Mulutmu Harimaumu

1506 Kata
Siang ini terasa panas. Debur ombak dari pantai terbawa angin meniup deras menerpa wajah siapa saja yang berada disana. Tak jauh dari sana terlihat beberapa pria sedang berkumpul di sebuah warung kopi. Badan mereka tegap tegap. Sebagian ada yang berambut gondrong. Sebagian lagi ada yang berkumis tebal bak jawara. Sesekali mereka tertawa tawa. Sesekali mereka terlihat serius. " Bang, kira kira kita bakal berhasil apa enggak ya?" tanya lelaki berbaju merah dengan wajah serius. Di tangan kanan nya ada terlihat tato yang hampir memenuhi seluruh bagian tangan nya. " Kau jangan pesimis gitu To. Kalo mau apa apa itu harus yakin. jangan gentar begitu" jawab laki laki berambut gondrong. " Iya sih bang, tapi kita juga kan lihat siapa orang yang mau kita hadapi. Menurut informasi dari rekan kita disana, orang ini cukup di segani dan memiliki banyak kolega. Aku cuma khawatir saja jika kita tidak antisipasi, pekerjaan kita akan jadi sia sia" timpal laki laki bertato. Di pojok warung, terlihat santai laki laki yang berambut pirang cepak. Di lehernya terlihat kalung besi yang berbentuk tasbih. "Iya bang, aku juga sama kayak Anto. Kita harus tetap waspada. Kita harus tetap memikirkan hal terkecil sekalipun. Jelas sekali jika tugas ini sangat penuh resiko" timpal laki laki berambut pirang. Wajah pria berambut gondrong yang sedari tadi di panggil abang terlihat sedikit kesal. " Kalian ini bagaimana? kayak baru aja tahu dunia kayak begini. Kau juga Bil. Dari jaman kuda gigit besi juga kalian kan sudah tahu kalau pekerjaan kita memang penuh resiko. Bahkan taruhan nya adalah nyawa. Kalau kalian ragu, ya sudah kalian tidak usah ikut. Biar aku saja yang ngerjain. Percuma juga kalau kalian ragu, yang ada malah jadi bebanku nantinya. Tapi ingat, jangan sesekali kalian kenal sama aku lagi" jawab laki laki gondrong serius. Pria berambut pirang yang ternyata bernama Kubil, saling pandang dengan Anto. Suasana mendadak hening. Dari jauh, terlihat seorang laki laki muda dengan perawakan cenderung kurus tapi berisi, berjalan menyusuri pantai yang panas itu. Dia terlihat menuju ke arah warung. Di pundaknya terlihat sebuah tas ransel yang sudah terlihat lusuh. Setibanya di warung, dia terlihat menyapa ke 3 laki laki tadi. mereka langsung paham jika laki laki ini bukanlah penduduk sini. Karena, jika dia adalah penduduk sini, pasti akan memilih warung lain jika melihat ke 3 pria itu sedang ngopi di sini. " Maaf bang, mau ikut numpang istirahat ya" ujar laki laki itu seraya tersenyum. Dia lah Ega, sang pengembara. Ke 3 laki laki itu tidak menjawab. Mereka saling pandang satu dengan yang lainnya. Seakan merasa aneh dengan perbuatan Ega. " Dari mana bang?" tanya Kubil dengan nada sedikit keras. Ega melihat ke arahnya sambil tertawa kecil. " Saya dari selatan bang. Kebetulan lewat wilayah sini" jawab Ega sopan. " Oh pantas, makanya abang berani masuk sini karena abang bukan orang sini" sahut Anto sedikit membentak. Ega terlihat kaget. Sambutan orang orang ini terlihat sangat tidak senang melihat kedatangan Ega. Lalu dia memesan es kelapa kepada pemilik warung. " Baik abang abang, jika kehadiran saya mengganggu, setelah minum es kelapa ini saya akan lanjutkan perjalanan saya" jawab Ega masih tetap sopan. " Gak bisa begitu bro. Siapa saja yang masuk sini, ketika kami ada disini, dia harus jadi anggota kami. Nah, syarat untuk jadi anggota kami, dia harus membayar semua hutang hutang kami di warung ini" kali ini laki laki dengan rambut gondrong angkat bicara. Ega dengan lahap nya menghabiskan segelas es kelapa di gelas. Wajahnya terlihat tenang. Sama sekali tidak terlihat rasa takut atas ancaman ancaman mereka. Anto, duduk di depan Ega sambil mendekatkan wajahnya ke arah Ega. " Ente dengar apa yang di bilang bang Usin?" sambil menyeringai menatap ke arah Ega. Tatapan mata mereka saling beradu. Sekilas mereka terlihat seperti 2 ekor singa yang hendak saling menerkam. Ega mulai terlihat risih dengan laki laki bertato itu. Perlahan Ega mulai meletakkan tas nya di samping nya. Seperti berjaga jaga jika terjadi hal hal yang tidak di inginkan. Begitu juga dengan Anto. Tangan nya memberikan tanda seperti menarik ke arahnya sebagai kode untuk mengajak ribut. Ega mulai berdiri. Begitu juga dengan Anto. " Wah, seru nih, bakal ada tontonan gratis" sahut Kubil terlihat kegirangan. Dan ketika suasana terlihat mulai memanas, tiba tiba tangan Anto melayang ke arah wajah Ega, tetapi dengan santai nya Ega menangkis nya. " Bang, saya datang baik baik. Dan saya ikut duduk disni karena saya ingin minum. Saya haus. Saya tidak mau ada keributan" tukas Ega tegas. Anto terlihat marah Wajah nya memerah merasa tak senang karena pukulan nya medapat tangkisan dari Ega dimana itu berarti, Ega melawan. " Eh, kunyuk, berani berani nya kau menangkis tamparanku!!" jawab anto sambil melompat hendak meberikan tinju. Tapi lagi lagi Ega dengan mudah menangkis bahkan menyikut punggung Anto sehingga tersungkur di meja. Terlihat Kubil ingin membantu, tapi buru buru bang Usin memberikan kode untuk membiarkan mereka berdua. Terlihat wajahnya tersenyum jahat kepada Ega dan Anto. Dengan sekuat tenaga Anto bangkit dan kali ini dia menyerang membabi buta kepada Ega. Tetapi Ega masih dengan tenang menangkis bahkan membalas pukulan demi pukulan dari Anto. Beberapa kali wajah Anto tertonjok tangan Ega. Tapi semakin di pukul Anto terlihat semakin beringas, sampai akhirnya Ega memancing Anto dan ke 2 teman nya keluar dari warung karena terlihat si ibu penjaga warung berteriak ketakutan. Suasana siang itu yang panas, terasa semakin panas. Terlihat debu mengepul di sekitar warung. Perkelahian itu menimbulkan perhatian beberapa orang, tetapi sepertinya tidak ada yang berani mendekat apalagi membela. Perkelahian itu berakhir ketika Anto tersungkur setelah mendapat tendangan telak tepat di belakang kepala. Usin dan Kubil melihat Anto tersungkur, langsung bergegas menyerang Ega dari dua arah. Mereka mengeroyok Ega. Meski di keroyok dengan 2 laki laki berbadan besar, Ega terlihat cenderung santai saja. Cuma keringat mulai terlihat membasahi kaos dan dahi nya. Beberapa kali wajahnya terkena pukulan dan tendangan. Tetapi posisinya cenderung terlihat stabil. Sungguh sebuah kejadian yang sangat memalukan dan tidak terpuji. Sebuah perkelahian yang terjadi tanpa hal yang jelas, adalah sebuah perbuatan yang memalukan. Karena entah demi apa, atau karena apa, untuk memperebutkan apa, tidak jelas. Terlihat Usin sudah tersungkur tak berdaya. Dari hidung nya terlihat mengeluarkan darah. Kini tinggal Kubil yang terus menyerang Ega secara membabi buta. Dan sudah bisa di tebak, perkelahian itu di menangkan oleh Ega dengan sedikit biru di sekitar wajahnya. Ke 3 laki laki itu tersungkur tak berdaya. Dengan tenang, Ega melangkah kembali menuju warung. Sambil berdiri, dia meminum sisa es kelapa yang tinggal sedikit. Dan tiba tiba saja........ " Awas bang..!!!" teriak ibu pemilik warung. Dengan sigap Ega menghindari serangan tiba tiba dari belakang. Usin dengan goloknya hendak membacok Ega dari belakang. Dengan cekatan Ega menghantamkan gelas bekas es kelapa ke kepala Usin sampai gelas itu pecah. Usin berteriak kesakita. Goloknya terlepas. Dia memegangi kepala nya. Setelah membayar es kelapa, Ega menarik lengan Usin menuju ke tempat kedua teman nya tersungkur. " Terima kasih atas olah raga siang nya. Kalian seharusnya bersikap sopan terhadap tamu Bukan malah merasa sok jagoan. Karena berbuat kekerasan terhadap seseorang yang belum di kenal itu merupakan suatu hal yang fatal" ujar Ega tegas kepada mereka ber 3. " Rubahlah sikap kalian agar menjadi lebih baik. Terlepas siapapun kalian, tetap tidak pantas berbuat kekerasan terhadap siapapun" sambungnya lagi. Kemudian dia mengambil 3 buah jarum dari tas nya. " Agar kalian selalu ingat menjaga mulut kalian saat bicara, kepada siapapun" lalu Ega terlihat menusukkan ke 3 jarum tadi di bibir mereka. Terdengar mereka merintih kesakitan. Lalu Ega pergi meninggalkan mereka yang masih tersungkur. Berbuat kebaikan adalah hal yang di anjurkan. Menjadi preman atau merasa jagoan sama sekali tidak akan menimbukan sebuah keuntungan. Jika kita merasa memiliki nyali yang tinggi, skill beladiri yang bagus, hendaklah di manfaatkan untuk hal hal yang berguna buat diri sendiri dan juga orang lain. Bukan malah menjadi beban bagi orang lain. Sejak dulu, kita sudah di ajarkan untuk berbuat baik terhadap sesama. Alangkah indah nya jika sesama kita saling menghargai, saling menghormati, saling menjaga sikap, menjaga adab. Agar tercipta sebuah kerukunan yang mampu membuat kita semua merasa tenang, aman dan nyaman. Maka, siapapun kita, sudah sepantasnya kita mulai saat ini, lebih menjaga mulut kita agar tidak melukai perasaan orang lain. Walaupun orang itu salah, kita tidak berhak untuk memberikan statement atau pernyataan yang menyakitkan. Karena hal semacam itu merupakan bibit dari kesombongan. Merasa diri kita paling bagus, merasa diri kita paling baik, sehingga dengan seenaknya kita berkata tanpa berpikir yang berakibat menyakiti perasan orang lain ingat jika di atas langit masih ada langit. Dan seperti ilmu padi, semakin berisi, maka dia akan semakin merunduk. Ketika kita bisa menjaga lidah kita dari kata kata sarkas atau ujaran kebencian, maka di saat itu lah perdamaian akan kita rasakan. Mungkin bagi kita, seperti terlihat biasa saat kita bicara sesuatu yang menyakitkan perasaan orang lain. Akan tetapi, perkataan yang menyakitkan itu akan terus terngiang dan menjadi sebuah dendam bagi orang yang mendengar nya. So, tetaplah damai, di mulai dengan menjaga lidah dan mulut kita serta sikap kita terhadap orang lain. Karena, pada dasarnya, kita semua sangat mencintai kenyamanan dan perdamaian di dalam kehidupan kita. Sampai ketemu di next chapter ya...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN