Chapter. 8

1113 Kata
"Assalamualaikum..Ummi..." Ucap salam Raphael pada Ummi Fatimah. Kali ini Ia akan menyampaikan keinginan pada sang Ummi. "Wa'alaikum salam...El....! Waaahhhh baru saja dua hari di Indonesia, anak Ummi ini sepertinya sudah rindu..hmmm? "El akan selalu merindukan Baba, Yasmine dan yang paling utama Ummi..." "Ishhh...udah pinter gombal Ummi ya...??" "El serius Ummi..." "Hehehe....iya..Ummi percaya...! Sekarang katakan pada Ummi...apa wanita itu sudah resmi bercerai dengan suaminya??" Degh Raphael tentu saja terkejut dengan pertanyaan Ummi Fatimah. Dirinya baru saja ingin menyampaikan semua ini pada Umminya, tapi kok ?? Ahhhh Raphael lupa siapa Babanya. "Kenapa diam....apa ada sesuatu???" "Ummi... namanya Sandrina. Dia baru bercerai seminggu ini. Saat ini Sandrina hamil Ummi. Dan keluarga itu begitu tega membuangnya hanya karena Sandrina belum bisa memberikan keturunan pada mereka." "Hahhhh...kasihan sekali dia El...Dia pasti sangat terpukul...Ummi sudah diberitahu oleh orang k percayaan Baba. Maaf sudah mendahului dirimu Nak...!" "Tak masalah Ummi...El tahu, Baba dan Ummi melakukan semua ini untuk kebaikan ku.." "Kau benar Sayang....tapi...kabar baiknya..Ummi dan Baba merestui mu El...Kejar Dia...Dampingi Dia nak...setelah Kau merasa yakin jika dirinya bisa menerima keberadaan mu, Ummi dan Baba akan datang ke Indonesia untuk melancarkan Sandrina Untukmu nak...Baba sudah mencari tahu asal usul Sandrina sejak Ia tahu wanita itu mulai mencuri perhatianmu. Dan Kau tahu...Sandrina adalah anak dari sahabat Baba yang sudah sejak lama tak pernah bertemu..." "Apa??? jadi Sandrina memiliki keluarga di Turki Ummi??" Tanya Raphael yang begitu terkejut mendapatkan info dari Umminya. "Iya sayang...namun sebab masalah internal..Sandrina dan Ayahnya di usir dari keluarga besar Ibunya...Entahlah..tapi Baba meminta kau harus selalu menjaganya El...itu pesan Baba. Sebab Baba banyak hutang Budi pada Ayahnya dulu..." "Semoga Tuhan menghendaki Ummi...El akan selalu ingat pesan Ummi dan Baba." "Ya sudah...jaga calon menantu dan cucu Ummi..." Raphael sangat bahagia, sebab Ummi dan Baba nya merestui dirinya untuk mendekati Sandrina. "Aku akan meyakinkan mu Sandrina...dan aku janji akan membuatmu bahagia. ____________ "Bu... tolong...tahan emosi Ibu jika sedang berada di hadapan Umum..!" Peringat Wijaya pada sang istri. Dirinya baru saja mendapat laporan dari orang kepercayaannya. Jika Marni dan juga Nikita baru saja membuat keributan disalah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota B. "Udah lah Yah...lagian ini hanya masalah sepele...ngga usah dibesarkan...!" Jawab Marni yang hanya menganggap sepele masalah yang saat ini dirinya dan sang menantu lakukan. "Sepele katamu??? Ibu tahu...jika saja Arlan tak segera menekan media, maka video ibu yang membentak Sandrina akan tersebar...Media akan tahu jika Sandrina telah bercerai dengan Arlan, memiliki istri baru yang ternyata sedang mengandung. Publik akan berfikir jika Arlan begitu kejam pada Sandrina. Mereka akan mencap Nikita sebagai pelakor meskipun itu kenyataannya Bu. Nama keluarga besar kita akan tercemar dan perusahaan akan terkena imbasnya...Apa Ibu mau jatuh miskin???" Tanya Wijaya yang begitu jengah dengan sikap Marni yang semakin hari semakin menyebalkan saja. "Itu bukan urusanku Yah...itu urusan Ayah dan juga Arlan...!" Marni semakin ngotot dan tak mau menyadari kesalahannya. "Terserah Ibu...Ayah capek terus-terusan memperingati Ibu. Dan dengar ya Bu, Ini peringatan dari Ayah...jangan coba-coba mencari masalah dengan Sandrina lagi. Cukup sudah Ibu membuatnya terusir secara paksa dari rumah ini.." "Apa!?? jadi Ayah sekarang menyalahkan ibu?? apa Ayah lupa Jika Ayah juga turut andil dengan perceraian paksa itu??" "Ya!!! dan Ayah sungguh sangat menyesal mengikuti rencana Ibu..!" Ujar Wijaya yang langsung pergi meninggalkan meninggalkan Marni. Kali ini Ia benar-benar sudah kehabisan akan menghadapi sikap egois sang istri. "Haaahhhhhh...Ayah sama Anak sama saja..!" Kesalnya. " Ini semua gara-gara wanita mandul itu...Dan akan aku pastikan wanita itu akan membayar semua ini..." Marni benar-benar membenci Sandrina. Dipikirannya saat ini adalah Sandrina yang menjadi asal muasal masalah di dalam keluarganya. Jika saat itu Sang suami tak membawa masuk Sandrina di keluarga mereka maka Arlan tak perlu menikah dengannya. Namun semua itu sudah terjadi. Kebencian Marni sudah mendarah daging. __________ Malam pun tiba. Arlan yang baru saja tiba di rumah dikejutkan dengan keberadaan Nikita yang sudah menunggu dirinya di pintu utama. "Mas..." Sapa Nikita saat Arlan berjalan mendekat ke arahnya. "Hmmmm" Arlan tak banyak menanggapi. Hal itu membuat Nikita cemberut. Ia pun mengikuti langkah Sang suami. Setelah masuk ke kamar. Arlan yang memang sangat letih akhirnya memutuskan untuk membersihkan dirinya. Setelahnya, Ia hendak ingin istirahat namun tangannya dicekal oleh Nikita. " Mas...aku ingin bicara ..!" Pinta Nikita dengan wajah memelas. "Arlan sebenarnya ingin sekali istirahat, namun karena melihat wajah Nikita penuh harap, akhirnya Arlan pun mengalah dan mengiyakan keinginan Nikita. Saat ini keduanya duduk di balkon kamar. menikmati sejuknya malam walau sebenarnya hati Arlan dan Nikita sedang tak baik-baik saja. "Kau ingin bicara apa??" Tanya Arlan tanpa berbasa-basi. 'Aku minta maaf Mas..." "Maaf..??" "Hmmmm...soal pertengkaran tadi siang di Mall bersama mantan istrimu Mas.." "Ohhhh" Arlan hanya bisa ber oh ria. Ia benar-benar lagi badmood saat ini. ingin rasanya Ia pergi saja meninggalkan Nikita, sebab matanya yang mulai berat dan mengantuk. namun Ia tepis saat nama Sandrina terucap. "Mas...aku mohon maafkan Aku dan Ibu... sungguh kami tak bermaksud membuat masalah hingga seheboh itu...tapi Sandrina dan teman dokter nya itu yang lebih dulu memulai...Dia..." "Jika kau hanya ingin menjelekkan Sandrina hanya untuk mendapatkan perhatianku, kau salah Nikita...Karena aku sangat mengenal Sandrina. dan Ingat...jangan pernah berencana untuk menyakiti Sandrina, Jika itu yang kau lakukan maka bersiaplah aku ceraikan..!!" Ucapan tegas Arlan membuat mulut Nikita ternganga. Ia benar-benar tak percaya jika saat ini Arlan justru lebih membela Sandrina yang mantan istri daripada dirinya yang istri sah. "Ohhh..jadi Mas masih membelanya???" Arlan bergeming. Ia sama sekali tak ingin menjawab pertanyaan Nikita. "Jadi Mas masih mencintainya??? katakan Mas!!...katakan...!!" Ujar Nikita. Kau ini suaranya semakin meninggi. "Ya...aku masih sangat mencintainya....!" Tegas Arlan membuat Nikita semakin sakit hati "Jadi selama ini aku hanya kau jadikan. pelarian Mas...!! Kau menjadikanku pemuas nafsumu??? Lalu kenapa kau mengatakan jika kau mencintaiku daripada wanita mandul itu Mas...?? Kenapa??" "Sudahlah Niki...aku capek ..dan aku ingin istirahat...!!" Arlan sengaja menghindar. Ia tak ingin memancing keributan dengan istri barunya itu. saat ini yang Ia butuhkan hanyalah istirahat. Tanpa memperdulikan Nikita yang masih saja berteriak. Arlan pun mempercepat langkahnya masuk ke dalam kamar. Tubuh yang lelah sebab begitu banyaknya pekerjaan. Ditambah lagi masalah yang ditimbulkan oleh Ibu dan juga istrinya. Membuat pikiran Arlan semakin kacau .Ia pun akhirnya tertidur dan tak lagi menghiraukan Nikita yang sedang meraung. Menangis dengan histeris. "Kau jahat Mas...pokoknya aku janji jika Mas selalu membuat ku sedih dan terbuang, maka Sandrina juga harus merasakannya...Aku akan kejar wanita itu...dan aku janji akan membuat hidupnya menderita...Itu janjiku Mas Arlan!!" Kesal dengan perlakuan Arlan, Nikita memutuskan untuk tidur di kamar tamu. Meskipun mendapatkan banyak pertanyaan dari Ibu Mertuanya itu, namun Nikita sama sekali tak menghiraukannya. Ia terus melangkah masuk ke dalam kamarnya, dan sedikit membanting pintu kamar dengan keras. Marni dan juga Wijaya pun terkejut.ereka saling menatap. Wijaya hanya bisa mengedikkan bahunya, sedangkan Marni menatap tajam ke arah kamar sang Putra. 'Pasti ini ulah Arlan....anak itu...!!" Gumamnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN