Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Biarpun duduk bersebelahan, tapi terasa Max sendirian. Lucu ketika dua orang yang sama-sama kulkas berada dalam satu mobil. Suasana senyap kayak kuburan. Kalau bagi Jingga keberadaan pria menyebalkan itu menambah ruwet pikirannya, maka sebaliknya buat Max. Ibarat ketiban bidadari jatuh dari khayalan. Bukan, maksudnya khayangan. Dicueki juga tak apa. Toh, dia sudah biasa. Yang penting bisa terus dekat dan menemani Jingga yang sekarang sedang jatuh bangun oleh kisruh percintaannya. Sekuat apapun dia untuk terlihat baik-baik saja, Max tahu Jingga sekarang sedang terpuruk di titik terendah hidupnya. Dipaksa pisah dan merelakan tunangannya menikah dengan wanita lain saja sudah pasti sakitnya luar biasa. Justru ditambah tontonan Gala begituan dengan Killa, is another level of pain. Bahkan, bis