Warning Trigger : Kamu harus berusia sangat dewasa bila ingin membuka bab ini.
Mister Kevin sudah dua hari pulang tengah malam, untuk mempersiapkan operasi jantung salah satu pasiennya yang merupakan putri dari orang terkaya di Taiwan yang mengalami kelainan jantung bawaan dan keadaannya memburuk akhir-akhir ini. itu informasi yang aku dengar saat menemani docter Evie di kamarnya, menjelang dia tidur.
Docter Evie berkata, pasti Mister Kevin sangat stress karena biasanya operasi-operasi rumit seperti ini, perlu waktu berhari-hari untuk persiapannya bersama seluruh team dokter terkait dan perlu berdiri puluhan jam saat operasi dilaksanakan. Memang berat jadi dokter specialis jantung, yang merupakan organ tubuh paling utama karena kalau jantung berhenti berdetak,semua organ tubuh juga akan berhenti bekerja.
Aku hanya mengangguk-anggukkan kepalaku.
“ Jadi kalau nanti Mister Kevin pulang, tolong segera laksanakan tugasmu.” Kata Dokter Evie.
Aku mengangguk lagi. Aku memang sudah bertekad untuk melakukan perintah doctor Evie, agar perutku tidak lagi berputar seperti roller coaster, membayangkan apa yang harus aku lakukan untuk menggoda Mister Kevin, selalu membuatku mual. Jadi sekarang aku memutuskan , kalau aku harus segera melakukannya agar penderitaanku berkurang, karena aku tidak punya pilihan lain, selain melakukan permintaan dokter Evie. Setelah aku lakukan pasti semua keinginanku akan terwujud dan rasa mualku juga akan segera berakhir. Bila timbul masalah baru dari keputusanku itu, nanti saja baru aku pikirkan. Tidak ada yang bisa kita prediksi dalam hidup ini. Seperti diriku ini, siapa yang bisa memprediksi, aku yang dulunya putri dan istri dari pemilik pabrik obat, sekarang harus bekerja sebagai TKI. Akan kujalani saja, tekadku dalam hati, sambil membalikkan buku karya dokter Evie yang lagi ku tranlslate.
Sekarang aku lagi di perpustakaan, karena dokter Evie sudah tertidur. Tidak seperti hari lainnya, hari ini tremor parahnya sangat sering terjadi. Aku sangat kasihan padanya, tapi untungnya dia sangat tegar. Memang dia itu tipe wanita kuat. Wanita yang bisa memimpin ratusan dokter di rumah sakitnya dan wanita yang tidak terpuruk meskipun ada penyakit berat yang menggerogoti tubuhnya. Aku salut pada Dokter Evie.
Pintu ruang perpusatakaan ini terbuka, tampak dokter Kevin yang masuk sambil memandangku yang duduk di meja besar sedang mentranslate buku docter Evie.
“Kamu masih translate, Kenapa nggak tidur? Uda malam.” Katanya sambil berjalan menuju rak bukunya.
“ Tinggal sedikit Sir, sebentar lagi aku akan tidur. Aku harus mencapai targetku yaitu harus selesai 10 lembar setiap harinya. Buku ini ada 120 lembar, sehingga 12 hari kedepan sudah bisa kuselesaikan dan 3 hari untuk baca ulang sebagai bagian proses editing kalau ada kata-kata yang salah.” Kataku menjelaskan sambil tersenyum dengan senyum terbaikku. This is the time. My first move untuk menggodanya. Apakah berhasil? Sepertinya tidak. Melirikpun tidak dia lakukan. Matanya sibuk membaca buku tebal di tangannya, dia membaca sambil berdiri menyandar di rak buku tinggi itu.
Aduh gimana caranya lagi ya? Aku memutar otakku. Masak aku harus nari striptease untuk mengodanya. Aku tidak sanggup melakukan hal itu. Tadi aku sudah berbicara tentang targetku, biar dia tahu kalau aku ini becus bekerja dan menunjukkan padanya kalau aku ini pintar. Tapi dia juga tidak bergeming. Apakah dia memang sudah tidak berminat lagi pada wanita? Tanyaku dalam diam, sambil tetap memikirkan cara terbaik untuk menarik perhatiannya.
Dan Tuhan sepertinya membantuku, tiba- tiba terdengar suara mister Kevin.
“ Kamu bisa membantuku? Aku perlu simulasi sayatan yang harus aku lakukan di pasienku besok untuk open heart surgery. Aku susah mengukur bagian yang akurat, karena si pasien sudah pernah menjalani operasi pembesaran payu.dara.”
“ Baik, Sir.” Kataku .
“ Okay, duduklah di sini dan jangan bergerak. Anggap kamu lagi dibius. ”Katanya menunjuk reclining seat yang terletak di samping rak bukunya.
Akupun berbaring di kursi itu. Diam menatapnya. Ukuran dadaku, memang cukup besar, mungkin dia melihat hampir sama dengan pasiennya yang telah menjalani operasi pembesaran p******a, makanya dia memintaku agar dia bisa simulasi menyayat pada tempat yang tepat.
Aku berbaring sambil menatap mata beningnya yang terlindung kacamata baca. Dia tidak membalas tatapanku, malah sibuk dengan penggaris yang dia buat untuk mengukur diameter antara satu payu.dara dengan payu.dara lainnya lalu terdengar suaranya.
“ Maaf, aku akan memegang belahan dadamu ya, untuk mengetahui pusat tulangnya. Sebentar saja.” Katanya tanpa memandangku, tapi konsentrasi dengan jari telunjuknya yang menusuk di tengah-tengah dadaku. Lalu tangan satunya seperti memegang pisau operasi dan dia mulai simulasi menyayat. “ Begitu ternyata dokter handal seperti mister Kevin bekerja, dia perlu simulasi, agar besok operasinya bisa berjalan lancar. Practise makes you an expert . Itu kata-kata bijak yang selalu didengungkan para ahli. Tanpa latihan, betapapun pintarnya kamu , pasti akan sia-sia.
Wajahnya sudah sangat dekat dengan wajahku. Tapi dia memejamkan matanya dan aku hanya memandangnya. Tidak berani bergerak seperti perintahnya. Tiba-tiba matanya terbuka dan kami saling menatap.
Aku menjilat bibirku dan bertekad, inilah saatnya. Kalau tidak kulakukan, aku tidak akan berani lagi. Dia sudah sedekat ini denganku. Aku menutup mataku kembali dan langsung melumat bibir Mister Kevin. Hatiku berdebar keras bagai kuda yg dipacu. Mister Kevin terpaku tanpa gerakan, terkejut dengan ciumanku. Tapi tak ditolaknya.
Aku kembali melumat bibirnya lembut, lalu lidahku mendesak ke dalam dan hal itu membuat pertahanannya runtuh, dia membalas ciumanku dengan kasar dan penuh birahi. Tangannya yang tadi seperti memegang pisau operasi langsung dia jatuhkan ke payudaraku dan meremasnya lembut. Lalu kami berciuman panas dan kasar. Tubuhnya kini telah berpindah menindihku dan aku merasakan sesuatu yang keras mendesak perutku.
Dokter Evie, suamimu baik-baik saja.
Apakah harus kulanjutkan lagi? Tapi mister Kevin tampaknya tidak bisa lagi menahan diri. Semua keinginan bercintanya selama beberapa bulan seperti meledak keluar. Tanpa banyak tanya, dia langsung menggendongku memasuki kamar ku dan meniduriku di tempat tidur tapi dia masih sempat bertanya.
“ Bolehkah aku? ”
Aku menganggukkan kepalaku dan kami menurunkan celana bersamaan. Tubuh kamipun menyatu. Aku yang sudah beberapa bulan tidak menikmati sesuatu yang memasuki tubuhku, menjerit tertahan.
Mister Kevin berhenti mendesakku dan aku langsung merangkulnya agar dia bisa mendesak lebih dalam dan kali ini desakannya berhasil menembus relung-relung terdalamku dan kami mendesah bersamaan. Mister Kevin mulai menggoyangkan tubuhnya, maju mundur dengan lembut dan sebelum aku bisa melakukan apa-apa, dia sudah menjerit selesai dan tertelungkup di badanku.
What? Sudah selesaikah dia? Apakah hanya dua kali goyangan saja, dia sudah mengeluarkannya. Bukankah ini ejakulasi dini? Tidak pernah aku bercinta secepat ini. Si Garry , mantan suamiku adalah pecinta ulung dan dia selalu berusaha membuatku mencapai kepuasaan dulu, sebelum dia mencapainya atau paling tidak, kami akan mencapai kenikmatan duniawi itu bersama.
Mister Kevin tampak membuka matanya dan aku langsung melepaskan diri dan menjauh darinya. Dia tidur di sampingku, tetap diam tapi seperti berpikir, lalu dia berkata pelan.
“ Maafkan aku. Aku lupa diri . Maafkan aku.” Katanya.
“ Jangan minta maaf, Sir, Aku yang mencium anda duluan. Anda lelaki sehat, pasti anda akan tergoda.”
“ Kenapa kamu berani menciumku? Kamu bukan tipe perempuan penggoda . Apa yang telah kamu sepakati dengan Evie?” Tanyanya langsung.
Aku terkejut sampai melongo. Ternyata dia tahu kesepakatanku dengan istrinya.
“ Kamu pikir aku bodoh. Evie selalu menyuruhku datang ke perpustakaan untuk membantumu. Pasti dia yang merencanakan semua ini.” Katanya sambil tertunduk tak berani memandang diriku yang juga menunduk.
“ Apa yang dia janjikan kepadamu?” Tanyanya.
“ Aku akan diajari semua ilmu akupuntur dan akan dibiayai untuk ikut ujian sertifikasi.” Kataku sambil menunduk.
“ Hanya itu, tanpa ancaman dan lain-lain? “ Tanyanya padaku, sepertinya dia sangat mengenal istrinya.
“ Kalau aku tidak mau, aku akan dikembalikan ke agentku karena aku sudah menandatangani surat kesepakatan kerja tentang harus melakukan semua hal yang tidak bisa dokter Evie lakukan termasuk bercinta dengan suaminya. ” Kataku dengan suara yang sangat pelan.
“ Jadi kamu takut dipecat, makanya bersedia merendahkan diri dan melakukan hubungan intim ini bersamaku?
" Tanyanya sambil memicingkan mata, ada nada merendahkan di suaranya dan hatiku bergejolak menahan amarah.
“ Aku ingin merubah nasibku. Aku tidak ingin selamanya menjadi TKI. Satu-satunya majikan yang bisa membantuku merubah hidupku adalah dokter Evie dengan mengajariku akupuntur dan memberiku kesempatan untuk ikut ujian sertifikasi, bahkan aku disuruh translate bukunya dan namaku juga akan disematkan di bawah buku itu. Bagiku itu harga yang harus aku bayar, agar aku bisa merubah jalan hidupku kedepannya. Aku juga ingin menolong kalian berdua. Toh aku bukan remaja lagi. Bagiku ini adalah kebutuhan juga, meskipun tadi aku belum merasakan apa-apa .” Kataku sambil mengambil tissue basah yang terletak di samping tempat tidurku.
Tanpa kata, aku melap milik Mister Kevin yang tadi dicelupkannya di vaginaku dengan tissue tersebut sampai bersih dan wangi. Sekarang saatnya aku memenuhi kebutuhanku. Jadi aku melakukan ini semua tidak semata-mata untuk merubah hidupku tapi kata-katamu tadi dengan nada merendahkan membuatku bertekad, akan melakukan hal ini bukan hanya demi dirimu tapi untuk diriku juga . Melengkapi hormone kewanitaanku yang kini telah bergejolak. Aku ingin membuat kita setara dan kita melakukanya karena kita sama -sama dewasa.
Miliknya yang telah terkulai layu, langsung ku lahap memenuhi mulutku, dia tampak terkejut tapi segera mendesah dan tangannya langsung menekan kepalaku lebih dalam, tanda dia ingin menikmati sensasi ini lebih lama lagi. Sensasi yang aku tahu, tidak bisa ditolak pria manapun. Itu kata-kata Garry yang selalu ku ingat. Garry telah melatihku dengan mahir. Kegiatan blow job ini, sudah puluhan tahun aku lakukan sejak aku pacaran. Aku master of blow job kata Garry dulu dan sepertinya memang iya. Mister Kevin tampak sangat menikmati setiap isapan mulutku yang tak berhenti. Ketika tubuhnya menegang, aku segera melepaskan mulutku dari miliknya dan dia menatapku dengan tatapan memohon. Aku tersenyum simpul padanya, dan mengangkat bokongku dan duduk diperutnya, menyatukan kembali tubuh kami, tapi kali ini aku adalah penguasanya. Aku memainkan irama demi irama, dentuman demi dentuman di perutnya. Dia tampak mendesah dan melengguh, aku tahu pelepasannya akan tiba, tapi aku belum, Mister. Kamu tidak boleh tiba dulu, kamu harus bisa menahannya. Aku melepaskan diri kembali dan dia kembali menatapku dengan sinar mata penuh permohonan. Aku kembali menggeleng dan dia berkata.
“ Please, Jen.”
Aku tersenyum mendengar kata-kata itu. Kata-kata pengharapan dan penuh permohonan yang membuat kami setara.
Aku kembali menyatukan tubuh kami. Membelai seluruh tubuhku sendiri dan bergerak perlahan dengan gerakan memutar . Kali ini hormonku baru terasa memuncak, naik perlahan-lahan dari perutku menuju dadaku. Aku melakukan semua itu tanpa memandang wajah mister Kevin, aku ingat janjiku untuk tidak jatuh cinta padanya. Aku melakukan gerakan sambil membelai-belai pucuk payudaraku, menikmati semuanya hanya untuk kebutuhanku sendiri, tanpa rasa dan tanpa cinta hanya memanfaatkan batang miliknya yang kini tergengam erat dalam milikku . Aku melakukannya sekarang bukan lagi untuk dirinya . Aku melakukannya untuk kepuasanku dan ketika aku merasakan gelitikan panjang di vaginaku, segera aku tuntaskan dengan bergerak cepat penuh irama. Naik turun, naik turun. Maju mundur, maju mundur. Dan Mister Kevin hanya sanggup mendesah. Oh.. Oh Oh dan menjerit panjang.
“ Evie.. I Love You”
Aku tidak peduli nama siapa yang dia jeritkan ketika pelepasanku dan pelepasannya tiba. Aku pantas mendapatkannya. Aku pantas mendapatkan kepuasanku sendiri dan untuk itu dokter Evie sudah mengijinkannya. Penuhi kebutuhanmu dan penuhi kebutuhan suamiku.
Aku segera bangkit dari perutnya, merapikan bajuku dan duduk kembali di ujung tempat tidur. Mister Kevin juga bangkit dan duduk disampingku.
“Kenapa kamu melakukannya?” Tanyanya sambil menaikkan celananya.
Aku diam, menyusun kata-kata terbaik untuk menjawabnya.
“Jen.. Mengapa kamu membuatku menggila dengan semua gerakanmu.” Katanya lagi, kali ini menatap wajahku lekat-lekat.
Aku menghela nafasku sebelum menjawab.
“ Karena nada bicara mister tadi seperti merendahkan diriku, seakan-akan aku bersedia melakukan semua perintah dokter Evie begitu saja, aku dianggap hanya wanita pemuas nafsumu. Setelah kita melakukannya yang kedua kali tadi, kita setara. Aku telah penuhi kebutuhanku, yang pertama tadi aku tidak merasakan apa-apa.” Kataku langsung dengan suara lirih namun tegas.
“ Maaf, sudah lama aku tidak melakukannya. Maaf kalau yang pertama kamu tidak merasakannya.”Katanya pelan, seperti kehilangan kepercayaan diri.
“ Nggak apa-apa. Kita saling memanfaatkan saja. Intinya aku ingin Mister tahu, aku melakukannya untuk merubah nasibku agar tiga tahun lagi , aku pulang dengan gelar baru, bukan lagi TKI tapi Certified Acupunturist. Ini harga yang harus aku bayar sebagai uang sekolahku. Dan aku ingin membantu dokter Evie agar tahu apakah anda baik-baik saja. Akan saya sampaikan dengan jujur padanya, kalau anda bukan medis tapi psikologis anda yang terganggu. Jadi dokter Evie tidak perlu khawatir.” Kataku bangkit dari tempat tidur dan menatapnya. Bermaksud mengusirnya keluar dari kamarku.
Dia tampak termenung sambil berpikir.
“ Kalau aku minta, melakukannya lagi bersamaku, maukah kamu?”
Aku melongo. What the Hell? Apa yang harus aku katakan kepada istrinya.
Dokter , suamimu ketagihan bercinta dengan ku?
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan berkata tegas.
“ Aku akan menolaknya . Tugasku dari dokter Evie hanya melakukannya sekali saja dengan anda. Kalau aku bersedia untuk melanjutinya, aku bisa dianggap w*************a suami orang dan anda pasti akan menatap rendah diriku untuk selama-lamanya. Maaf ini adalah yang pertama dan terakhir untuk kita. ” Kataku pelan sambil berjalan ke pintu dan membukanya lebar-lebar agar dia bisa segera keluar dari kamarku.
“ Kamu membuatku menggila.” Gumamnya sambil berjalan keluar tapi masih sempat tersenyum simpul padaku.
Senyuman dan perkataan yang aku tidak tahu apa artinya.