Aku mematung mendengar desisan tajam Mas Bagas. "Itu temen lama aku Mas." Jawabku pelan. Mas Bagas memutar bola matanya dan melonggarkan dasinya seraya berjalan menuju pantry dan menuangkan segelas air putih. Ia meminumnya cepat. Aku menghampirinya takut-takut. Tersirat wajah kesal dan marah dari wajah Mas Bagas. Apa ia marah karena tadi Acil mengantarku? “Mas bukannya mau lembur? Kok jam segini udah pulang?” “Lemburnya batal.” Mas Bagas menjawab dengan nada datar. Aku menggigit bibir bawahku. Tak pernah aku melihat Mas Bagas sejutek ini. "Mas...mau aku siapin air hangat?" Tanyaku. Mas Bagas menghela nafas panjang dan melemparkan dasinya asal. "Ngga usah. Aku mau mandi pake air dingin aja.” Mas Bagas meninggalkanku sendirian di pantry. Ia melangkah gusar menuju