"Wow.. apa aku tidak salah lihat? Mimpi apa kau tadi malam hingga membuatmu bangun pagi dan sudah ada di meja makan seperti ini. Ini merupakan suatu keajaiban," ucap El menggoda Samantha saat ia baru saja sampai diruang makan.
"Sudahlah, kakak diam saja. Sam sedang malas bertengkar sekarang," ucap Samantha marah, tapi itu tidak membuat El berhenti begitu saja.
"Dilihat dari wajahmu itu, kau semalam tidak bisa tidur ‘kan? Pasti karena mimpi buruk," ucap El membuat Samantha menegakkan kepalanya dan menatap kakaknya penuh tanya.
"Kakak tahu dari mana?" ucap Samantha penasaran.
"Sebenarnya aku ingin mengingatkanmu tentang ini tadi malam. Gulingku itu sering membuatku mendapatkan mimpi buruk setiap malam. Dan lihat, ternyata kau mengalaminya juga," ucap El bohong dan sengaja menakit-nakuti adiknya itu agar gulingnya dikembalikan.
"Benarkah? Kalau begitu, kita bakar saja guling itu," ucap Samantha serius membuat El terkejut.
"Jangan! Berikan saja guling itu padaku. Aku yang akan mengurusnya nanti," ucap El mencoba membujuk adiknya.
"Ya sudah ambil dan bawa pergi jauh guling sialan itu. Aku tidak mau melihatnya lagi," ucap Samantha lalu mulai memakan sarapannya.
"Hei.. hei.. ada apa sweetheart? Kenapa kau berbicara kasar seperti itu?" ucap Kevan yang baru saja datang diruang makan.
"Emm... tidak ada apa-apa. Selamat pagi, Dad," ucap Samantha yang langsung mendapat kecupan di keningnya dari Kevan.
"Selamat pagi juga, sayang. Wah.. apa kau lagi yang menyiapkan baju untuk kakakmu ini? Dia terlihat tampan sekali," ucap Kevan sengaja menggoda El. Ia lalu duduk dikursi yang biasa ditempatinya diruang makan itu.
"Ya. Mulai sekarang Sam jadi stylish ku. Dan yang lebih bagusnya lagi, itu gratis." ucap El sambil menyengir kuda.
"Enak saja. Mulai sekarang setiap kakak meminta bantuan, itu harus ada bayarannya. Jangan bersikap terlalu pelit seperti itu. Lihat Daddy, dia tidak pernah pelit padaku, karena itu banyak wanita yang tergila-gila pada Daddy dan siap menjadi istri Daddy. Benar kan Daddy?" ucap Samantha membuat Kevan menanggapinya dengan tersenyum kecil.
"Kenapa kau memakai bathrobe saja seperti itu, princess. Apa kau habis mandi?" tanya Kevan pada Samantha yang memang saat ini hanya memakai bathrobe saja di sana.
"Tidak. Sam habis berenang tadi, lalu tiba-tiba saja Sam merasa lapar. Jadi Sam langsung saja kesini tanpa mandi dulu. Hihi..." ucap Samantha sambil tertawa kecil.
"Oh, begitu.. tapi sebaiknya kau bergegas mandi sekarang, jika tak mau telat untuk pergi ke sekolah barumu," ucap Kevan yang langsung membuat Samantha yang tengah makan sarapannya, langsung tersedak mendengar itu.
"Apa Sam tidak salah dengar? Sekolah baru? Sekarang? Maksud Sam, Hari ini? Daddy bercanda, kan. Bagaimana bisa mengurus kepindahan sekolah secepat itu?" protes Samantha tidak terima setelah ia meminum air.
"Kau tidak perlu tahu bagaimana bisa Daddy melakukan itu. Sekolah baru ini adalah milik partner bisnis Daddy. Usahakan jangan membuat masalah di sana dan cobalah untuk membaur agar kau merasa betah di sana. Ingat Sam, ini adalah kesempatan terakhir untuk kau bisa pindah sekolah. Daddy tidak mau mendengar alasan kau ingin pindah sekolah lagi setelah ini, kau mengerti, kan," ucap Kevan dengan nada sedikit tegas pada Samantha.
"Ya, Daddy.. Sam mengerti," ucap Samantha pelan sambil menundukkan kepalanya.
"Nanti El yang akan mengantarmu ke sekolah baru itu, ya. Daddy berangkat kerja dulu, sekarang," ucap Kevan lalu ia berdiri duduknya.
"Apa Daddy tidak mau sarapan dulu?" ucap El perhatian pada ayahnya itu.
"Tidak. Daddy ada rapat pagi ini. Daddy pergi dulu, ya," ucap Kevan lalu berjalan pergi meninggalkan ruang makan itu.
"Astaga!" ucap Samantha lalu ia berdiri dari duduknya saat teringat sesuatu.
"Hei! Kau mau ke mana? Habiskan dulu sarapanmu," ucap El menunjukkan perhatian pada adiknya itu.
"Sam mau mengambil kartu kredit yang diberikan Daddy, kemarin. Sam lupa mengembalikannya," ucap Sam lalu berjalan cepat meninggalkan ruang makan.
"Berikan saja itu padaku, nanti. Sekarang kau mandi saja sana. Aku tidak mau telat pergi ke kantor hanya karena mengantarmu ke sekolah," ucap El dengan sedikit keras membuat Samantha berbalik dan berjalan kembali ke arah El.
"Kakak, aku______"
"Cukup, Sam. Aku tidak bisa membantumu lagi kali ini. Bukankah ini yang kau mau. Pindah ke sekolah baru. Jadi, aku tidak mau mendengar alasan apa pun lagi sekarang. Cepat mandi, dan aku akan mengantarmu ke sekolah barumu itu," ucap El lalu melanjutkan memakan sarapannya.
Samantha langsung saja menyebik kesal melihat kakaknya yang tak mau mendengarkan ucapannya terlebih dahulu.
'Pasti tadi malam Daddy dan kakak El sudah membicarakan semua ini. Mereka sengaja melakukan ini kepadaku. Dan apalah daya Samantha yang cantik ini sekarang, selain menurut saja,'
•••••
"Jangan membuat masalah apa pun di sana nanti. Apalagi ini hari pertamamu disekolah itu kan. Dan cobalah untuk tersenyum pada anak-anak di sana, atau kau tidak akan punya teman, selama sekolah di sana. Satu lagi jangan_____"
"Sam itu bukan anak kecil yang baru saja masuk sekolah. Kakak El itu berbicara terlalu berlebihan," ucap Samantha sambil memainkan ponselnya di dalam mobil.
"Ini juga karena kau memang seperti anak kecil. Jika seseorang sudah masuk SMA, dia itu harus mulai mengubah perilakunya lebih dewasa, Sam," ucap El membuat Samantha langsung menutup telinganya.
"Hentikan pembicaraan berat ini. Kakak El juga tidak cocok berbicara serius seperti itu. Katakan padaku bagaimana caraku pulang nanti. Apa kakak akan menjemputku?" ucap Samantha santai sambil merapikan rambutnya dengan membuka kamera depan ponselnya.
"Entahlah. Aku akan mengabarimu nanti. Jika nanti aku tidak bisa menjemputmu, minta saja teman-temanmu yang menjemputmu, kau juga bisa naik taksi. Nah, kita sudah sampai," ucap El membuat Samantha menghentikan kegiatannya dan langsung menatap ke depan.
"Apa aku tidak salah lihat? Apa aku dipindahkan ke sekolah ini?" ucap Samantha terkejut dan tak percaya melihat sekolah di depannya.
"Memangnya kenapa? Sekolah ini kan_______"
"Sekolah impian Sam. Aahhh!! Aku tidak percaya ini! Di dalam sana pasti ada banyak laki-laki tampan, kan. Sudahlah, kakak pergi saja sana. Sam akan melakukan semuanya sendiri dari sini. Dan ya, lebih baik lepaskan dasi yang kakak pakai itu. Kakak terlihat tua dengan itu. Dah..." ucap Samantha lalu ia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam sekolahnya.
El yang melihat itu tersenyum lebar penuh kemenangan.
'Sepertinya baru 1 jam yang lalu dia tidak mau masuk sekolah. Tapi lihatlah sekarang, dia sangat antusias seperti anak kecil. Kita lihat saja nanti, apa saat pulang sekolah dia masih seantusias ini? Kurasa tidak. Haha... selamat menikmati sekolah barumu, adikku sayang..'
•••••
"Ini kunci loker dan jadwal kelasmu. Baju olahraga dan buku-buku pelajaran yang bisa kau gunakan ada di dalam loker itu. Selamat bergabung disekolah kami," ucap seorang wanita paruh baya yang Samantha tahu bernama Helen dari nametag yang dipakainya.
"Terima kasih," ucap Samantha lalu ia pergi dari ruangan administrasi sekolah itu.
Samantha berjalan santai menyusuri koridor sekolah barunya yang tentu saja banyak sekali anak-anak lainnya di sana karena belum waktunya masuk kelas. Tapi Sam tidak peduli dengan itu, ia terus berjalan sambil melihat jadwal kelas miliknya.
"Sejarah? Aku benci Sejarah," gumam Samantha lalu ia berjalan untuk mencari di mana letak lokernya.
"Hei! Kemarikan bola itu!" teriak seseorang dari kejauhan, membuat Samantha berhenti berjalan dan melihat sekelilingnya untuk mencari tahu asal suara itu.
Dan di kejauhan sana. Samantha melihat seorang lelaki yang berdiri dipinggir lapangan dengan tangannya yang menunjuk ke arah bola basket yang tadi menggelinding dan berhenti di dekat posisi Samantha berdiri sekarang.
Dan mungkin karena Samantha tidak kunjung merespon, akhirnya laki-laki itu berjalan ke arahnya dan mengambil bola itu sendiri.
"Oh.. maafkan aku. Aku tidak tahu ada bola di sana? Aku sedang bingung mencari lokerku tadi," ucap Samantha ramah pada laki-laki di depannya yang terlihat cukup tampan itu.
"Tidak apa. Emm.. aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Apa kau anak baru di sini? Namaku Tomy," ucap laki-laki di depan Samantha dengan ramah sambil mengulurkan tangannya.
"Aku, Samantha. Kau bisa memanggilku Sam," ucap Samantha sambil menjabat tangan Tomy.
"Perlihatkan kunci lokermu," ucap Tomy membuat Samantha langsung menyerahkan kunci lokernya pada Tomy.
"Sepertinya aku tahu di mana letak loker ini. Sebentar, ya," ucap Tomy lagi lalu ia berlari kembali ke arah teman-temannya berada, sepertinya untuk memberikan bola itu pada temannya dan tak lama setelah itu ia kembali lagi.
"Ayo.. aku akan menunjukkan di mana letak lokermu," ucap Tomy setelah kembali ke tempat Samantha berada.
"Tunggu ! Itu semua tidak perlu. Kau bisa tunjukkan saja ke mana aku harus pergi. Aku tidak mau membuatmu repot harus mengantarkanku ke sana," ucap Samantha pada Tomy yang sudah berjalan mendahuluinya.
"Tidak apa. Kebetulan aku juga mau mengambil sesuatu di loker ku. Dan letak lokermu ini ada di deretan loker yang sama dengan lokerku. Jadi, ayolah.. sebelum bel masuk berbunyi," ucap Tomy membuat Samantha akhirnya mau ikut berjalan bersamanya.
"Sebelumnya, terima kasih atas bantuanmu, ya," ucap Samantha membuat Tomy menoleh dan tersenyum kecil.
"Aku bahkan merasa belum melakukan apa-apa untukmu. Santai saja. Anggap saja kau memiliki satu teman, sekarang," ucap Tomy membuat Samantha tersenyum malu.
Lalu setelahnya tidak ada pembicaraan lagi di antara mereka untuk beberapa saat, hingga Tomy tiba-tiba merangkul pundak Samantha dan tentu saja itu membuat gadis cantik itu terkejut.
"Biarkan seperti ini atau wanita-wanita disana akan mengganggumu," bisik Tomy membuat Samantha akhirnya diam dan membiarkan Tomy merangkulnya.
Dan saat Samamtha melihat kearah yang ditunjuk oleh Tomy, benar saja ada sekumpulan wanita yang menatapnya tajam.
"Ini lokermu. Coba bukalah," ucap Tomy sambil menyerahkan kunci loker Samantha yang sedari tadi dipegangnya.
Samantha mengambil kunci loker itu dan langsung membuka loker pintu yang ada didepannya.
"Hei, Tom! Siapa gadis yang kau bawa itu?" ucap salah seorang wanita yang ada digerombolan wanita yang menatap tajam Samantha tadi, datang menghampiri Tomy.
"Dia sepupuku, namanya Samantha. Dia akan bersekolah disini mulai sekarang. Ada apa memangnya? Apa kau ingin berkenalan dengannya?" ucap Tomy bersamaan dengan Samantha yang selesai mengunci pintu lokernya, lalu berbalik untuk melihat interaksi Tomy dan wanita yang tak dikenal olehnya itu.
"Tidak. Aku hanya ingin bertanya saja. Karena aku baru melihatnya hari ini. Sudah dulu ya. Aku akan masuk ke kelasku sekarang," ucap wanita yang Samantha tidak tahu namanya itu lalu pergi begitu saja.
"Apa dia pacarmu? Dia terlihat perhatian sekali padamu," ucap Samantha membuat Tomy menggeleng sambil tersenyum.
"Tidak. Dia memang selalu perhatian seperti itu, atau lebih tepatnya cemburu dan iri pada orang, terutama 3 orang yang disekolah ini. Dan maaf soal aku menyebutmu sebagai sepupuku ya. Aku hanya tidak ingin wanita tadi bertanya lebih jauh dan itu juga untuk membuatmu terhindar dari masalah," ucap Tomy membuat Samantha bertanya-tanya sendiri.
"Tidak apa. Tapi, siapa saja 3 orang yang kau maksud tadi?" tanya Samantha penasaran.
"Orang-orang itu adalah Aku, Derren, dan_____"
"Hei! Tom!!" teriak seseorang yang kini terlihat tengah berlari menuju ke arah Tomy.
"Ada apa sih. Kenapa kau selalu berteriak saat memanggilku?" ucap Tomy saat orang yang memanggilnya tadi sudah berjarak semakin dekat dengannya.
"Aku kesini untuk_____"
"Sudahlah lupakan itu. Kemarilah.. aku akan mengenalkanmu dengan teman baruku," ucap Tomy lalu menggeser posisi berdirinya dan akhirnya tubuh Samantha yang tadi tertutup olehnya, menjadi terlihat sekarang.
"Kau?!"
"Kau?!"
Bersambung...