Kami bertiga duduk berhadapan. Mas Bagas duduk di sampingku serta Kinan duduk di hadapanku dan Mas Bagas. Sesekali Kinan mendecih dan menghela nafas kasar sambil sesekali melihatku dengan tatapan tajam dan mengejek. "Perebut. Muka tembok. Gapunya malu. Mana yang lebih cocok buat lo ya, Flo?” Kinan menyilakan kedua tangannya di d**a. Baiklah, aku ikhlas kau sebut apapun kali ini. Aku ikhlas Kinan. "Kinan tolong jaga ucapan kamu!" Tukas Mas Bagas. "Apa yang sebenernya ada dalam pikiran kalian? Oh jangan jangan sewaktu aku ngurus pernikahanku sama Mas Bagas, kalian udah main api di belakang aku? Gitu?" Bentak Kinan dengan emosi yang meluap. Sungguh, aku benar-benar tak mampu melawan bahkan menjawab setiap perkataan yang keluar dari mulut Kinan. Bahkan aku sangat tak pantas melakuk