Dan karena itulah setelahnya, Samantha mengucapkan hal yang mungkin saja akan membuat orang-orang yang saat ini duduk di dekatnya itu merasa tersinggung.
"Sorry, am i know you ?"
• • • • •
"Hahaha.. dia ini lucu sekali. Iya kan." ucap salah seorang teman wanita itu yang juga saat ini duduk di dekat Samantha.
"Tapi, bukankah benar jika gadis ini tidak mengenal Teresa. Teresa kan tidak pernah berkenalan dengannya." ucap teman lainnya lagi dari wanita yang tadi disebut Teresa itu.
"Sudahlah jangan dengarkan mereka. Maafkan aku belum memperkenalkan diriku dengan baik padamu waktu itu. Aku Teresa. Dan mereka teman-temanku, Deandra dan Cecil." ucap Teresa yang Samantha sangat tahu jika saat ini wanita itu tengah berpura-pura ramah padanya.
"Bukankah kau yang waktu itu mengaku sebagai pacar Peter." ucap Samantha yang jujur merasa malas berbincang dengan wanita yang tampilannya terlihat centil dan b***h itu.
"Ya. Aku memang pacarnya. Dan_____"
"Jika memang begitu, aku tidak ingin berurusan denganmu karena pacarmu itu. Jadi, bisakah kau pergi dari sini sekarang. Cari saja target siswi kaya lainnya yang bisa kau manfaatkan. Jika kau berpikir bisa memanfaatkan aku di sini, kau salah. Aku tidak sebodoh itu." ucap Samantha yang ya terdengar kasar. Tapi setidaknya memang seperti itulah dia. Dia tidak suka bertele-tele dan berpura-pura.
"Kau akan menyesal sudah mengatakan ini padaku. Ayo teman-teman kita pergi dan tinggalkan gadis sombong ini sendiri di sini." ucap Teresa lalu ia berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan Samantha sendiri di sana.
Samantha langsung saja merasa lega karena Teresa dan teman-temannya tadi sudah pergi. Ia memang sudah tidak suka saat melihat wanita itu saat pertama kali ia masuk sekolah di sini. Membuat geng disekolah untuk mengatakan pada orang-orang jika mereka berkuasa, itu sangat konyol dan kekanakan sekali.
Perhatian Samantha kini beralih ke lapangan tempat di mana siswa laki-laki berkumpul dan bersiap untuk bertanding basket. Tapi, sepertinya ada sedikit masalah di sana menurut apa yang dilihat Samantha saat ini.
'Sepertinya mereka kekurangan pemain. Bagaimana jika aku ikut serta di sana ? Itu pasti menyenangkan daripada hanya duduk diam sendiri di sini.' batin Samantha dalam hati.
Samantha lalu langsung berdiri dari duduknya dan berjalan menuju ke lapangan untuk ikut bermain basket.
"Permisi, pak. Kenapa pertandingannya belum dimulai ? Apa ada masalah ?" ucap Samantha pada guru olahraga yang terlihat kebingungan ditengah-tengah anak laki-laki yang terlihat sudah bersiap bertanding di sana.
"Ya. Kita kekurangan satu pemain karena ada siswa yang tidak masuk. Sepertinya kita tunda saja pertandingan ini." ucap guru itu terdengar kecewa
"Itu tidak perlu. Aku bisa ikut serta untuk menggantikan siswa yang tidak masuk itu." ucap Samantha yang langsung saja membuat siswa yang tengah melakukan pemanasan di sana terkejut dan menatap tak percaya ke arahnya. Terutama...
"Tidak. Apa-apaan kau ini ? Aku tidak mungkin melawan seorang wanita ataupun satu regu dengan wanita. Dasar gila." ucap Peter sangat keberatan dengan ide yang diajukan Samantha tadi.
"Dia tidak akan mengajukan diri jika dia tidak ahli dalam hal ini, Pete. Sudahlah biarkan saja dia ikut. Agar pertandingan ini tetap berlangsung." ucap Tomy membela dan mendukung aksi Samantha di sana.
"Tak apa Tom. Pria keras kepala seperti dia memang selalu butuh bukti untuk semua hal. Biar kutunjukkan caraku bermain basket padanya." ucap Samantha lalu ia mengambil bola basket yang ada di bawahnya dan mendribelnya sambil berjalan beberapa langkah dan berhenti tepat di luar garis threepoint.
Dan tanpa menunggu apa-apa lagi, Samantha langsung menembakkan bola itu ke dalam ring dan...
Prok..
Prok..
Prok..
"Hebat. Baiklah, kau akan ikut main dengan tim Tomy. Baiklah ayo anak-anak kita mulai pertandingannya sekarang." ucap guru olahraga setelah melihat tembakan Samantha masuk sempurna ke dalam ring.
Samntha yang mendengar itu langsung saja tersenyum senang dan lalu bertos ria dengan Tomy yang menghampirinya.
"Kau hebat sekali. Aku tidak pernah berhasil melakukan itu meski sering sekali berlatih. Lain kali ajarkan padaku, okey." ucap Tomy yang dijawab anggukan pasti oleh Liona.
"Apa kau kaptennya di tim ini ?" tanya Samantha pada Tomy.
"Emm.. kau bisa menganggapnya begitu. Dan kusarankan agar hari-hati pada Peter. Dia tidak akan membiarkanmu mendekati ring saat sudah tahu jika tembakanmu bagus seperti itu." ucap Tomy mengingatkan Samantha.
"Kalau begitu jangan jauh-jauh dariku. Saat aku merasa tak bisa menembak ke dalam ring. Aku akan mengoper bolanya padamu." bisik Samantha membuat strategi pada Tomy.
"Baiklah. Ayo bersiap di posisimu." ucap Tomy membuat Samantha bersiap pada posisinya hingga peluit berbunyi dan pertandingan pun dimulai.
Pertandingan basket itu berjalan biasa saja awalnya. Tapi semakin memanas saat Samantha berhasil membuat skor timnya menjadi unggul.
Tapi Samantha tidak mudah begitu saja untuk bisa memasukkan bola ke dalam ring. Ada Peter yang selalu mengawal dan mencoba menghadang jalannya. Dan dengan segala trik tipuannya, Samantha berhasil mengelabuhi Peter dan bisa memasukkan bola ke dalam ring dengan mudah tanpa halangan berarti.
Hingga tipuan peluit tanda istirahat berbunyi.
Semuanya yang tadinya fokus bertanding seketika berhenti lalu berjalan menuju pinggiran lapangan untuk beristirahat sebentar dan minum untuk mengisi ulang tenaga mereka kembali.
"Pertandingan yang bagus, Sam. Ini. Minumlah minumanku." ucap Tomy sambil menyodorkan botol minuman miliknya padanya.
"Terima kasih. Lalu kau bagaimana ?" ucap Samantha setelah mengambil botol minuman dari tangan Tomy.
"Aku bisa memintanya pada anak-anak lain." ucap Tomy membuat Samantha menggeleng tanda tak setuju.
"Tidak perlu. Aku hanya akan minum sedikit. Jangan membuatku merasa tidak enak padamu. Sebentar." ucap Samantha lalu membuka tutup botol minuman itu dan langsung meminumnya.
Setelah selesai, Samantha lalu menutup botol minuman itu lagi dan mengembalikannya pada Tomy. Tapi belum sempat itu terjadi, Peter datang dan mengacaukannya.
"Ini. Minum minumanku. Kemarikan itu padaku." ucap Peter sambil melemparkan sebuah botol minuman pada Tomy yang langsung saja ditangkap oleh pria itu dan sementara itu, Peter merebut botol minuman dari tangan Samantha dan langsung meminumnya dengan santai di sana.
"Apa yang kau lakukan, Babe ? Aku sudah repot-repot membawakan minuman itu untukmu. Kenapa kau memberikannya pada Tomy dan membiarkannya meminumnya seperti itu ? Dan kau lebih memilih minum dari botol minuman bekas gadis sombong ini. Aku tidak percaya ini." ucap Teresa yang ternyata ada di sana dan terlihat mengekori Peter.
"Aku tidak suka minuman seperti itu setelah berolahraga. Dan juga aku tidak memintamu membawakannya untukku. Aku biasa meminta air mineral milik Tomy dan aku merasa tidak melakukan kesalahan karena aku memang selalu berbagi seperti ini dengan Tomy. Sekarang pergilah sana. Yang seharusnya ada di lapangan adalah para pemain, bukan penonton alay sepertimu." ucap Peter membela dirinya dengan berbicara kasar dan ketus pada Teresa.
"Hei ! Apa yang kulihat ini ? Seharusnya kau tidak berbicara kasar seperti itu pada kekasihmu. Kasihan dia." ucap Samantha yang sengaja menggoda Peter membuat pria itu langsung menatap tajam ke arahnya.
"Diam saja. Ini bukan urusanmu." ucap Peter pada Samantha membuat gadis itu mengendikan bahunya acuh.
Setelah itu Teresa lalu pergi dari sana sendiri tanpa berucap sepatah kata pun.
"Bagaimana jika kita buat pertandingan ini lebih seru ?" ucap Peter tiba-tiba pada Samantha setelah Teresa benar-benar sudah pergi dari sana.
"Apa kau yakin dengan perkataanmu itu ? Aku merasa jika ini hanya akan menjadi perjanjian pribadi di antara kita saja. Kurasa dendam mu padaku belum bisa hilang hingga saat ini." ucap Samantha dengan nada sinis dan ketus seperti biasa pada Peter.
"Bagus. Kau pintar dan mudah mengerti juga ternyata. Jadi bagaimana ? Apa kau mau menerima tawaranku tadi ?" ucap Peter membuat Samantha tersenyum lebar dan mengangguk kecil ke arahnya.
"Baiklah. Peraturannya, yang kalah di sini nanti harus melakukan hukuman apa pun yang disuruh oleh pihak yang menang. Bagaimana ? Tomy ! Kemarilah. Aku ingin kau menjadi saksi untuk ini." ucap Samantha memanggil Tomy yang langsung saja menurut dan berjalan mendekati Samantha dan Peter di sana.
"Ada apa ?" tanya Tomy pada Samantha.
"Kami akan membuat sebuah perjanjian. Aku ingin kau ada di sini untuk menjadi saksinya karena aku takut pria ini akan curang nanti. Kau bisa melakukannya, kan." ucap Samantha pada Tomy yang tentu saja tidak akan ditolak oleh pria itu.
"Oh.. ini pasti akan seru. Jadi apa perjanjiannya ?" ucap Tomy yang sepertinya sudah penasaran dengan hal itu.
"Yang kalah di pertandingan ini nanti akan melakukan hukuman apa pun yang diberikan oleh lawannya. Perjanjian ini hanya antara aku dan dia. Jadi kau tidak usah memasang wajah tegang seperti itu." ucap Samantha pada Tomy yang terlihat terkejut.
"Syukurlah. Nah, sepertinya waktu istirahatnya sudah habis. Ayo kita lanjutkan pertandingan ini." ucap Tomy yang dijawab anggukan setuju oleh Samantha. Sedangkan Peter, ia langsung menahan Samantha yang hendak pergi dan langsung membisikkan sesuatu pada gadis cantik itu.
"Aku akan memberikan hukuman yang memalukan untukmu, nanti. Tunggu saja hingga pertandingan ini selesai. Akan kubuktikan padamu jika semua orang harus tunduk padaku. Dan termasuk juga dirimu."
Takut ? Terancam ? Atau khawatir ? Tidak. Samantha malah merasa telah mendapat semangat lebih karena bisikan Peter padanya itu. Sepertinya Peter telah salah menantang seseorang kali ini. Dia tidak tahu siapa dan dari keluarga seperti apa Samantha.
"Kita lihat saja, nanti." ucap Samantha dengan tersenyum lebar lalu ia menyentak tangan Peter yang mencekal lengannya.
Peter melihat kepergian Samantha itu dengan seringai licik yang tercipta di bibirnya. Entah mengapa saat itu ia merasa yakin jika dia akan menang dalam pertandingan ini, nanti.
'Dasar gadis Sombong. Akan kubuat kau menyadarinya jika kau sudah berurusan dengan orang yang salah, selama ini. Seorang Peter tidak akan tunduk pada siapa pun. Apalagi pada seorang gadis sombong sepertimu.'
• • • • •
"Kita menang, Sam. Ini semua berkat dirimu. Kau hebat !!" Seru Tomy lalu mengajak Samantha untuk bertos ria merayakan kemenangan tim mereka.
"Tidak. Kau dan yang lainnya juga bermain dengan bagus. Kita semua hebat." ucap Samantha sambil mengelap keringatnya dengan handuk kecil miliknya.
"Lihat di sana! Peter melihat ke arahmu saja sejak tadi. Pergilah ke sana. Bukankah kau masih memiliki sesuatu yang harus diselesaikan dengannya." ucap Tomy yang langsung membuat Samantha tersenyum lebar.
"Ya. Kau benar. Aku akan ke sana, sekarang." ucap Samantha lalu ia berjalan menuju tempat Peter berdiri di tengah lapangan saat ini.
"Aku akui permainanmu cukup bagus tadi." ucap Peter saat gadis itu sudah berdiri tepat di depannya. Tapi Samantha tahu jika pria itu tidak tulus saat mengucapkan hal itu.
"Meski kau terlihat terpaksa mengatakan itu, tapi terima kasih. Aku menghargai pujianmu itu. Tapi itu tidak membuat perjanjian kita batal begitu saja. Itu akan tetap berjalan sesuai rencana." ucap Samantha membuat Peter mengangguk kecil dan terlihat enggan.
"Baiklah. Sekarang hukuman yang kuberikan padamu adalah...."
Bersambung...