Teror Penunggu Rumah Kosong

3979 Kata
Hujan deras membasahi sebuah dusun kecil di tepi hutan. Dusun yang terletak di lereng gunung itu seperti tak terlihat karena tertutup jatuhan air hujan yang besar dan rapat. Tak ada terlihat aktivitas warga malam ini. Padahal waktu masih menunjukkan jam 8 malam. Di depan sebuah rumah gedung tak berpenghuni, terlihat seorang pedagang bakso sedang asyik mengobrol dengan seorang anak muda. Anak muda itu adalah Ega. " Nanti nginep aja di rumah saya bang" ucap tukang baso itu kepada Ega. Nama nya mang Maman. Dia sudah 10 tahun berjualan di lokasi itu. Jika hari libur, jualan nya selalu ramai oleh pengunjung. Karena di atas ada air terjun tempat objek wisata. Dan tempat mang Maman mangkal adalah sebagai tempat persinggahan bagi orang orang yang ingin menuju tempat objek wisata itu. " Ah, tidak usah mang. Biar saya menginap disini saja" tukas Ega. " Eh, jangan. Rumah di belakang kita ini angker. Nanti abang di ganggu sama penghuni nya" sahut mang Maman serius. Ega tersenyum kecil. " Masak mang? ada hantu nya gitu?" tanya Ega kemudian. " Iya bang. Sering terjadi penampakan bahkan gangguan oleh makhluk halus d rumah ini. Sudah berapa kali di temukan gadis gadis muda bunuh diri di tempat ini. Angker deh pokoknya" ujarnya menjelaskan sambil menyeruput kopi hitam. Ega terlihat tenang saja. Seperti biasa, tak ada terlihat rasa takut di wajahnya. " Bunuh diri kenapa mang?" tanya Ega penasaran. " Amang kurang tau bang. Soalnya gadis gadis yang bunuh diri disini itu bukan dari penduduk sini" terangnya menjelaskan. Hujan semakin deras saja. Seakan tak ada kemungkinan untuk berhenti. Ega terlihat melipat tangan nya erat. Tanda jika dia kedinginan. " Kalau abang aslinya darimana?" tanya mang Maman kepada Ega. " Saya gak tau Mang. Kampung saya sudah tidak ada, kena gusuran proyek kawasan" Ega menjelaskan. Sambil tangan kanan nya menyeruput kopi panas yang sepertinya sudah dingin sekarang. " Kalau kesini tujuannya mau kemana?" tanya mang Maman lagi menyelidik. Merasa dirinya di interogasi oleh mang Maman, maka Ega menjelaskan latar belakang nya kepada mang Maman. " Saya tidak memiliki tujuan mang. Hidup saya kemana kaki saya melangkah. Justru, saya sedang mencari tujuan saya di dalam perjalanan ini. Saya mengembara sejak kecil, sampai sekarang saya sudah berusia 27 tahun" Ega membuang pandangan nya jauh ke depan. Memecah diantara runtuhan hujan yang lebat dan tebal. Mang Maman terlihat menyimak. Sesekali di hirupnya rokok kretek yang ada di sela jemari nya. " Sudah banyak desa dan dusun yang saya lewati. Masing masing mengajarkan kepada saya ilmu kehidupan yang sebenarnya. Tapi sampai detik ini, saya belum ingin berhenti dan menemukan tujuan hidup saya. Saya bagi rokoknya ya mang. Dingin sekali rasanya" tukas Ega menjelaskan. Mang Maman mempersilahkan Ega mengambil rokok kreteknya. " Wah, pasti banyak pengalaman abang ya. Berarti kemana mana jalan kaki ya?" Ega mengangguk. " Gak ada orang tua atau saudara?" tanya mang Maman melanjutkan. Ega menggeleng. Dia seperti tak ingin mang Maman membahas mengenai hal itu. dan sepertinya mang Maman paham sehingga dia pun lantas terdiam. " Wah, sudah jam 9. saya harus pulang bang" tukas mang Maman sambil beranjak membereskan tempat dia dagang dan gerobaknya. Ega terlihat membantu beliau. " Abang yakin mau tidur di rumah kosong ini?" tanya mang Maman. Ega mengangguk. " Ya sudah kalau begitu saya tinggal ya. Cuma pesan saya hati hati ya, seperti yang saya bilang tadi, banyak gangguan di rumah ini. Apalagi di bagian belakang nya, sering terdengar suara perempuan menangis. Ih serem lah pokoknya" jelas mang Maman. Ega hanya mengangguk. Hujan tak juga reda, malah semakin deras. Memang jika di daerah pegunungan, bisa satu malaman hujan tiada henti. Udara dingin serasa menusuk tulang. Sepeninggal mang Maman, Ega langusung menuju ke dalam rumah gedung kosong itu. Dia masuk melalui teras depan. Pintu rumah itu terkunci, tapi jendela nya terbuka. Ternyata lumayan besar juga rumah itu setelah di dekati. Bermodalkan lampu dari hp Ega mulai mencari tempat yang aman dan lumayan untuk istirahat. Dia meletakkan tas nya di gantungan yang ada di dinding ruang tamu. Di dalam rumah itu masih terdapat beberapa perabotan yang sudah rusak kondisinya. Tapi, untuk seukuran rumah kosong, rumah ini tergolong bersih. Bahkan terlihat beberapa bekas jejak kaki. Setelah menata potongan kardus untuk Ega ber istirahat, muncul rasa penasaran untuk melihat lebih jauh rumah ini. Dia menghitung ada 5 kamar dan 1 lorong ke belakang. 3 kamar d sisi kanan, dan 2 kamar di sisi kiri. Sementara tengah ini adalah ruang tamu. Lorong ke belakang sepertinya mengarah ke dapur. Di dalam lorong terdapat tangga menuju ke atas. Dengan rasa penasaran, Ega mulai memeriksa kamar satu persatu. Dimulai dari arah kanan. Pintu kamar pertama tidak di kunci. Begitu pintu di buka, hawa bau rumah kosong langsung terasa. Ada sebuah kasur besar serta lemari yang sudah rusak. Di tembok terdapat lukisan perempuan penari bali berwarna merah. Ega membuka lemari itu dengan mudah. Tak ada barang apa apa disana. Di bawah kasur banyak terlihat kondom bekas. Dahi Ega berkrenyit. Oh, mungkin rumah ini sering di pakai pasangan non halal melakukan hubungan terlarang. Setelah menutup pintu dia masuk ke kamar kedua. Di kamar ini mirip seperti gudang. Banyak barang berserakan tak terawat. Dia melihat banyak bangku dan meja yang di susun tak beraturan. Ada juga sofa dan lemari yang di tumpuk begitu saja. Kini Ega masuk ke kamar ke 3. Kamar ini pintu nya sudah rusak sehingga ketika di buka menimbulkan suara berderit. Di kamar ini sama sekali tidak ada barang apapun. Tapi di bagian belakang, ada sebuah pintu yang menarik perhatian Ega. Ketika akan di buka, ternyata pintu itu di kunci. Ega celingukan di sekeliling kamar itu dengan harapan siapa tahu ada kuncinya tergeletak. Tapi hasilnya nihil. Ega memutar tubuhnya untuk keluar kamar itu. Tapi sejenak langkah kaki nya terhenti. Dia membalikkan badan lalu meraba lubang angin yang ada di atas. Tangan nya menemukan sesuatu, ya, sebuah kunci. Kemudian dengan perlahan Ega memasukkan anak kunci itu ke dalam lubang kunci di pintu. "Cekrek.." pintu berhasil di buka. Perlahan Ega masuk lalu menyalakan Lampu hp nya. Terlihat ada kasur di atas dipan besi serta lemari kayu yang sudah lusuh. Ega berkeliling kamar dengan rasa penasaran. Dan ketika dia sampai di depan lemari, Ega berhenti. Sayup sayup dia mendengar seperti suara rintihan seorang perempuan. Ega terhenyak. Berusaha mendengar suara itu berasal dari arah mana. tapi belum sempat dia menemukan sumber suara, suara itu menghilang. Ega kembali melanjutkan rencananya untuk membuka lemari. Dia merasa jika kamar ini tidak seperti kamar sebelumnya. Di kamar ini seperti ber aroma layaknya kamar biasa yang berpenghuni. Hanya saja sedikit pengap karena jendela yang ada di tembok sebelah kanan dari dia berdiri, di tutup mati dengan papan dan di tutup horden tebal. Ketika tangan nya hendak membuka lemari, ternyata lemari itu di tutupi oleh selembar kain jarik cokelat sehingga tampak kumal. Dahi ega berkrenyit. Di tarik nya kain itu dan terlihat lemari seperti masih sering di gunakan. Kunci lemari terlihat menggantung di tengah dan betapa kagetnya Ega ketika lemari di buka, terdapat beberapa baju laki laki, pakaian dalam, mie instan, telur, minyak, s**u kaleng, air mineral dan bahan bahan makan lainnya. Di bawah dia melihat kain putih dengan wangi melati. Ega buru buru mematikan senter hp nya. Firasat nya mulai tidak enak. Dan ketika dia meraba kasur lusuh itu, lalu menarik kain di atas nya, benar saja, kasur itu sangat bersih seperti sering di tiduri. Ada 2 bantal dan 1 guling. Di bagian tengah, ada terlihat bercak darah yang sudah kering. Buru buru Ega memasang kain di kasur dan juga lemari, lalu dia keluar dan meletakkan lagi kunci pintu di tempat sebelumnya. Ega langsung berbaring di kardus tempat semula dia istirahat. Terlihat dia seperti memikirkan sesuatu. Dia sengaja kembali khawatir rumah ini benar benar ada penghuninya. Jika di lihat dari kemasan mie instan ataupun s**u kental manis, itu adalah kemasan yang sekarang Jadi tidak mungkin jika itu adalah barang kadaluarsa atau barang yang telah lama. Sekitar jam 10 an, Ega mendengar suara rintihan perempuan dari arah belakang. Dengan setengah mengendap, dia menuju ke arah dapur. Semakin dekat ke dapur, suara itu semakin jelas terdengar. Gelap sekali. Ega tak berani menyalakan lampu hp agar kedatangan nya tidak di ketahui. Suara rintihan itu seperti suara perempuan. Memang jika di dengar dengan sekilas, suara itu mirip kuntilanak yang sedang menangis. Di dalam dapur ini ternayata ada 2 buah pintu. Sepertinya pintu yang satu adalah pintu kamar mandi. Terlihat dari bahan pintu yang terbuat dari plastik. dan di sebelahnya, itu seperti pintu kamar. Sepertinya suara itu berasal dari situ. Ketika Ega semakin dekat, tiba tiba suara itu menghilang. Ega kembali mematung. Hampir 5 menit Ega diam di tempat dia berdiri, tiba tiba suara itu muncul lagi. Dan benar saja jika suara itu bersumber dari dalam kamar itu. Dengan perlahan ega menekan handle pintu, tapi ternyata itu di kunci. "Sial" gumamnya dalam hati. Dalam gelap dia benar benar tidak bisa melihat apapun. Dia memejamkan matanya rapat rapat, lalu membuka nya setelah beberapa detik. Ini dia lakukan agar dia bisa melihat dalam gelap meski hanya beberapa saat. Dan matanya langsung melihat sesuatu yang tergantung di dinding sebelah pintu. Dan benar saja jika itu adalah anak kunci yang di gantungkan dengan tali yang terbuat dari potongan kain. Dan betapa terkejutnya Ega ketika pintu berhasil di buka, ada sosok perempuan yang terbaring di atas kasur lantai. Ega menghidupkan lampu hp nya. ya, benar saja, ada seorang gadis tepatnya dengan mulut terikat, tanga terikat serta kaki terikat sedang terbaring di atas kasur. Dia hanya memakai kaos berwarna pink dan hanya memakai celana dalam. Di sebelahnya terlihat piring dan botol minuman mineral. Melihat Ega, gadis ini menjerit, tapi tidak terlalu keras karena mulutnya tersumbat kain dan kondisinya lemah. Ega mengarahkan senter hp nya ke wajahnya sendiri sambil meletakkan jari telunjuknya di bibir. Melihat wajah Ega gadis ini berhenti menjerit. "Ssst...tenang, aku Ega, dan aku akan menyelamatkan mu" bisik Ega pelan. Gadis itu mengagguk. Tapi baru saja Ega akan membuka sumbatan di mulut gadis itu, tiba tiba Ega mendengar suara pintu yang berderit dari depan. Dia ingat jika itu adalah suara pintu kamar depan. Dengan sigap Ega memberi kode kepada gadis itu untuk tetap tenang, tapi gadis itu ketakutan, kemudian Ega berbisik. " Kamu tunggu disini, aku pasti akan menyelamatkan mu" bisik ega langsung meninggalkan gadis itu. Gadis itu berontak tapi Ega tak memperdulikan nya. Dia segera menutup kembali pintu, meletakkan kunci di dinding dan dia bersembunyi di atas tembok kamar mandi yang memang tidak full sampai ke langit langit dapur. Diatas tembok itu dia bersandar pada dinding kamar sehingga tidak terlihat dari bawah. Tak berapa lama, dari arah lorong, terlihat kelebatan cahaya lampu senter. Sepertinya menuju ke arah dapur. Suasana cukup menegangkan. Ega tetap bersembunyi di atas tembok kamar mandi sambil menyender di tembok kamar di sebelahnya. Akan tetapi wajahnya di arahkan ke arah lorong untuk memantau kondisi. Dari atas dia bisa melihat meski mengintip dari lebihan tembok kamar. Tapi dari bawah posisi Ega tidak terlihat jelas kecuali dia keluarkan semua tubuhnya dari balik lidah tembok kamar. Terdengar suara langkah yang cukup tegap menuju ke dapur dari arah lorong. Dan samar samar berdiri seorang laki laki gendut. Dia berhenti di ujung lorong, lalu senter nya di arahkan ke seluruh bagian dapur. Dan setelahnya dia menuju arah ujung dapur lalu terdengar dia seperti membuka sesuatu dan terdengar suara seperti saklar. "Clak.." tiba tiba ruangan dapur menjadi terang. Dia buru buru menutup pintu lorong yang ada di dapur. Terlihat jelas seorang pria dengan kaos dalam putih yang terlihat basah, memakai topeng maling yang hanya terlihat mata dan mulut. Di tangan kanan nya terlihat sebilah golok panjang. Dan tangan kirinya memegang senter. Dia celingukan seperti mencari cari sesuatu lalu duduk di bangku yang ada di ruang dapur. Tak lama dia mengeluarkan hp dan rokok dari saku nya. Ega terlihat tenang di atas memperhatikan gerak gerik laki laki itu. Sambil menghisap rokok nya, laki laki itu seperti hendak menelpon seseorang. " Halo bang, ini aku ada barang bagus. Mungil, putih, mulus. Masih seger bang" ujar laki laki itu dari hp nya. Dengan sigap Ega mengeluarkan hp nya dan mulai merekam si laki laki itu lewat kamera hp secara sembunyi sembunyi. Tak lama laki laki itu selesai bicara, Ega pun menjeda rekaman nya. Laki laki itu pergi menuju pintu kamar sambil berkata. " Sayang, mari kita bersenang senang, besok kita sudah gak ketemu lagi" ujar pria itu sedikit keras. Hujan masih terdengar deras di luar. Terdengar suara hardikan dan tamparan dari arah kamar. Ega hampir saja melompat, tapi dia buru buru bersembunyi lagi karena terdengar suara laki laki itu menyeret keluar si gadis. Ega kembali melanjutkan rekaman nya. Dari arah Ega bersembunyi, dia bisa merekam dengan jelas ketika gadis itu di ancam dengan sebilah golok dan mulutnya di bekap dengan tangan kiri nya. " Diam kamu atau saya bunuh" ancam laki laki itu. Gadis itu kembali terdiam. Sorot matanya sangat ketakutan. tapi dia tidak bisa berbuat apa apa selain pasrah. Kemudian pria itu mendorong kepala gadis dengan kasar ke arah meja sehingga sekarang posisi gadis menungging. Kaos nya tersingkap sehingga terlihat celana dalam gadis itu. Di bawah ancaman laki laki itu mulai melakukan aksi tidak pantas kepada si gadis. Tangan nya mulai meraba dan meremas remas bagian sensitive si gadis. Ega masih terus merekam. Dia seperti menunggu saat yang tepat untuk menolong gadis itu. Celana dalam si gadis mulai di turunkan. Gadis itu berontak. tapi dia tak memiliki cukup tenaga untuk melawan tenaga laki laki besar itu. Laki laki itu mulai menggesek gesekkan bagian kelamin nya ke b****g si gadis. Mulut si laki laki terus berceloteh. "Aah..hmm..kamu pasti suka sama punya abang, tenang punya abang masih sama kayak yang kemaren kemaren, hahaha" laki laki itu berkata kepada si gadis. Dan kemudian dia mulai membuka resleting celana nya dengan satu tangan. Sementara tangan yang lain menahan kepala si gadis agar tidak beronta. Golok nya di letakkan di atas meja. Dan ketika laki laki itu sedang fokus akan melakukan penetrasi kepada si gadis, tiba tiba.... "Hiaaaaa...." Ega melompat dari atas tembok kamar mandi dan menerjang kepala si laki laki. Laki laki itu tersungkur ke lantai tapi dengan sigap dia berdiri dan menyerang balik ke arah Ega. Si gadis langsung berlari ke arah pintu keluar dapur. Dengan tenang Ega menahan serangan demi serangan dari laki laki itu. Tangan laki laki itu meraih golok dan menebas ke arah Ega, tapi Ega dengan cekatan bisa menghindar bahkan membalas serangan si laki laki itu. Merasa terdesak laki laki itu melemparkan bangku ke arah Ega. tapi lagi lagi Ega mampu menagkis hanya dengan tangan nya. Dan pertarungan itu berakhir ketika tebasan laki laki itu meleset sehingga dia tersungkur di lantai. Ega meraih golok nya dan memiting leher laki laki itu dengan lutut di tekan di punggung si laki laki. Ega memukul belakang kepala nya dengan gagang golok dan seketika laki laki itu pingsan. Ega merobek kain taplak meja dan mengikat tangan serta kaki laki laki itu. Setelah di rasa aman, Ega membuka topeng nya. Dan betapa terkejut nya Ega ketika dia tahu siapa penjahat ini. Kalian tahu siapa dia? ya, betul...mang Maman si penjual baso. Ega kemudian menolong sang gadis. Semua ikatan dan bungkaman di tubuhnya di buka. Perempuan itu menampar Ega tapi lalu memeluknya dan menangis di pelukan Ega. Pelukan yang sangat erat. Pelukan dengan rasa ketakutan seorang perempuan. " Sudah tenang, kamu aman sekarang. Kamu benerin dulu celana dalam mu itu masih melorot" ucap Ega santai. Gadis itu dengan setengah kaget langsung membetulkan celana dalam nya. Ega membalikkan badan dan duduk menghadap mang Maman. Si gadis kemudian masuk ke kamar untuk mengambil celana panjang miliknya. Kemudian dia ikut duduk di sebelah Ega. " Nama kamu siapa?" tanya Ega sambil menyulut rokok mang Maman. " Kirana bang" jawab gadis itu. " Berapa usia mu?" tanya Ega lagi. " 19 tahun bang" Ega menatap ke arah Kirana. Terlihat dia masih terisak. " Kenapa kamu bisa di bawa sama orang ini, coba jelaskan ke aku" tanya Ega. " Aku mencari kerja bang di sss, pas aku hubungi nomor ini aku di suruh nunggu disini, di warung bakso di depan rumah ini. Aku makan bakso dan minum disini. Setelah itu aku gak sadar. Sadar sadar aku sudah di sekap di sini" Ega menarik nafas. " Sudah berapa lama kamu di sekap?" " Lima hari bang" jawab nya. " Kamu anak kampung sini?" tanya Ega lagi. " Bukan bang, aku anak kampung sebrang, tapi masih satu kecamatan sama kampung ini" " Kamu pasti lapar kan?" tanya Ega. Dia mengagguk. Tunggu sebentar tadi aku lihat ada roti di lemari kamar ini. Kamu awasi dia kalau dia bangun, tebas aja titit nya" ujar Ega sambil menyerahkan golok ke Kirana lalu beranjak menuju kamar depan. Dan ketika Ega sedang mengambil roti, dia mendengar teriakan dari arah dapur. Dengan sigap dia berlari menuju dapur. Terlihat mang Maman meringis kesakitan dan di depan nya berdiri Kirana dengan golok yang bersimbah darah. Ega melihat tangan dan kaki mang Maman masih terikat, tapi di celananya terlihat darah berceceran. Di tangan kiri Kirana terlihat ada potongan daging. Ega terkejut. Mang Maman menangis menahan sakit. "Kamu potong anu nya dia?" tanya Ega. Kirana mengagguk. Sorot matanya tajam penuh dendam. " Emang dia tadi melawan?" tanya Ega lagi. Kirana menggeleng. " Laki laki b***t ini pantas mendapatkan nya" ujarnya. Kemudian Ega melempar potongan daging itu ke mang Maman lalu memeluk Kirana lembut. Kirana menangis di pelukan Ega. Ketika subuh dusun itu mendadak ramai. Ada terlihat mobil ambulance dan mobil polisi. Kirana terlihat di infus di mobil ambulance. Mang Maman juga tengah di berikan perawatan dengan tangan di borgol. Ega terlihat sedang di mintai keterangan oleh petugas kepolisian dan juga aparat desa serta petugas RT dusun itu. Ega terlihat sedang menunjukkan rekaman video nya ke petugas, dia juga menceritakan jika mang Maman masih memiliki komplotan yang harus di jebak agar segera tertangkap. Terlihat petugas kepolisian yang lain sedang memeriksa hp mang Maman. " Maaf mas Ega apa boleh hp nya kami bawa dulu sebagai barang bukti?" Ega menyerahkan hp nya ke petugas. " Ambil saja pak" jawab Ega. " Tapi mohon maaf, saya tidak bisa ikut ke kantor polisi. Jika bapak ingin mengambil keterangan dari saya, sekarang saja. Karena saya harus melanjutkan perjalanan saya lagi" tukas Ega sopan. Kemudian petugas kepolisian segera mengambil keterangan dari Ega secara detail dan terperinci. Apa yang dilakukan mang Maman adalah termasuk human trafficking atau jual beli manusia atau perdagangan orang telah melanggar pasal 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 21 Tahun 2007Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yang dimaksud dengan perdagangan orang adalah : 1. Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Bagi mereka yang melakukan perdagangan orang ini dapat dipidana berdasarkan Pasal 2 ayat (1) “Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah)”. Ega pun pamit kepada seluruh petugas dan juga Kirana. " Abang tinggal ya, kamu hati hati kalau mau cari kerja lagi" ucap Ega berpamitan. Kirana mengangguk dan tersenyum. " Terimakasih ya bang Ega" sahut nya sambil masih berbaring. Dan Ega pun pergi meninggalkan kerumunan itu. Selang setahun berlalu, seperti biasa Ega yang selalu berkelana melewati sebuah dusun di dekat sungai besar. Kala itu hampir senja. Dan tiba tiba ada suara perempuan memanggilnya. " Bang Ega" langkah Ega terhenti. dari arah kanan, tepatnya di depan sebuah rumah panggung, terlihat berlari gadis mungil dengan kulit putih berwajah cantik ke arah Ega. " Eh, Kirana ya?" (giliran gadis cantik aja, jagoan kita langsung inget ya.hahahaha). Kirana langsung memeluk Ega erat. Dari depan rumah terlihat seorang bapak bapak bertubuh kurus tapi kekar dengan kumis tebal dan memakai sarung sedang melihat kami berpelukan. " Kirana, siapa itu? ajak kesini nak" ujar si bapak. Dan Ega pun di tarik tangan nya oleh Kirana menuju ke rumah panggung itu menemui si bapak yang ternyata adalah bapak nya Kirana. " Ini bang Ega pak, yang nolong Ana waktu itu" jawab kirana. Spontan si bapak memeluk Ega erat sambil menangis. " Terima kasih nak Ega, bapak terima kasih banyak sama kamu. Bapak gak tau apa yang akan terjadi jika tidak ada nak Ega waktu itu" Ega memeluk si bapak erat lalu mengelus punggung nya. " Iya pak, sama sama, yang penting Kirana selamat dan pelaku nya sudah di tangkap" si bapak melepaskan pelukan perlahan. " Ana buatin bang Ega minum neng" ujar si bapak. Ana pun segera bergegas menuju rumah. Ega dan bapak terlihat akrab berbincang bincang. " Kirana sudah menikah pak?" tanya Ega kemudian. " Belum nak. kalau bapak suruh katanya mau nunggu bang Ega aja, ya sudah bapak diam saja. Yang kesini mah banyak mau melamar. tapi dia nya gak mau" Ega tersenyum. Tak lama hidangan singkong goreng serta kopi hitam sudah tersedia di meja teras depan rumah dimana mereka duduk. " Nyaman sekali ya pak disini. Udaranya sejuk, pemandangan nya bagus" " Yah namanya juga di kampung lah nak. yah seperti ini saja" jawab si bapak. Kirana duduk tepat di sebelah Ega. Tatapan nya tak lepas dari wajah Ega sambil terus tersenyum. " Tah (tuh) katanya mau nikah tapi nunggu bang Ega. Ini ada orang nya. Hayu gera (ayo segera) nikah lah mumpung bapak hirup keneh (masih hidup)" ujar si bapak ke Kirana. Kirana tersipu. Ega tersenyum sambil menatap ke arah Kirana. " Kamu beneran cuma mau nikah sama abang?" tanya Ega. Kirana mengangguk mengiyakan dengan semangat. " Tapi abang kan seorang pengembara, apa kamu gak keberatan abang bakal sering tinggalin?" Kirana menggeleng. " Sudah nak Ega gak usah pergi pergi, disini aja bantuin bapak. Tuh kebon bapak, yang ini juga, sapi eta loba di tukang (itu banyak di belakang) siapa yang mau urus bapak udah tua, Kirana gak punya adik gak punya kakak, mamah nya udah gak ada" ujar si bapak. " Tapi saya sebatang kara pak. Saya gak punya siapa siapa. bahkan kampung pun saya gak ada" ujar Ega sambil tersenyum ramah. " Ah nya te nanaon (ah ya tidak masalah) yang penting Kirana bahagia sama laki laki pilihan nya. Apalagi nak Ega sudah berjasa pisan (sekali) sama Kirana. Bapak mah gak masalah. Soal harta mah bisa di cari. Kebahagiaan itu yang sulit di temukan" ujar si bapak bijaksana. " Ya sudah pak kalau begitu, saya lamar Kirana dan saya akan nikahi dia. tapi saya harus berkelana dulu setahun ke depan" ujar Ega. Kemudian dia mengambil sesuatu dari dalam tas nya. " Cincin ini, adalah satu satu nya benda berharga yang saya punya. Cincin ini adalah milik ibu saya, katanya. Karena saya tidak pernah melihat wajah ibu saya. Cincin ini saya terima dari orang yang sudah merawat saya sejak kecil. Dan beliau berkata seperti itu sebelum meninggal. Dan hari ini, saya pakaikan cincin ini ke jari Kirana. Jika ada jodoh, tahun depan saya, Kirana dan cincin ini bisa bersatu lagi disini, maka saya akan memutuskan pengembaraan saya dan berlabuh disini bersama Kirana dalam ikatan suci pernikahan" terang Ega panjang. Lalu dia memakaikan cincin itu ke jari manis sebelah kanan Kirana. Si Bapak mata nya berkaca kaca melihat Kirana senang nya bukan main. Senja kala itu, menjadi saksi bisu akan berlabuhnya hati dari jagoan kita, Ega. Kalian tidak usah kuatir, karena masih ada setahun perjalanan Ega dimana pasti akan banyak cerita seru dan penuh pesan moral. Kisah asmara Ega dan Kirana akan kita buat di lain cerita. Tetap semangat, jaga kesehatan, sampai bertemu di episode selanjutnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN