Makna Sebuah Persahabatan

2041 Kata
Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB. Matahari mulai turun di ufuk barat. Membawa mega merona memenuhi langit senja. Dari jauh terlihat Ega berjalan menyusuri jalan kecil di desa ini. Semilir angin seakan memberikan kedamaian kepada siapa saja yang tersentuh oleh nya. Laki laki dengan tubuh kurus tapi tegap, di belakang nya terdapat sebuah tas yang di gendong nya. Sejak kecil dia berkelana masuk keluar kampung untuk mendapatkan pelajaran berharga tentang kehidupan. Hingga kini dia sudah menjadi dewasa. Dia tidak memiliki orang tua maupun saudara. Hidupnya hanya sebatang kara. Tapi hal itu tidak membuatnya menyerah begitu saja dengan kehidupan. Dengan berbekal ilmu beladiri yang ia miliki, banyak sudah orang orang yang merasakan manfaat dari kebaikan nya. Kaki nya kini mulai memasuki daerah hutan. Biasanya, Ega selalu bermalam di kampung tempat terakhir berada sebelum bertemu dengan hutan atau perkebunan yang panjang, sebelum bertemu dengan kampung selanjutnya. Tapi entah mengapa, kali ini dia memutuskan untuk meneruskan langkahnya. Meski baru jam 4 lewat, tapi hutan itu sudah mulai gelap. Tingginya pepohonan menghalangi sinar matahari sore masuk kedalam hutan. Matanya terlihat awas. Meski begitu, di wajahnya sama sekali tidak terlihat rasa ketakutan. Sesekali matanya melirik jam yang ada di pergelangan tangan nya. Dan tiba tiba dia menghentikan langkahnya. Sayup sayup dia mendengarkan suara erangan dari arah dalam hutan. Kaki nya terus melangkah. Dia berusaha menemukan darimana suara itu berasal. Semak semak hutan yang cukup tinggi, serta tanah yang lembab, menimbulkan aroma khas hutan tropis. Semakin dia masuk kedalam hutan, semakin gelap hutan itu terasa. Suara erangan itu semakin jelas terdengar. Hampir saja Ega terjatuh ketika kakinya menginjak sebuah batu yang cukup licin. Sejenak dia terhenti Tiba tiba suara itu menghilang. Dia merunduk kan badan nya. Satu satu nya yang dia takutkan bukanlah hantu. Tetapi binatang buas ataupun orang yang berniat jahat. Dia coba memasang pendengaran nya lebih peka. Sangat lemah terdengar suara erangan itu berada di sisi sebelah kanan nya. Perlahan dia mulai mendekatkan langkah kaki nya ke arah suara itu. Betapa terkejutnya Ega ketika dia menemukan seekor harimau besar sedang berjuang melawan jeratan kawat yang melilit tubuh nya. Terlihat kaki dan leher harimau itu mengeluarkan darah segar. Melihat kehadiran Ega, harimau itu panik dan hendak pergi, akan tetapi usaha nya sia sia, karena kawat itu sudah menjerat hampir seluruh tubuh nya. Harimau itu kembali terbaring lemas. Sejenak Ega tertegun dengan posisi tetap awas. Wajahnya celingukan melihat ke sekeliling. Dia khawatir ada pemburu yang mengawasi mereka. Ini adalah jelas pekerjaan pemburu binatang yang tidak bertanggung jawab. Ega mulai mendekat ke arah harimau itu tergeletak. Tenaga nya seperti terkuras. Harimau itu nyaris mati. Melihat Ega medekat, kembali lagi harimau itu berusaha melarikan diri. Dan kembali lagi, usaha nya sia sia. Ega berjongkok di depan harimau. Biasa nya Ega selalu tenang dalam menghadapi apa pun. Tapi kali ini, dia terlihat sedikit panik. Harimau itu dengan tajam menatap ke arah nya. Kaki nya yang besar dan mengeluarkan cakar di angkat seakan hendak menerkam. Tapi percuma, karena kaki nya pun terjerat kawat itu. Ega mengambil hp nya dan menyelakan senter. Keadaan mulai remang kala itu. Lalu cahaya sampu hp dia arahkan ke wajahnya. Tatap harimau itu seperti mengandung rasa benci yang amat dahsyat melihat Ega. " Aku Ega" jawab ega pelan tapi tegas. Sejenak dia berhenti bicara. Cahaya lampu hp masih di arahkan ke wajahnya. Lalu dia mengarahkan cahaya lampu hp nya ke arah tubuh harimau. " Aku akan membantu mu melepaskan kawat ini" kembali Ega terhenti sejenak. Hp nya di goyang goyangkan agar cahaya lampu hp nya menerangi bagian bagian tubuh harimau yang terluka. Lalu dia mengarahkan lampu nya ke arah wajah harimau. " Kamu jangan menyerang Ega" pas di kata Ega, lampu di arahkan ke wajah Ega. Lalu dia berhenti bicara dan memperhatikan wajah harimau. Dan aneh nya, seolah mengerti perkataan Ega, harimau itu kini memasang wajah pasrah. Tatapan nya tidak lagi tajam. Dagu nya kini di letakkan di tanah. Perlahan Ega maju. Terdengar nafas harimau itu berderak. Ega mulai mengeluarkan tang pemotong dari tas nya. Dengan cekatan dia mulai memotong satu persatu kawat yang ternyata sangat kuat. Dalam hati Ega memaki siapapun orang yang telah tega melakukan hal ini. Harimau itu tak bersuara. Hanya terkadang ketika tubuhnya sedikit tertarik oleh kawat yang sedang di putuskan oleh Ega, Nafasnya kembali menderu kencang. Seolah menahan rasa sakit. Hampir satu setengah jam Ega memotong kawat, akan tetapi seperti tidak selesai selesai. Kawat yang melilit tubuh harimau itu masih terlihat banyak di sekujur tubuh harimau. Darah yang menetes di tutup dengan baju milik Ega. Harimau itu terlihat semakin lemas. Dahi Ega mulai berkeringat. Sayup sayup terdengar suara azan dari arah kampung. Ega meninggalkan harimau itu lalu bertayamum dan melaksanakan sholat maghrib. Suasana di hutan itu lumayan mencekam. Nyamuk dan serangga hutan mulai mengganggu aktivitas Ega memotong kawat itu. Harimau itu seakan pasrah di tangan Ega. Taring yang ketika awal Ega datang selalu menyeringai, kini sudah tidak terlihat. Ega agak sedikit tegang ketika dia mulai memotong kawat yang melilit bagian leher. Ini adalah bagian terakhir dari sekian banyak nya kawat yang melilit tubuh harimau itu. "Trakk" akhirnya kawat itu pun putus. Ega bangkit untuk mengambil dedaunan hutan yang ada di sekitar situ. Setelahnya dia mengunyah dan menempelkan pada luka luka yang ada di tubuh harimau. Perlahan darah tidak lagi mengalir. Daun daun tadi di tutup dengan baju. Begitu juga dengan leher harimau yang diam saja ketika Ega mendongakkan kepala harimau untuk di berikan obat karena luka di leher nya cukup lebar. Dari dalam tas, Ega mengeluarkan botol minuman. Lalu dia dengan perlahan menuangkan air ke dalam mulut harimau. Dengan beberapa teguk, air itu langsung habis di minum dan harimau masih terlihat haus. Persediaan air Ega sudah tidak ada lagi. Lalu dia membuka maps yang ada di hp nya. Dia mencari genangan air yang ada di maps hp dan segera beranjak menuju ke genangan air itu yang ternyata adalah sebuah kubangan air yang cukup besar. Dia mengisi penuh air itu dan beberapa botol air yang dia temukan di sekitar kubangan. Setelah hampi semua air di minum oleh harimau, kini ega menyuapi harimau itu dengan bekal nasi yang ada di tas nya dengan lauk sepotong ayam goreng. Awalnya harimau itu seperti ragu, akan tetapi kemudian dia mulai memakan nasi dan ayam itu sedikit demi sedikit sampai akhirnya habis. Sesekali Ega memantau sekitar ketika seperti terdengar seperti suara kaki melangkah. Tetapi kemudian suara itu menghilang. Ega mulai mengumpulkan ranting kayu untuk membuat api. Harimau masih terlihat tergeletak dengan lemas. Kini matanya terpejam. Sepertinya dia kelelahan dan mengantuk setelah rasa lapar nya hilang. Ega menggelar matras , dia menyalakan api tepat diantara mereka terbaring. Sebenarnya Ega ingin berburu makanan untuk mereka, akan tetapi sepertinya dia juga cukup lelah. Dan tak lama dia pun ikut tertidur bersama harimau itu. Ega terbangun ketika subuh. Dia terkejut ketika di sebelahnya tidak lagi ada harimau yang kemarin di tolong nya. Dengan sigap dia menelusuri area sekitar dengan harapan harimau itu masih ada di situ. Dia hanya menemukan baju baju nya yg berlumuran darah kering. Setelah selesai menunaikan sholat subuh, Ega segera beranjak meninggalkan tempat itu menuju kampung. Perutnya sudah sangat lapar. Baju yang berlumuran darah itu pun turut di bawa nya. Setelah membersihkan bekas api dan botol botol bekas minuman, Ega melangkah meninggalkan lokasi itu. Sesampainya di kampung, aktivitas warga desa itu sudah terlihat mulai ramai. Terlihat beberapa orang dengan mengedarai sepeda ataupun motor seperti hendak menuju ke kebun atau sawah. Ega duduk di tempat penjual sarapan yang terlihat baru saja selesai beberes untuk mulai berjualan. " Dari mana anak muda?" tanya si ibu penjual ramah kepada Ega. " Saya pengembara bu. Saya berjalan kemana langkah kaki saya membawa saya. Dan saya juga tidak punya kampung halaman" jawab Ega sambil mengunyah nasi kuning dengan lahap nya. Si ibu membalas dengan senyuman. " Disini banyak pemburu binatang hutan ya bu?" tanya Ega kemudian. " Iya nak, tapi bukan dari warga kampung sini. Biasa nya dari kota yang suka berburu kesini" jawab ibu sambil melayani pembeli yang mulai berdatangan. " Apakah di wilayah sini ada harimau bu?" tanya Ega kemudian ke si ibu. " Pernah denger sih, tapi kalo ibu belum pernah melihat. Amit amit ah nak, serem denger nya juga" jawab ibu. Tak lama berselang, Ega pun pergi meninggalkan desa itu untuk kembali melanjutkan perjalanan. Dalam hati dia berharap jika harimau itu akan baik baik saja. Dia cukup khawatir karena luka di tubuh harimau itu cukup parah. Tadinya dia berniat merawat harimau itu sampai benar benar sembuh. Tetapi sepertinya harimau itu memilih untuk menyembuhkan luka luka nya di sarang atau di tempat yang lebih aman bagi nya. Dan baiknya, dia tidak berbalik menyerang Ega yang sudah menolongnya. Mungkin dia tahu jika Ega telah membantu menyelamatkannya. Beberapa waktu berlalu, Ega yang selalu mengembara terkadang akan kembali melewati tempat tempat yang sebelumnya pernah dia lewati. Dan kali ini, dia melewati kampung dekat hutan yang dulu pernah dia lewati. hanya saja, situasi nya sekarang berbeda. Kampung ini tidak terlihat seperti dulu. Lebih sepi. Beberapa kali dia berpapasan dengan orang orang, tetapi mereka selalu menunduk dan seakan takut melihat Ega, sampai dia bertemu seorang bapak bapak yang berjalan kaki. " Pak, maaf saya mau tanya, ada apa ya di kampung ini kok orang orang seperti ketakutan?" bapak itu tadinya ingin berlalu saja tanpa menjawab, tapi buru buru Ega menarik tangan si bapak. " Maaf nak, saya buru buru" jawab si bapak dengan wajah memelas ketakutan dan berusaha melepaskan tangan Ega. Tapi Ega cukup kuat menahanj lengan si bapak. " Saya hanya ingin tau informasi saja pak. Ada kejadian apa di kampung ini?" dengan wajah ketakutan, si bapak menjawab pelan. " Anu nak, kampung ini sekarang banyak perampok dan orang jahat. Mereka tidak segan menganiaya siapa saja yang tidak patuh dengan mereka" baru saja Ega ingin bertanya tiba tiba dari arah belakang terlihat segerombolan orang berjalan menuju ke arah Ega dan si bapak. Ega melepaskan tangan si bapak. " Itu mereka datang, ayo lari nak" ajak si bapak sambil berlari berlawanan arah dengan gerombolan orang itu. Ega tak bergeming. Orang orang itu berlari menuju ke arah Ega. Mungkin jumlahnya sekitar 50an lebih. Dan tanpa basa basi mereka langsung menyerang Ega dengan membabi buta. Kali ini, Ega kualahan menghadapi gerombolan orang orang itu. Meski ada beberapa orang yang mulai terkapar terkena pukulan Ega, akan tetapi Ega pun menerima pukulan yang sama pula. Beberapa kali Ega hampir terjatuh karena menahan serangan orang orang itu. Dan ketika keadaan semakin sulit, tiba tiba...... Dari arah hutan terlihat seekor harimau besar menggigit dan mencakar orang orang yang menyerang Ega. Mereka berteriak kesakitan ketika ada yang lengan nya sobek, kaki nya bahkan kepala. Harimau itu sontak saja membubarkan orang orang yang mengahajar Ega dengan brutal. Darah berceceran dimana mana. Sebagian besar diantara mereka terkapar bersimbah darah. Ega berdiri terhuyung. Dia menatap si harimau yang berdiri tak jauh dari nya. Harimau itu menatap Ega tajam. Dia membuka mulutnya. Terihat taring nya yang panjang dan tajam. Tak lama harimau itu menunduk dan melangkah masuk kedalam hutan. Di tubuhnya terlihat bekas luka luka. Ega tersenyum. Sepertinya, dia kenal dengan harimau itu. Harimau itu tiba tiba berhenti melangkah, lalu dia membalikkan badan nya menatap ke arah Ega. Ega mengangkat kedua tangan nya memberikan kode kepada harimau untuk mendekat. Dan tiba tiba saja harimau itu berlari ke arah Ega lalu berdiri memeluk Ega. Sebuah kejadian yang cukup mengerikan bagi siapapun. Tapi tidak dengan Ega. Dia mengelus elus punggung si harimau. Lalu mereka berdua terjatuh ke tanah. Sungguh sangat dramatis sekali. Orang orang yang masig ada di sekitar situ berlari terbirit b***t melihat kejadian ini. Selang beberapa menit mereka bercanda, Ega memasang kalung di leher sang harimau. Harimau itu hanya diam saja menerima kalung pemberian Ega. " Mulai hari ini, aku akan memanggilmu Belang" ujar Ega sambil tersenyum. Harimau itu seolah mengerti apa yang dikatakan Ega. Dia menjilati darah yang ada di wajah Ega. Nafas harimau itu terdengar jelas dari depan wajah nya. Harimau itu seolah membalas budi atas perbuatan Ega waktu itu yang sudah menyelamatkan nya. Hingga akhirnya sang harimau mengaum keras seolah mengucapkan terima kasih dan meninggalkan Ega seorang diri. Sungguh sebuah kejadian yang pasti takkan pernah terlupakan seumur hidup oleh Ega. Ada sebuah pelajaran yang bisa kita ambil dari kejadian ini, yaitu, sebuas buas nya hewan, masih ingat untuk membalas budi orang yang sudah menolong nya. Demikan dulu kisah kali ini, sampai ketemu di kisah selanjutnya.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN