Satu Renteng Kopi

1277 Kata
"Walah ... kok cepet amat, sih, datangnya para dosen, baru juga leyeh - leyeh sebentar!" celetuk Wenda. Dan setelah diperhatikan lebih lekat, ternyaya memang benar itu adalah mobil dosen, karena berwarna hitam, ada logo kampus. Beda dengan mobil Samran yang berwarna hijau metalik. Astaga ... karena pikirannya dipenuhi oleh Samran, Sora jadi berhalusinasi. Tapi jujur, Sora lega itu adalah mobil dosen. Bukan mobil Samran. "Ya udah ayo buruan balik ke rumah!" ajak Sora segera, sebelum ia diomeli oleh Kiki, dan dikatai tidak bertanggung jawab lagi. Sora juga berdiri duluan mendahului dua temannya. Wenda dan Dana menyusul, berlari menyamakan langkah dengan Sora. "Kalau kata aku, kamu jauh - jauh deh dari si Samran, Sora. Mending kamu sama Alshad aja yang udah jelas - jelas nerima kamu apa adanya. Kamu marah - marahin dia, dia juga tetep cengengesan. Si Samran nanti belum tentu bisa sesabar Alshad kalau udah tahu sifat asli kamu. Mending kamu realistis aja, deh. Udah jelas ada yang setia, ya sama yang udah ada dan pasti. Lagian mana ada sih orang zaman sekarang pakai dijodoh - jodohin segala. Kuno, Sora." Wenda melepaskan opininya yang lain selama mereka berjalan menuju posko. Ternyata Dana tidak mau kalah untuk mempertahankan opininya. "Alshad itu masih seumuran kita. Masih labil. Cowok itu butuh proses pendewasaan lebih lama dibanding perempuan. Sementara Samran kata Sora tadi 3 tahun di atas kita. Bisa jadi ada kemungkinan kalau Samran udah melalui proses pendewasaan. Alshad sekarang kelihatan baik sama Sora. Kamu pikir itu udah sifat asli si Alshad? Belum tentu kan. Bisa jadi kalau udah resmi, baru keluar aslinya. Alshad juga belum lulus kuliah. Samran jelas - jelas udah mandiri. Udah mapan." Dana dan Wenda berakhir saling melotot. Dan Sora makin pusing tak keruan. Ia berjalan duluan dengan cepat, dan kembali disusul oleh Wenda dan Dana seperti yang sudah - sudah. *** "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi, Bapak Ibu dosen, dan teman - teman sekalian. Salam sejahtera untuk kita semua. Syukur alhamdulillah, Pada hari ini kita berkumpul di posko 14 KKN Posdaya Desa Selopanggung tahun ini, dalam keadaan sehat wal afiat. Hari ini adalah pelaksanaan kunjungan para dosen untuk melakukan pemeriksaan atas posdaya yang kita lakukan, apakah berjalan sesuai target atau tidak. "Jadi sesuai dengan aturan yang berlaku, setiap kelompok KKN diharuskan melakukan posdaya dalam 4 bidang, yaitu industri, prakarya, pertanian, dan pelayanan masyarat. Masing - masing bidang, kami sudah memilih ketua untuk memimpin masing - masing kelompok yang bertugas dalam masing - masing tema. Untuk mempersingkat waktu, saya akan langsung menyerahkan waktu dan tempat pada para ketua kelompok. Yang pertama yaitu bidang industri. Pada saudara Alshad, ketua kelompok industri, saya persilakan." Sora membuka acara pagi itu dengan lancar. Semua selalu terkesan dengan kemampuan publik speaking Sora yang menurut mereka luar biasa. Bahkan tanpa latihan, dan tanpa teks, Sora berhasil melakukan pembukaan dengan baik dan lancar. Dan yang paling membuat kagum adalah, Sora terlihat santai, kalem, tidak gugup sama sekali. Padahal ia sedang disaksikan tidak hanya oleh teman - temannya, tapi juga oleh para dosen. Dosen pembimbing kelompok KKN, wakil rektor, dan juga beberapa dosen lain yang memang dibawa untuk ikut mengawasi jalannya KKN Posdaya. Alshad yang namanya baru saja disebut oleh Sora, langsung menatap gadis itu, seraya tersenyum sekilas. Seperti biasa, Sora hanya cuek, lalu pura - pura tidak melihat. Sora kini malah menatap ke arah depan, memastikan apakah Samran sudah datang atau belum. Di depan sana masih hanya terparkir satu mobil saja milik para dosen. Samran mulai menjelaskan bagaimana program yang ia lakukan bersama teman - teman satu kelompok posdaya - nya. Tapi Sora tidak mendengarkan. Karena ia fokus memikirkan Samran. Sora mengecek ponselnya. Belum ada balasan apa - apa lagi dari Samran. Sora tidak tahu apakah Samran sudah berangkat atau belum. Astaga ... situasi ini benar - benar membuat Sora pusing. Acara pemeriksaan oleh para dosen itu selesai dalam kurun waktu sekitar 2 jam. Semua mahasiswa mengantar pada dosen pergi sampai ke depan, termasuk Sora. Pikiran Sora masih terfokus pada Samran. Matanya menatap ke arah jalan. Jaga - jaga jika Samran tiba - tiba datang. Sepeninggal para dosen, para mahasiswa langsung membereskan kembali rumah seperti semula. Di tengah - tengah kesibukan itu, Sora menyelinap keluar diam - diam untuk pergi ke warung yang tak jauh dari posko. Ia pergi diam - diam karena tidak ingin Wenda dan Dana ikut, yang kemudian akan curiga kenapa Sora pergi tanpa mengajak mereka. Sora tidak tahu saja jika ada sepasang mata yang mengawasinya sejak tadi. Siapa lagi kalau bukan Alshad. Sora bisa menghindar dari penglihatan Dana dan Wenda, tapi nyatanya ia tak bisa menghindar dari tatapan Alshad. Alshad bahkan diam - diam mengikuti Sora di belakang. "Beli apa, Mbak?" tanya ibu - ibu pemilik warung kelontong itu. "Saya mau beli kopi sachet dong, Bu. Satu renteng ya!" pinta Sora. "Mau yang rasa apa, Mbak?" Sora melihat - lihat deratan kopi yang tergantung di atas. "Itu kopi hitam original aja, Bu." "Oke." Ibu itu mengambilkan satu renteng kopi yang Sora maksud. Meletakkan dalam tas plastik warna hitam, lalu memberikan pada Sora. "Ini, Mbak." Sora segera menerimanya. "Makasih, Bu. Jadi harganya berapa?" "Harganya 12 ribu, Mbak." "Oh, iya, sebentar." Sora merogoh sakunya, lalu memberikan uang pas pada sang pemilik warung. Setelah selesai membeli, Sora langsung kembali ke posko, tapi ia lewat pintu belakang. Sementara Alshad baru saja keluar dari persembunyiannya. Menatap Sora penuh tanya. Untuk apa Sora beli kopi satu renteng. Padahal Alshad ingat, tadi pagi saat membuat kopi, bubuk kopi hitamnya masih banyak kok. Alshad memutuskan untuk terus melangkah membuntuti Sora. *** Sora baru saja meletakkan kopi yang baru ia beli pada jok motornya. Ya, motor para anggota kelompok wanita memang diparkir pada bagian dapur rumah yang cukup luas. Dapur itu adalah dapur tradisional yang lantainya masih tanah. Ada dipan besar yang digunakan untuk menata keperluan dapur. Ada kompor tungku kayu juga. Tapi para anggota KKN menggunakan kompor gas, tidak ada yang bisa menggunakan kompor tungku kayu. Sora meletakkan kopi yang ia bawa di jok motor karena tak ingin ketahuan siapa - siapa. Ya, kopi itu adalah persiapan Sora untuk menjamu Alshad nanti. Ia beli satu renteng untuk jaga - jaga jika Samran tidak datang sendirian. Sora tidak mau memakai kopi milik kelompok, karena itu milik bersama. Takutnya terjadi kecemburuan sosial kalau Sora menggunakannya untuk keperluan pribadi. Sora belajar dari pengalaman, karena sudah pernah dituduh yang tidak - tidak oleh Kiki. Sora lalu duduk diam di pinggiran dipan. Sambil terus menggenggam ponsel. Menunggu kabar dari Samran. Astaga ... Sora tidak tahu jika memiliki hubungan dengan laki - laki akan jadi semelelahkan ini. Samran juga ke mana pula? Kok lama sekali tidak memberi kabar. Menyebalkan. Sora ingin memeriksa ke depan sekali lagi. Tapi ia melakukannya dari pintu belakang, yang bisa memandang sampai ke depan. Bukan Samran yang ia dapati. Justru Alshad yang tiba - tiba sudah ada di depannya. "Ngapain kamu sendirian di dapur?" tanya Alshad tanpa basa - basi. "Aku mau ngapain juga apa urusannya sana kamu?" Sora malah bertanya balik. "Astaga ... bisa nggak sih kamu jangan ketus sama aku sekali aja." Alshad memberi nasihat namun nada Bicaranya tetap tenang. Tidak ingin menakuti Sora. "Sorry, nggak bisa," jawab Sora tegas. Mata keduanya saling bertemu untuk beberapa saat. Alshad mencoba memberi tahu perasaannya pada Sora melalui pandangan itu. Tapi Sora seperti biasa, hanya menatap tak suka padanya. Sora kemudian masuk kembali ke dapur. Sementara Alshad berbalik, memutuskan untuk pergi dari sana. Entah kenapa, melihat Alshad pergi seperti itu, membuat Sora merasa .... Merasa ala ya. Sora juga bingung. Merasa bersalah mungkin. Sora kembali duduk pada pinggiran dipan. Dan mengecek ponsel kembali. Kedua mata Sora membulat begitu mengetahui ada pesan dari Samran. 'Maaf ya Sora. Aku belum bisa mampir ternyata hari ini.' Sora hanya terdiam membaca pesan itu. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN