantha yang tadi tertutup olehnya, menjadi terlihat sekarang.
"Kau!"
"Kau!"
•••••
"Kalian sudah saling mengenal?" ucap Tomy bingung.
"Mengenal? Dia? Untuk apa aku mengenalnya? Dia itu hanya______"
"Aku dan dia tidak sengaja bertemu dipusat kota kemarin," ucap Samantha sambil memasang senyum penuh kemenangannya saat melihat kaos yang dipakai pria didepannya itu.
"Wow.. kebetulan sekali ! Tapi kalian belum berkenalan, kan? Peter ini Samantha, dan Sam ini Peter. Dan dia juga termasuk dalam 3 orang yang kuceritakan tadi," ucap Tomy bergantian pada Peter dan Samantha.
Saling berjabat tangan? Atau saling menyapa? Tidak. Mereka tidak melakukan itu. Samantha dan Peter hanya saling melayangkan tatapan musuh satu sama lain disana, dan itu membuat Tomy tidak tahan melihatnya.
"Aku tidak mengerti sebenarnya apa yang sedang terjadi disini? Aku penasaran bagaimana cara kalian bertemu," ucap Tomy bingung, tapi justru pertanyaan itu adalah pertanyaan yang ditunggu-tunggu Samantha sejak tadi.
"Kami bertemu karena dia mengambil______"
Ucapan Samantha terpotong karena bell masuk berbunyi. Dan ada seseorang yang bersyukur dengan hal itu, siapa lagi kalau bukan Peter.
"Kita akan berbicara lebih lanjut nanti. Aku harus masuk kelas sekarang. Senang bertemu denganmu, Sam. Ayo, Pete," ucap Tomy mengajak Peter yang tidak lain adalah sahabatnya, untuk pergi dari sana.
"Kau duluan saja. Aku ingin mengambil sesuatu di lokerku," ucap Peter santai lalu Tomy mengangguk dan meninggalkannya begitu saja.
Sedangkan Samantha, ia juga bergegas pergi dari sana karena tak ingin berurusan lagi dengan Peter.
"Kau akan pergi kemana?" ucap Peter pada Samantha yang sudah berjalan beberapa langkah meninggalkannya. Gadis itu akhirnya terpaksa berhenti berjalan dan berbalik menghadap Peter.
"Aku tidak percaya kau ada didepanku sekarang. Tapi itu bagus, karena kau akan tahu siapa aku dan sebuah kesalahan dengan bertindak sok pahlawan seperti kemarin," ucap Peter berharap gadis didepannya itu merasa terintimidasi olehnya, tapi tidak. Samantha malah menatap berani kearah Peter.
"Sok pahlawan? Aku membayarkan baju yang kau pakai sekarang ini dengan tulus tuan Peter. Dan aku tidak perlu tahu lagi siapa dirimu. Bagiku kau itu hanya pria sombong yang tidak tahu malu saja. Setidaknya seperti itulah menurutku," ucap Samantha yakin membuat Peter tersenyum licik.
"Tapi pria yang kau sebut sombong ini nyatanya memang bukan seorang pria biasa. Kita ibaratkan saja sekolah ini seperti hutan, tentu harus ada Singa yang harus menjadi rajanya, kan. Dan apa kau tahu siapa raja itu? Aku. Penguasa di sekolah ini adalah aku. Semua orang di sini akan menurut saat kuperintahkan, jadi jangan mencari masalah denganku, atau kau akan keluar dari sekolah ini sebelum genap 1 hari kau masuk sekolah di sini," ucap Peter yang sekali lagi tak membuat Samantha terpengaruh.
"Apa kau pikir aku akan takut setelah mendengar ucapanmu itu? Ini lucu sekali. Kau juga belum tahu siapa aku kan? Bagaimana bisa aku membayarkan bajumu itu dan bersekolah di sini keesokan harinya? Apa kau tidak penasaran dengan itu? Dan soal kau penguasa disekolah ini, bagaimana jika anak-anak di sini tahu jika penguasanya bahkan tidak bisa membayar baju yang tengah dipakainya sekarang? Bayangkan bagaimana reaksi mereka? Tapi tenang saja, aku tidak sejahat itu. Aku akan menyimpan rahasia ini rapat-rapat. Sudah dulu ya, aku mau masuk ke kelas. Dah.. tuan singa," ucap Samantha lalu pergi meninggalkan Peter di sana sendiri.
Peter hanya bisa berdiri di tempatnya sekarang dengan menatap punggung gadis yang sangat berani, menurutnya itu.
'Sebelumnya tak ada yang berani menjawab perkataanku seperti itu. Semua orang akan terintimidasi dengan keberadanku dan bahkan setelah mendengar sedikit suara tegas dengan nada mengancam milikku. Sebenarnya siapa dia sehingga berani menantantangku seperti itu? Anak siapa dia? Apa keluarganya lebih terpandang dari keluargaku? Aku akan mencari tahu itu nanti,'
•••••
Kriiiing...
Suara bel berbunyi, itulah yang sedari tadi ditunggu-tunggu oleh Samantha sejak tadi. Dan akhirnya ia bisa terbebas dari pelajaran Sejarah yang membosankan itu.
Samantha dengan cepat mengemasi buku-bukunya lalu berdiri dari kursinya dan berjalan cepat keluar kelas. Tentu saja untuk pergi ke kantin. Ke sanalah tujuan utamanya saat ini. Dan sepertinya bukan dia saja, semua orang juga akan pergi ke sana saat ini.
"Apa kau perlu bantuan untuk pergi ke kantin?" ucap seseorang saat Samantha baru saja keluar dari pintu kelasnya.
"Tomy? Sedang apa kau di sini?" ucap Samantha bingung saat mendapati Tomy seperti sedang menunggunya di depan kelas.
"Aku menunggumu untuk pergi ke kantin bersama. Bukankah kita teman sekarang?" ucap Tomy santai tapi Samantha justru merasa sebaliknya. Kenapa? Karena tatapan anak-anak di sana kini tertuju padanya.
"Kau tidak perlu melakukan itu. Aku bisa ke kantin sendiri. Emm.. lewat sini kan," ucap Samantha lalu berjalan kearah yang dikiranya menuju ke kantin, tapi...
"Yang benar adalah kesini, Sam. Sudah kukatakan padamu lebih baik kau pergi bersamaku ke sana. Jangan hiraukan tatapan mereka padamu. Tenang saja ya," ucap Tomy palu merangkul pundak Samantha. Samantha tidak bisa protes atau berkata apa pun lagi sekarang. Rangkulan Tomy itu mengingatkannya pada rangkulan kakaknya, El, yang seolah ingin melindunginya saat itu. Jadi Samantha memutuskan untuk ikut ajakan Tomy saat itu.
"Kau pasti penasaran kenapa semua orang melihatmu kan? Apa ingin kuberitahu apa sebabnya?" ucap Tomy membuat Samantha penasaran dan akhirnya ia mengangguk tanda mengiyakan.
"Tidak. Aku tidak akan memberitahumu. 2 atau 3 hari lagi kau pasti akan mengerti," ucap Tomy membuat Samantha bingung saat itu juga.
"Sejak pagi tadi kau terus saja menolongku. Aku sangat berterima kasih padamu. Dan apa kau tahu apa yang terlintas dibenakku saat ini, kau seperti pemandu pribadiku disekolah ini, menjelaskan aku harus kemana dan memberitahuku letak-letak tempat disini. Apa kau selalu melakukan itu pada murid baru sepertiku?" ucap Samantha sengaja untuk menggoda Tomy.
"Tidak. Aku hanya melakukan ini untukmu. Entah mengapa aku ingat pada adikku yang sekarang berada di London saat melihatmu? Jadi aku tidak bisa melihatmu kebingungan seperti tadi pagi. Mungkin ini adalah efek karena aku terlalu merindukan adikku," ucap Tomy membuat Samantha tersenyum kecil.
"Biar ku tebak. Kau pasti memiliki banyak kekasih saat ini, kan?" ucap Samantha yang membuat Tomy langsung menatapnya penuh tanya.
"Bagaimana bisa kau tahu? Dan pelankan nada bicaramu. Ini hanya di antara kita saja, oke," ucap Tomy membuat Samantha mengangguk pasti.
"Aku tahu semua itu karena jika dilihat dan didengar, kau adalah sosok laki-laki penyayang dan wanita sangat menyukai sifat seperti itu. Dan karena kau juga tidak cukup tega untuk menolak para wanita yang mendekatimu, akhirnya kau terima cinta mereka semua," ucap Samantha pelan membuat Tomy tertawa ringan.
"Wah... ternyata kau sudah cukup mengenalku meski belum genap satu hari kita berteman," ucap Tomy membuat Samantha terkikik pelan.
"Wow wow... siapa gadis yang kau bawa itu, Tom?" ucap seseorang dari arah belakang mereka membuat Samantha dan Tomy langsung berhenti berjalan. Tomy lalu melepaskan rangkulannya pada Samantha dan keduanya berbalik untuk melihat orang yang menyapa mereka itu.
"Derren? Peter? Kukira kalian sudah ke kantin duluan. Kenalkan, ini Samantha. Sam, ini Derren, dia seorang sahabat yang tak kuakui keberadaannya," ucap Tomy yang langsung mendapat pukulan dikepalanya dari Derren.
"Kenapa kau mengajaknya bersamamu? Jangan bilang dia akan satu meja dengan kita karena aku tidak mau duduk satu meja dengannya," ucap Peter dengan nada sinisnya yang langsung membuat Samantha geram.
"Hei! Dengar Tuan Singa. Aku juga tidak ingin satu meja dengan pria sombong, angkuh, pemarah, dan tidak tahu malu sepertimu. Kau kira kau orang yang harus dipuja dan dihormati di sini. Tidak. Orang sepertimu tidak pantas mendapatkan semua itu," ucap Samantha dengan sedikit berteriak membuat anak-anak di sana kini melihat ke arahnya dan Peter.
"Jangan hanya karena kejadian kemarin, kau menjadi_____"
"Apa? Kenapa berhenti? Apa kau takut semua terbongkar? Ayo katakan saja semuanya didepan mereka? Biarkan anak-anak disini tahu apa yang terjadi pada orang yang sangat mereka puja ini. Atau aku saja yang mengatakannya." ucap Samantha membuat orang orang yang ada disana menatap penuh tanya dan penasaran kearah mereka.
"Hei.. hei.. apa sebenarnya yang kalian ributkan ini? Apa yang terjadi kemarin ? Apa yang akan terbongkar? Apa maksud kalian?" ucap Tomy bingung pada Peter dan Samantha yang kini tengah melayangkan tatapan menusuk satu sama lain itu.
Tapi, sedetik kemudian wajah tegang Peter berubah menjadi tenang dan tercipta seringai jahat di sana.
Samantha yang melihat itu menjadi waspada karenanya.
"Apa kalian sungguh ingin tahu apa yang terjadi kemarin antara aku dan dia? Sekarang perhatikan ini baik-baik," ucap Peter yang jujur membuat Samantha bingung sekaligus curiga di sana.
Samantha dibuat semakin was-was saat melihat Peter melangkah mendekat ke arahnya dengan perlahan. Dan anak-anak di sana hanya menonton dengan santainya.
Di sana Peter memasang seringai jahatnya sengaja untuk menakuti Samantha. Tapi, tidak. Samantha tidak merasa terganggu sedikit pun dengan itu. Malah dia tahu harus melakukan apa, untuk memberi laki-laki di depannya itu pelajaran.
"Seperti inilah yang terjadi antara aku dan dia," ucap Peter lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Samantha.
Tidak. Jangan bayangkan itu yang terjadi. Yang terjadi di sana justru sebaliknya.
Samantha bergeser dari posisinya dan langsung menarik Tomy untuk menggantikannya berdiri di depan Peter. Dan akhirnya Peter yang tadi berniat mencium Samantha, menjadi mencium d**a Tomy di sana.
"Hahaha..."
"Bwahahaha..."
"Hahahaha..."
Begitulah suara tawa bergema dan saling bersahutan di sana. Tapi tidak dengan Samantha. Ia terlihat memasang seringainya melihat itu. Apalagi ada beberapa anak yang merekam kejadian itu dan sudah pasti akan disebarkan di sosial media. Puas. Begitulah yang Samantha rasakan saat ini.
"Apa yang kalian lihat, Haa?! Pergi kalian semua!" teriak Peter marah pada anak-anak yang sedari tadi menonton dan mengerubunginya di sana.
Peter lalu beralih menatap Samantha yang sedari tadi memasang senyum puas di sana, dengan tatapan tajamnya. Peter merasa telah dipermalukan oleh gadis itu.
"Tenangkan dirimu, Pete. Ini juga bukan sepenuhnya salah Samantha. Kau berniat tidak baik padanya, karena itulah dia menghindar," ucap Tomy mencoba menenangkan sahabatnya itu. Derren hanya juga melakukan hal yang sama dengan memegang pundak Peter.
"Apa yang terjadi disini? Apa kau baik-baik saja, Babe," ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang dan merangkul lengan Peter mesra disana.
"Lepaskan tanganmu. Jangan sentuh aku!" ucap Peter marah dan tak melepaskan sedikit pun pandangan tajamnya dari Samantha.
"Dan kau ? Apa yang kau lakukan tadi, Haa?! Kau pikir kau siapa bisa melakukan itu padaku?" ucap Peter marah pada Samantha.
"Apa egomu terluka karena aku menolakmu? Dengar, semua wanita memang bisa tergila-gila padamu. Tapi aku? Kufikir aku harus berfikir 1000x lagi untuk itu. Kenapa? Karena semua yang ada dalam dirimu ini, aku sangat tidak menyukainya sedikit pun. Kau dengar itu, kan?" ucap Samantha santai dengan tersenyum, seolah mengejek Peter di sana.
"Siapa kau itu sebenarnya? Berani sekali kau berkata seperti itu pada Peter. Dia adalah putra pemilik sekolah ini. Jika dia mau kau akan dikeluarkan dari sekolah ini sekarang juga," ucap wanita yang tadi merangkul lengan Peter dengan nada sinisnya.
"Benarkah? Astaga! Aku sudah membuat kesalahan, sekarang. Tolong maafkan aku. Jangan keluarkan aku dari sekolah ini," ucap Samantha terdengar menyesal sambil menyatukan kedua tangannya di depan wajahnya dan memejamkan matanya.
Peter dan wanita di sebelahnya langsung tersenyum melihat itu. Sedangkan Tomy dan Derren menatap Samantha tidak tega di sana.
"Hahaha... kau sungguh ingin aku mengatakan hal itu kan. Tapi tidak. Ancaman kekasihmu tadi tidak bisa menakutiku sedikit pun. Silahkan, jika kau memang ingin melakukan itu. Keluarkan saja aku dari sekolah ini. Aku tidak peduli. Tapi kurasa ayahmu tidak akan mau melakukan itu untukmu. Bukankah dia masih marah padamu saat ini. Tapi.. selamat mencobanya, Tuan Singa," ucap Samantha lalu ia beralih pada Tomy dan Derren.
"Terima kasih sudah menunjukkan letak kantin padaku, Tom. Tapi aku akan makan di rumah saja. Dan Derren, senang berkenalan denganmu. Sampai jumpa besok untuk kalian berdua," ucap Samantha ramah pada Tomy lalu ia pergi dari sana.
"Apa maksud gadis itu, Babe? Kenapa ayahmu marah padamu? Dan Bagaimana bisa dia tahu hal itu?" ucap wanita yang masih setia berdiri di samping Peter.
Peter tidak menjawab semua pertanyaan itu. Ia sekarang hanya fokus melihat punggung Samantha yang berjalan menjauh hingga tak terlihat lagi.
'Gadis itu sangat aneh. Dia terlihat sangat membenciku, tapi dia mendengarkan perkataanku untuk tidak memberitahukan kejadian kemarin pada anak-anak di sini. Dan bagaimana dia bisa tahu kalau ayahku marah padaku saat ini? Pasti dia hanya asal menebaknya saja. Ya. Aku yakin seperti itu. Kita lihat saja nanti apa yang akan kulakukan untuk membalas perbuatanmu ini padaku, gadis aneh. Tunggu saja hingga saat itu tiba,'
Bersambung...