Keturunan Samson

1193 Kata
Tak tergambarkan dengan kata - kata, bagaimana kecewanya seorang Sora setelah membaca pesan pembatalan yang dilakukan oleh Samran barusan. Apa lagi Samran tidak memberi alasan yang jelas. Sora memutuskan untuk tidak membalas pesan itu. Hanya segera memasukkan ponselnya ke saku. Siapa yang tidak akan kesal jika berada dalam posisi seperti Sora. Karena asyik chat dengan Samran tadi pagi, ia jadi dicurigai oleh Alshad, yang kemudian membuat keduanya berdebat, dan berakhir Sora ditegur sekaligus dikatai oleh Kiki. Sora menanggapi keinginan Samran untuk berkunjung dengan begitu hangat. Meski ia sedang dalam keraguan karena ia masih kecewa dengan tingkah laku Samran, saat pertemuan pertama mereka di hari sebelumnya. Perasaan Sora mulai membaik setelah mendengar opini - opini dari Dana, yang ternyata pro akan hubungannya dengan Samran untuk terus berlanjut. Apa lagi Dana memberikan alasan - alasan yang cukup menjanjikan dan logis. Sora menunggu kedatangan Samran dalam kagalauan. Karena Samran sama sekali tak memberi kabar setelah mengatakan padanya akan berkunjung. Sampai - sampai saat acara penyambutan para dosen, Sora merasa tidak fokus. Beberapa kali ia hampir terpeleset lidah saat bicara. Untungnya Sora bisa tetap tampil dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan maksimal. Sora mencuri - curi waktu untuk membeli kopi di warung, supaya tidak ketahuan oleh teman - temannya. Ia bahkan menyembunyikan kopinya. Tapi ini balasan Samran atas penantiannya. Astaga ... si Samran itu. Benar - benar tukang pemberi harapan palsu. Alias tukang PHP. Tahu begini Sora tidak akan terlalu memikirkan rencana Samran untuk datang ke sini. Astaga .... Sora tidak percaya jika ia bisa diperlakukan dengan seburuk ini oleh seseorang. Satu hal yang Sora syukuri, ia belum jadi bercerita pada Wenda dan Dana akan rencana kedatangan Samran. Coba saja kalau ia sudah cerita. Wah ... bisa mau ia. Mau ditaruh di mana mukanya. *** "Gimana, nih, Mas Imran? Kira - kira kita bakal bisa ke sana atau nggak, nih?" Samran lagi - lagi bertanya pada seseorang yang ia panggil dengan nama Mas Imran itu. Mas Imran adalah suami dari kakak sepupu Samran. Ia adalah seorang pekerja serabutan. Mas Imran sebenarnya adalah seseorang yang serba bisa. Dari memperbaiki mesin elektronik sampai memperbaiki mesin mobil, ia cukup mahir. Hanya saja ia kurang memanfaatkan kemampuannya itu dengan maksimal. Sehingga kemampuan yang ia miliki tidak dapat menunjang perekonomian keluarganya. Mas Imran masih sibuk mencari tahu di mana letak kesalahan mesin mobil Samran ini. Sampai - sampai bisa mogok total, tidak bisa dinyalakan sama sekali. Sudah dua jam berlalu sejak mobil pertama mogok. Tapi belum ada perkembangan yang berarti. Samran yang tidak tahu sama sekali tentang mesin mobil, tidak bisa banyak membantu, selain membantu dengan limpahan doa. "Mending kamu hubungin cewek itu dulu deh. Kasih tahu kalau kamu belum bisa ke sana. Soalnya nggak tahu ini nanti kapan mobilnya bisa jalan lagi. Kasihan lah, dia udah kelamaan nunggu." Mas Imran memberi Saran yang menurutnya adalah yang terbaik untuk saat ini. Samran terlihat sedih atas saran yang diberikan oleh Mas Imran. Saran yang masih sama dengan yang dikatakan oleh Mas Imran beberapa kali sebelumnya. Ya, Mas Imran sudah menyarankan pada Samran untuk segera memberi tahu Sora bahwa ia ada kendala dalam perjalanan. Sehingga terpaksa harus menunggu kedatangannya kali ini. Tapi sejak tadi Samran terus menolak membatalkan rencana kunjungan itu. Karena Santan sudah mengatakan akan datang. Ia tidak ingin Sora menganggap bahwa ia adalah lelaki yang suka ingkar janji. Samran terus melakukan penolakan, takut membuat Sora kecewa. Tapi karena waktu yang terus berjalan. Karena keadaan yang memaksa. Dan ini memang benar sudah terlalu lama. Mau tam mau, Samran harus benar - benar membatalkan rencananya berkunjung menemui Sora. 'Maaf ya Sora. Aku belum bisa mampir ternyata hari ini.' Dengan berat hati, Samran mengirim pesan itu pada Sora. Karena situasi hatinya yang sedang kacau, Samran bahkan lupa mengetik alasan kenapa ia tiba - tiba membatalkan rencana berkunjungnya. Ini semua karena salah Samran sendiri sebenarnya. Jadi, faktanya, Samran belum lama bisa mengendarai mobil. Ia sudah mahir berkendara di jalan raya. Ia bahkan sudah lolos tes dan memiliki SIM. Hanya saja Samran belum pernah test drive di area pegunungan seperti ini. Di mana membutuhkan trik gigi khusus ketika menghadapi medan yang menanjak dan berkelok - kelok. Samran belum menguasai teori - teori itu karena kurang berpengalaman. Yang membuat mobil tiba - tiba saja mogok di tengah jalan. Ditambah satu fakta lagi sih sebenarnya. Mobil sedan ini usianya sudah cukup tua. Sehingga memerlukan perlakuan khusus. Mas Imran sebenarnya bisa saja membimbing Samran tadi, supaya jangan sampai kejadian seperti ini. Sayangnya saat peristiwa itu terjadi, ia sedang sibuk membalas chat istrinya. Sang istri alias kakak sepupu dari Samran itu pasti akan curiga macam - macam jika pesannya tidak segera dibalas. Eh, ditinggal membalas pesan sebentar saja, mobilnya tiba - tiba sudah mogok begini. Semua kendala seakan terjadi begitu saja. Seakan memang sudah digariskan oleh takdir, bahwa Samran memang belum bisa bertemu dengan Sora hari ini. Huff .... Satu hal yang disyukuri oleh Samran. Karena takdir itu, membawanya mengajak Mas Imran dalam perjalanan hari ini. Coba saja ia tidak membawa Mas Imran turut serta, pasti keadaannya akan lebih buruk dari ini. *** Sora yang masih emosi penuh atas batalnya Samran untuk berkunjung, langsung seakan mendapatkan kekuatan super. Ia langsung mendapatkan kelebihan energi. Ia membantu teman - temannya beres - beres bagaikan wonder woman. Ia bahkan bisa mengangkat sofa kayu jati sendirian, yang membuat semua orang melongo, terutama para anggota kelompok laki - laki. Bayangkan saja, berapa beratnya sofa dari kayu jati itu. Bahkan para laki - laki itu akan keberatan jika mengangkat kursi itu sendiri. Bisa jadi malah tidak kuat sama sekali. "Astaga buju buneng ... ini cewek emang ekstra ternyata, ya. Turunan gatot kaca kali, ya." Anak jurusan oebjas bernama Safii, atau yang biasa dipanggil Bang Pi'i itu langsung memberi komentar. "Bukan turunan gatot kaca, tapi turunan Samson. Nama aslinya Samsonwati, kali. Sekarang dia lagi nyamar," timpal Albert. Sementara Alshad hanya menatap Sora dengan begitu takjub. Bertambah 1 alasan lagi, kenapa ia harus mempertahankan perasaannya pada Sora. Meski ia tahu pasti, bahwa Sora sedang memiliki seseorang lain yang sedang dekat dengannya saat ini. Buah dari dirinya yang mengintip isi chat Sora tadi pagi bersama Samran. Melihat hal itu, Alshad langsung tergerak untuk membantu Sora. Ia tahu, Sora pasti tidak akan mau jika ia membantunya dengan bersama mengangkat sofa yang sama. Oleh karenanya, Alshad langsung mengangkat sofa yang lain. Sora langsung menatap aksi Alshad itu. Bukan tatapan yang ramah, justru seperti biasa, tatapan sengit dan penuh curiga. Tapi Alshad tidak peduli. Karena niatnya tulus ingin membantu Sora, saat semua hanya menatap. Samran tahu, Sora saat ini suasana hatinya sedang tidak baik. Terbaca dari mata gadis itu. Ia sedang kecewa karena alasan yang tidak Alshad tahu. Karena aksi Alshad itu, para mahasiswi yang cemburu, semakin memupuk rasa tak suka mereka pada Sora. Sementara Wenda dan Dana justru kembali berdebat. "Tuh, kan. Si Alshad emang baik banget. Langsung tulus bantuin Sora. Cowok peka udah langka. Emang cocok Sora sama si Alshad." "Baik apanya, tulus apanya? Kalau beneran mau bantu, harusnya Alshad bantuin Sora angkat satu sofa barengan. Eh, malah angkat Sofa lain. Ya Sora keberatan lah bawa satu sofa sendirian." "Si Alshad tuh tahu, Sora pasti bakal nolak kalau dia bantu bawa sofa yang sama berdua." "Sok tahu kamu." "Terserah kamu, deh." ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN