Chapter. 4

1379 Kata
"Assalamualaikum. Selamat pagi Mas...?" Sapa Dokter Syifa pada seorang pria bule yang saat ini sedang duduk di sebuah resto langganan mereka tepat bersebelahan dengan rumah sakit tempat mereka bekerja Kael Abraham (32). Pria Keturunan Turki inggris yang tak lain adalah tunangan Dokter Syifa itu tersenyum manis saat wanita cantik itu menyapa dirinya. "Wa'alaikum salam....Pagi Sayang...." Jawabnya. Kemudian menarik kursi dan mempersilahkan tunangannya itu untuk duduk. "Mas Udah lama??" Tanya Syifa membuka pembicaraan. "Belum Kok sayang, baru saja sampai. Mungkin selang lima menit dari kedatanganmu." Jelasnya seraya tersenyum lembut pada Syifa. Setelah memesan makanan, keduanya pun kembali melanjutkan perbincangan mereka. "Mas...mmm...Syifa boleh tanya ngga sama Mas ??" Tanya Syifa ragu-ragu membuat Kael mengerutkan keningnya. Tak biasanya tunangannya itu terlihat seperti ini. Sepertinya ada sesuatu yang Ia sembunyikan. "Boleh dong sayang...emang Syifa mau tanya apa?? kayanya penting..." Tanya Kael. Syifa pun mengangguk mengiyakan. "Iya Mas...ini menyangkut Sandrina Mas...!!" Ujar Syifa hendak membicarakan persoalan Sandrina. "Sandrina???" Tanya Kael yang terlihat sedikit berfikir, mengingat ingat siapa Sandrina. Kemudian Ia sedikit menepuk keningnya sebab ingat siapa Sandrina yang tunangannya maksud. "Putri Sandrina, pasien kamu yang belum juga di karuniai keturunan itu?? dan sudah kamu anggap seperti adikmu itu kan Sayang??" Tanya Kael memastikan jika Ia tak salah. "Benar Mas...ini menyangkut Sandrina...mmm.." Syifa terlihat ragu untuk meneruskan ucapannya. Sebab Ia tak enak hati pada Kael. Rencananya Syifa ingin meminta bantuan pada Kael agar memasukkan Sandrina di Rumah sakit. Sebab hanya Kael satu-satunya harapan Syifa. Karena menurut Syifa, Kael lah yang bisa membicarakan semua ini pada sepupunya yang tak Lain adalah Mr. El. Direktur utama rumah sakit. "Sayang...ada apa?? apa ada masalah??" Tanya Kale semakin penasaran sebab Syifa terlihat kebingungan. Akhirnya Syifa menceritakan masalah yang menimpa Sandrina. Kael yang mendengar cerita dari tunangannya itu pun merasa geram dengan perbuatan Keluarkan mantan suami Sandrina. "Jadi, saat ini Sandrina ada bersamamu??" Tanya Kael yang dijawab anggukan oleh Syifa. "Ya sudah...kamu tenang saja...kita cari jalan keluar buat Sandrina. Jika memang Ia ingin bekerja di rumah sakit. Kita Tunggu El pulang dulu dari Turki. Sebab, Tante Fatimah kurang sehat. Jadi kemungkinan, El baru bisa kembali dua hari lagi." Jelas Kael pada Syifa. "Ia Mas....ngga papa....! Kita Tunggu Mr El pulang aja...!" Setelah pembicaraan mereka selesai, keduanya pun memutuskan kembali ke rumah sakit. Turki "El...Ummi udah sehat kok...lagian kan ada Baba sama adik kamu Yasmin disini. Kamu udah boleh kembali ke Indonesia Kok sayang. Kasihan Kael kamu tinggal terus di rumah sakit. Pasti pekerjaannya menumpuk sayang...dan waktunya bersama Syifa pasti berkurang..." Ucap Fatimah pada putra sulungnya itu. Fatimah adalah Ibu yang begitu El sayangi. Cinta pertamanya yang selalu ia prioritaskan dari apapun. Ketika mendengar Sang Ummi tiba-tiba jatuh sakit, El langsung berangkat ke Turki hari itu juga. "Iya Ummi...jika Tuhan menghendaki besok El akan kembali ke Indonesia...Tapi Ummi janji dulu...jangan capek-capek lagi...Kan udah ada para pelayan yang mengerjakan semuanya..." Peringat Raphael pada Ummi nya. "Siap Pak Dokter...kan kata Dokter Yasmin...Ummi kan hanya kecapean..." Kelakarnya membuat senyum kecil terbit di wajah tampan Abraham yang terkenal dingin itu. Begitulah istrinya jika berhadapan d Ngan Raphael putranya. Manjanya akan berkali-kali lipat pada sang putra dibanding pada dirinya sebagai suami. "Kak El jangan khawatir...Yasmin Pati akan jaga Ummi dengan baik...Ummi aja tu yang kangen banget sama Kakak...makanya langsung minta telpon...!" Seloroh sang adik membuat semua yang ada di dalam kamar milik Fatimah dan Abraham itupun tertawa. "Ish...dasar anak nakal ya...!!" Kesal Fatimah pada anak gadisnya itu. Ia kemudian merentangkan tangannya meminta agar Yasmin segera memeluknya. "Makasih sayang...kamu itu dokter hebat buat Ummi. Ummi sayang kalian semua..." Ucapnya sembari mengusap kepala Yasmin yang ditutupi hijab itu. Ia juga menatap sang suami dan Raphael bergantian dengan senyum indah khas seorang Fatimah. Drrrrrrt.... Drrrrrrt... Drrrrrrt Ponsel disaku celana milik Raphael pun berdering. Setelah memastikan siapa yang menghubungi dirinya. Ia pun unsur diri lalu keluar dari kamar Umminya menuju ruang keluarga. "Ya Kael ..?" "El...kamu kapan pulang....sengaja bikin kepala aku mau pecah...??" "Sengaja....biar waktumu sama Syifa itu berkurang..." "Ciih....Dasar sepupu kurang ajar kamu...!! tega bener sama Saudara.." gerutu Kael pada Raphael. "Hari ini aku kembali Indonesia...Ummi sudah sehat....Ia menyuruhku cepat pulang sebab Ia khawatir padamu." "Ummi Fatimah memang yang terbaik...salam sayang buat Ummi ya El..." "Hmmmm...ya sudah...aku tutup." Tut. Tanpa memperdulikan Kael, Raphael menutup sambungan telepon secara sepihak. Setelah itu Ia kembali ke kamar Umminya hendak berpamitan sebab, Ia kan segera berangkat hari itu juga. "Hati-hati ya El...ingat pesan Ummi...buruan cari Calon istri...Ummi sudah cukup tua untuk menunggu seorang cucu dari kamu El...yaaaa" Pinta Umminya yang hanya dijawab senyuman tulus dari Raphael. "Doakan El Ummi....biar cepat dapat jodoh..." "Amiiin..." "Eh...tapi Ummi...seandainya...kalau jodoh El seorang janda trus Bunya buntut...emang Ummi mau terima??" Tanya Raphael menggoda Fatimah. "Ummi akan terima apapun pilihan El. Selama El mencintainya dan bahagia bersamanya. Ummi dan Baba akan menerimanya..Bukankah begitu Bah...? Tanya Fatimah pada sang suami. Abraham pun mengiyakan ucapan sang istri. Bagi Abraham. Selama putra- putrinya bahagia. Ia Kana mendukung apapun keputusan anak-anaknya. "Ummi mu benar El...kami sebagai orang tua. Tidak akan mempersulit kalian untuk memilih jodoh. Selama mereka bisa membuat kalian bahagia, Baba dan Ummi akan mendukungnya. Meskipun Ia seorang janda atau pun seorang Duda." "Waaahhh...lampu hijau dong ..kebetulan..Yasmin lagi suka sama teman Ayah...! ngga papa kan Yah...?" Ucap Yasmin tiba-tiba nimbrung dalam pembicaraan orang tua dan kakaknya itu. Sontak mereka semua terkejut dengan kejujuran Yasmin. "Teman Ayah...?? siapa Yas...??" Tanya Fatimah penuh selidik. "Yasmin...mmmmm...suka sama Om Reyhan Yah...habis anaknya lucu Yah...Yasmin seneng banget sama Axel...Yasmin juga suruh Axel panggil Yasmin Ummi. Biar ngga canggung lagi kan Yah..." Sontak Raphael menyentil kening sang adik yang ternyata menyukai pria yang lebih tua tiga tahun darinya. Sedangkan Abraham dan Fatimah tergelak dengan kejujuran Yasmin yang blak-blakan soal pria yang Ia sukai. Bahkan putrinya begitu terang-terangan mengungkapkan rasa sukanya pada Sahabat dekat sang Ayah. Reyhan memang seorang duda beranak satu. Ia salah satu pengusaha ternama di negara Turki. Reyhan sedikit banyaknya terlibat kerjasama dengan perusahaan Abraham. makanya keduanya terlihat dekat dan bahkan Reyhan sering sekali berkunjung ke kediaman Abraham jika ada waktu senggang. "Dek...kamu serius?? suka sama Pak Reyhan??" Tanya El yang tampak tak percaya dengan tipe pria yang adiknya sukai itu. Yasmin yang begitu cantik dengan segudang prestasi ternyata memiliki selera tinggi seperti Rayhan Bomir. Orang nomor Tiga di negara Turki. Bukannya menjawab...gadis cantik itu justru malu-malu dan menghambur ke pelukan sang ayah. Abraham, Fatimah dan Raphael pun saling lirik. Mereka menahan tawanya sebab takut jika Yasmin semakin Malu. "Kalau begitu...ayah akan meminta Tuan Reyhan berkunjung dan membicarakan keinginan putri Baba ini padanya. Tapi...Yasmin juga harus banyak berdoa, agar Tuan Reyhan juga mau membalas perasaan Yasmin. Dan satu lagi...Yakin harus siap menerima apapun keputusan dari Tuan Reyhan. Serahkan semuanya pada sang penentu takdir...Oke..!!" Ucap Abraham memberi wejangan pada Yasmin agar putrinya itu nantinya tidak kecewa apapun keputusan yang akan Ia dapatkan. Yasmin pun mengangguk. "Iya Baba...Yasmin akan selalu ingat pesan Baba...Dan Yasmin akan menerima kemana Tuhan melabuhkan hati Yasmin Bah..." "Anak Pintar..." Ucap Fatimah dengan senyum tulus. Begitupun Raphael. "Ya sudah...El akan tunggu kabar baiknya dari Baba dan Ummi...sebab sudah harus berangkat...!" "Eummm...Ummi dan Baba pasti akan mengabari mu...jangan lupa hubungi Ummi jika sudah sampai di Indonesia.." "Bain Ummi..." Raphael pun mendekat ke arah sang Ummi. Mencium Khidmah kedua tangan wanita cinta pertamanya itu. Tak lupa pula Raphael mencium penuh sayang kening sang Ummi. Ia pun melakukan hal yang sama pada Abraham dan juga Adiknya Yasmin. Setelahnya Ia pun pergi meninggalkan kediamannya menuju bandara. Salman sejak tadi sudah menunggu dirinya di mobil. Asisten pribadinya itu seperti cacing kepanasan menunggu sang bos yang mengatakan hanya sebentar, namun nyatanya berjam-jam lamanya. "Maaf Salman... telah membuatmu menunggu..." Ucap Raphael pada Salman yang wajahnya terlihat memerah karena kesal. "tidak apa-apa Tuan..." "Ckkk...wajahmu tak bisa berbohong jika kau terlihat kesal Salman..." Ucap Raphael mencoba menggoda Salman yang terlihat kesal karena menunggu dirinya. " Maaf Tuan.." Ucap Salman sedikit menunduk sebab merasa bersalah karena sempat kesal menunggu kedatangan sang Bos. "Sampailah Salman...aku yang seharusnya meminta maaf karena sudah membuatmu menunggu lama. Sebagai gantinya, gajimu akan aku naikkan bulan ini..apa kau senang..??" Ucap Raphael. Wajah Salman kembali sumringah saat Bosnya mengatakan akan menaikkan gajinya. Tentu saja Ia tak akan menolak. Begitulah Raphael. Selalu ringan tangan pada setiap orang. Terutama bagi para asisten dan juga bodyguard miliknya. Keduanya pun akhirnya memutuskan berangkat menuju bandara. "Ya Allah.. Tuhanku...kabulkan doa Ummiku...Pertemukan lah diriku dengan jodoh yang sudah engkau siapkan... Hamba hanya ingin melihat Ummi bahagia Tuhan....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN