Chapter. 7

1562 Kata
"Kamu..." Mata Marni membulat saat melihat siapa wanita yang saat ini berada di hadapannya. "Heh...ternyata si wanita mandul...!!" Ujar Marni menatap mencemooh ke arah Sandrina. "Jaga mulut Ibu ya..!" Peringat Dokter Syifa yang tak terima dengan ucapan Marni. "Emang kenyataan kan?? dan wajar jika kamu harus aku pisahkan dari Arlan..." Ujar Marni lagi menatap sinis ke arah Sandrina. Sandrina sama sekali tak membalas. Ia hanya bisa diam menatap ke arah Marni yang sedari tadi berceloteh menghina dirinya. Sedangkan Dokter Sandrina yang geram dengan ucapan Marni pun akhirnya tak tahan. Apalagi Ia baru tahu jika wanita paru baya dihadapannya saat ini adalah mantan mertua Sandrina. Maka ini kesempatan baginya untuk memberi pelajaran pada wanita bermulut racun ini. Dan lagi, perdebatan mereka saat ini menjadi tontonan gratis dari beberapa pengunjung. Ada yang sedang merekam dan ada juga yang saling berbisik. 'Ini kesempatan Bagus' Gumam Syifa menyeringai licik. "Oohhhh...jadi anda Nyonya Brahmanto??? Mantan Mertua adik saya..??" Ujar Syifa memulai aksinya. "Ya! Itu saya..kenapa?? kamu baru tahu siapa saya?? dan kamu pasti takut.. Tcih..." Ujar Marni begitu angkuh membanggakan statusnya saat ini. "Dengar ya Bu Brahmanto yang terhormat. Jangan mencampur adukkan masalah lain dengan masalah pribadi anda. Jelas-jelas m nanti kesayangan anda itu yang jalan seenaknya. Seharusnya dia yang minta maaf sama Sandrina bukan sebaliknya.." Ujar Syifa yang berusaha menekan emosinya. Ia juga harus menjaga Nama baik dan juga profesinya. Ia juga sebenarnya khawatir. Jika Kael tahu semu ini, maka kekasihnya itu tidak akan tinggal diam dan akan memberi pelajaran pada siapapun yang berusaha menyakitinya. "Heh...pantang bagi keluarga Brahmanto untuk meminta maaf pada orang-orang seperti kalian...!" Ujar Marni begitu lantang. Sandrina yang sedari tadi diam saja akhirnya angkat bicara. "Maaf...lebih baik Anda dan menantunya pergi dari sini. Apa Anda tak malu?? sebagai seorang wanita terhormat seharusnya Anda bisa memperlihatkan wibawa yang baik di hadapan publik..bukan menjadi seorang rendahan yang dengan begitu percaya dirinya menyombongkan diri. Apa anda tak takut jika hal ini berdampak pada perusahaan anda??? setahu saya Anda begitu menjujung tinggi nama besar Perusahaan dan keluarga anda. Dan Anda tak ingin kan nama keluarga besar anda tercemar sebab kelakuan minus anda. Apalagi anak kesayangan anda itu tahu hal ini, pasti Ia akan marah besar karena anda membuat masalah dan akan berpengaruh pada perusahaan." Sandrina sengaja mengaitkan semuanya dengan perusahaan. Sebab Sandrina tahu betul kelemahan Marni. Jika perusahaan mengalami penurunan karena ulahnya, maka Mantan mertua dan Mantan suaminya itu akan memblokir kartu limit miliknya. "Berani sekali kau mengancam ku...Kau ..." Ucap Marni dengan lantang sebab emosinya memuncak mendengar ucapan Sandrina. "Bu...sudah...nanti ketahuan Mas Arlan..!" Bisik Nikita menyela ucapan Mertuanya dan menariknya hingga menjauh dari Sandrina dan Dokter Syifa. "Tapi Niki...Ibu tak terima dengan ucapan wanita mandul itu..." Ujarnya yang masih merasa kesal. "Sudahlah Bu....malu... orang-orang Pada ngelihatin kita...! bagaimana kalau mereka menyebarkan vidio kita yang sedang bertengkar???..ayo Bu..!!" Nikita terus menarik sang Mertua yang akhirnya menjauh dari kerumunan orang-orang yang sedari tadi menyaksikan perdebatan mereka. "Haaahhhhhh...." Sandrina menghela nafasnya. Seakan Ia baru saja lepas dari kejaran musuh. "Kamu baik-baik saja kan Dek?" Tanya Dokter Syifa memastikan keadaan Sandrina yang hampir saja terjatuh. "Aku baik-baik saja Mbak..." Ujarnya lalu tersenyum penuh arti ke arah Syifa. "Kenapa sih senyum-senyum gitu.. hmmmm??" Tanya Syifa yang nampak curiga dengan senyuman Sandrina. "Mbak keren banget...!! pantes aja Pak Kael jatuh cinta sama Syifa..habis galaknya itu loh...waaahhh..!" Ujar Sandrina menggoda Syifa. "Iihhh...apa hubungannya?? yang ada itu kamu yang hebat. Akhirnya kamu bisa bertindak tegas pada nenek lampir itu. Iiihhh gemes banget deh...pengen ngulek mulutnya yang luwes itu..." Kesal Syifa membuat Sandrina terkekeh. "Hahahaha ..Mbak...lebih baik Mbak simpan tenaganya untuk pasien di rumah sakit, daripada meladeni si nenek lampir...ngga ada faedahnya. Yang ada malah darah tinggi" Keduanya pun tertawa lucu mengingat bagaimana mereka bisa berdebat dengan Marni. ________ "Apa???" Arlan begitu terkejut saat mendengar laporan bodyguardnya tentang masalah yang baru saja Ibu dan istrinya lakukan. Hal yang paling membuat Arlan semakin terkejut, keduanya membuat masalah dengan Sandrina. Wanita yang tiga Minggu ini Ia cari keberadaannya. "Ya sudah...bereskan Vidionya. jangan sampai tersebar ke publik. Dan satu lagi ..cari tahu dimana mantan istriku tinggal saat ini." Titahnya pada sang bodyguard. Ia kemudian menutup telpon secara sepihak kalau menghempaskan bobot tubuhnya di kursi kebesaran miliknya "Sayang... akhirnya aku bisa menemukanmu...tunggu aku Sandrina...aku janji akan menjemputmu kembali. Dan saat itu tiba ku harap kau mau memaafkan ku." Gumamnya. Di Rumah Sakit. Braak Raphael begitu terkejut saat Kael tiba-tiba masuk dengan wajah khawatir. "El...kau sudah melihat video hari ini???" Tanya Kael masih dengan nafas ngos-ngosan. "Hmmmmm" "Hanya itu???" Tanya Kael yang kesal sebab Raphael begitu santai menanggapi masalah kali ini. "Kael... tenanglah..! selama orang-orang itu tak menyakiti Sandrina, maka kita biarkan saja dulu...!" "Tapi El...!" "Aku paham maksudmu Kael....tapi selama Syifa ada di samping Sandrina, maka aku tidak akan khawatir." "Apa kau lupa siapa Aku???" Tatapan Raphael berubah dingin saat menatap Ke arah Kael yang sepertinya meragukan kemampuan dirinya. "Haaahhhhhh....aku hanya khawatir pada mereka berdua...! Aku tahu Syifa jago bela diri...dan bisa melindungi Sandrina dari dua wanita ular itu. Tapi Sandrina??? apalagi saat ini Ia sedang hamil El...! Aku tak Syifa sedih jika terjadi sesuatu pada Sandrina..." Ujar Kael dengan kekhawatirannya. "Tenanglah....aku sudah menyiapkan beberapa bodyguard bayangan untuk mereka jika berada di luar...jadi tolong Kael...berhentilah berdrama di depanku...wajahmu membuatku ingin muntah.!" Ujar Raphael yang terlihat tenang. "Kau....! Dasar sepupu kurang ajar kamu ya El....! akan aku laporkan semua jni sama Baba Abraham....Biar kamu kena hukum sekalian...Ckck..." Gerutu Kael pada Raphael. "Ya sudah....aku ketempat Syifa dulu...jika berniat ikut maka ayo..!!" Ujar Kael tanpa menunggu jawaban dari Raphael. Tanpa menjawab, Raphael pun bergegas meninggalkan pekerjaannya dan ikut bersama Kael ke tempat Syifa. Dan tentu saja tujuannya adalah Sandrina. Ia ingin memastikan jika wanita itu baik-baik saja. Jarak antara rumah sakit dan apartemen yang tak berjauhan memudahkan keduanya sampai lebih cepat. Ting....Tong.... Ceklek "Assalamualaikum. Lho...Mas.." Ujar Syifa melihat kedatangan Kael. Dan yang paling membuatnya terkejut adalah kehadiran Raphael. "Ohhh Pak El..." Ujar Syifa kikuk. "Ayo masuk...." Saat memasuki ruangan, mengedarkan pandangannya, Raphael sama sekali tak melihat keberadaan Sandrina. Hal itu ternyata tak luput dari pandangan Dokter Syifa dan Kael. "Kau mencari Sandrina, El???" Tanya Kael. Mendengar pertanyaan Kael, Raphael pun menoleh dan tersenyum. Syifa yang mengerti arti dari senyuman itu pun berkata. "Sandrina sedang istirahat. Ia sedikit lelah... sepertinya Ia mulai merasakan ngidam...!" Jelas Syifa Membuat keduanya mengangguk. Namun, baru saja mereka hendak duduk untuk menikmati minuman, tiba-tiba Sandrina keluar kamar dan melangkah ke arah dapur. Ia sama sekali tak menyadari kedatangan Kael dan Raphael yang terbelalak menatap dirinya yang hanya mengenakan baju tidur tipis. Syifa reflek menutup mata Kael, sebab Ia tak ingin tunangannya itu melihat keindahan ciptaan Tuhan yang begitu indah seperti Sandrina. Dengan langkah lebar tanpa sadar Raphael berlari ke arah Sandrina, membuka jas miliknya kemudian menutup tubuh bagian atas wanita cantik itu dan tanpa sadar merengkuhnya ke dalam pelukannya. Degh Jantung keduanya berdetak begitu cepat seiring tubuh keduanya bertemu. "Sia.... "Kenapa keluar menggunakan pakaian seperti Ini??" Tanya Raphael menyela ucapan Sandrina. Mata Sandrina semakin terbelalak saat suara seorang pria yang berbisik tepat di telinganya. Menurunkan pandangan ke arah tubuhnya. Ternyata saat ini dirinya hanya mengenakan baju tidur tipis. Namun yang membuat matanya semakin terbelalak adalah pria yang saat ini berada tepat dibelakangnya. Namun, anehnya harum tubuh Raphael entah mengapa begitu menyenangkan indera penciumannya. Hingga rasa mual yang baru saja Ia rasakan menguar begitu saja. "Nak...jangan membuat Ummi malu....apalagi laki-laki ini bukan ayah kalian...Kalian sungguh nakal ya....!!" Gumam Sandrina seakan Ia sedang berbincang dengan kedua Bayinya. Entahlah...Ia benar-benar nyaman saat ini. Namun suara bariton Raphael menyadarkan dirinya. "Apa senyaman ini berada di dekapanku??" 'Ya...sangat nyaman dan rasa mualku hilang...' Gumam Sandrina di dalam hati 'Sandrina...apa yang kau pikirkan..' Ujarnya merutuki dirinya yang masih betah di pelukan Raphael. "Mmmm...ma- ma- af...aku...aku..." Sandrina akhirnya salah tingkah. Ia benar-benar malu saat ini. "Hmmmm...lain kali gunakanlah blazer untuk menutupi tubuhmu...aku tak suka ada mata lain menatap ke arahmu...kau paham!!" Bagai kerbau dicongok hidungnya Sandrina pun hanya bisa mengangguk. "Ehemmmm... ingat dunia bukan hanya milik kalian berdua ya..." Ujar Kael menggoda dua insan yang sedari tadi asyik berbincang dan tak menganggap keberadaan dirinya dan Syifa. "Masuklah.." Pinta Raphael dan diangguki oleh Sandrina. Setelah memastikan Sandrina kbali memasuki kamar Raphael kemudian kbali duduk dan bergabung bersama dua sejoli yang sedari tadi menatap penuh selidik padanya. "Dokter Syifa....aku punya tugas baru untukmu..." Ujar Raphael pada Syifa namun wanita cantik itu belum juga merespon. "Dokter Syifa...." "Syifa sayang ..." Ucap Kael dan Raphael bersamaan membuat wanita yang disebut namanya itupun tersadar. "Ohhh ....iya ..ada...apa? kenapa Mas...?" Syifa terlihat gelagapan sebab rasa syok melihat Sandrina dipeluk begitu mesra oleh bosnya itu belum juga hilang. "Dokter Syifa..." "Ya Pak El..." "Aku ingin kau melaporkan kepadaku apa saja yang Sandrina inginkan....seperti yang kau katakan sebelumnya bahwa Ia mulai merasakan ngidam. Jadi tolong...jika Ia butuh sesuatu hubungi aku langsung...Oke!!!" Mata Syifa mengerjap lucu, membuat Kael semakin gemas. Jika saja tak ada Raphael saat ini, wanita kesayangan itu akan Ia cium sepuasnya. "Sayang...kok bengong???" Tanya Kael mencoba menarik kesadaran Syifa. "Ma..ma..ma-af Pak...saya...saya..." Syifa benar-benar kehabisan kata-kata. Apa lagi ini? Apa sang bos menyukai Sandrina?? Tapi...Akkkhhhh...Syifa semakin frustasi. "Aku tak akan mengulang apa yang sudah aku katakan...kau bisa menanyakannya pada Kael nantinya ..Aku keluar dulu...ada yang harus aku lakukan.." Tanpa menunggu jawaban dari Syifa dan Kael, Raphael pun meninggalkan apartemen dengan senyum mengembang menghiasi bibirnya. "Hahhhhh....dasar Bucin...!" Umpat Kael namun masih terdengar oleh Syifa. "Maksud Mas...Pak El menyukai Sandrina???" Tanya Syifa yang tak percaya. Kael pun mengangguk hingga membuat Syifa bersorak. "Alhamdulillah.....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN