07 : BERITA BESAR DI ISTANA

1480 Kata
Perempuan cantik jelita yang kini sedang duduk di dekat jendela, tak henti-hentinya tersenyum. Sepoi-sepoi angin membuat rambut putihnya beterbangan, menambah aura kecantikannya terlihat menawan. Aileen masih mengingat perkataan Draco waktu itu. Baginya, itu adalah kode besar untuknya. Namun, karena terlanjur malu, Aileen memilih untuk kembali ke istana. Sekaligus, menetralkan detak jantungnya yang tak berhenti berirama. Mata hijau itu menyipit, saat melihat beberapa prajurit yang menaiki kuda, berhenti di tengah jalan dan berbincang-bincang. Akan tetapi, bukan hal itu yang menarik perhatiannya. Sebab, sosok yang telah lama meninggalkan istana, datang kembali. Pasti ada sesuatu yang teramat penting, atau justru ayahnya telah menyuruh pria itu melakukan sesuatu secara diam-diam. Aileen baru saja beranjak, saat pintu kamarnya terbuka. Dua orang pelayan masuk sambil membawakan makanan dan minuman. “Kalian bisa taruh di atas meja,” ucap Aileen berjalan mendekati salah seorang pelayan yang sangat ia kenal, namanya Hasley. “Hasley, apa kamu mendengar sesuatu akhir-akhir ini. Berita besar yang tak aku ketahui.” Hasley melirik pada teman pelayannya lalu menunduk. “Maaf ... aku tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Tuan Putri,” katanya dengan raut wajah kebingungan. Aileen ingin langsung to the point, tetapi ia mengurungkan niatnya. Lebih baik, ia mencari tahu sendiri saja. Agar tidak menjadi bahan pembicaraan. Jika Aileen yang notabene putri istana, tidak mengetahui apa pun. “Tidak, sebaiknya kalian kembali saja. Aku akan memakannya secepat mungkin.” Hasley dan teman pelayannya mengangguk paham. Keduanya lantas mendekati pintu kamar Aileen untuk pergi. “Jangan tutup pintunya!” Kedua pelayan itu menurutinya, walaupun sangat heran. Karena, tidak biasanya Aileen ingin pintu kamarnya terbuka lebar. Setelah kedua pelayan itu pergi, Aileen pun keluar dan berjalan menuju ruangan sang ayah. Bersamaan dengan itu, ia melihat prajurit dan pria yang memakai ikat kepala warna hitam, berjalan ke arah yang sama dengannya. Pintu besar warna emas dibuka sangat lebar, dan menyuruh prajurit serta pria itu masuk. Akan tetapi, Aileen malah menghentikan langkahnya. Saat ia melihat Jacob marah-marah kepada seorang prajurit. “Aku tidak mau tahu. Mulai hari ini, kau harus mengawasi Adikku. Jangan sampai dia kabur lagi. Kau paham!” Prajurit itu terlihat mengangguk. Tetapi, Jacob malah menarik kerah pakaian prajurit itu dan berbisik. Aileen yang memandanginya, jadi penasaran. Perempuan yang memakai gaun warna merah muda memilih untuk menghampiri Jacob yang baru saja mengusir prajurit tadi. “Apa yang Kakak bicarakan dengannya?” tanya Aileen penasaran. Jacob yang baru menyadari kehadiran Aileen, terkejut. “Tidak ... tidak ada yang aku bicarakan,” ucapnya tergagap, “aku hanya menyuruhnya untuk membeli makanan untukku. Memang kenapa?” Aileen mencibir. Kakaknya itu sekarang pandai berbohong. “Membeli makanan? Aku pikir para pelayan sudah menyiapkan makanan dan mengantarnya ke kamar Kakak.” Jacob tersenyum dan menjawab, “Ya. Tetapi, aku ingin roti isi yang dijual di pasar kemarin.” Alasan yang bagus! Sayangnya, Aileen sudah mendengar hal ucapan kakaknya dengan prajurit itu. “Sebaiknya Kakak jujur, kenapa Kakak sebegitu marahnya hanya karena aku pergi keluar tanpa prajurit.” Jacob sudah menduga, jika adiknya itu mendengar ucapannya tadi. Tidak pernah Aileen datang menghampirinya, kecuali untuk menginterogasi dirinya. Perempuan cantik itu telah berubah. “Baiklah, aku mengaku. Aku hanya khawatir kamu kenapa-kenapa, Ai. Lagi pula, apa salahnya aku menyuruh dia mengawasimu? Jika terjadi sesuatu padamu, ia akan langsung melapor pada ayah dan aku, tentunya.” Ucapan Jacob ada benarnya juga, tetapi perempuan bermata hijau itu merasa ada yang aneh. Aileen menggeleng, ia lebih baik membicarakan sesuatu yang sedari tadi ia ingin ketahui. “Apa Kakak tahu, kenapa Alder kemari?” Jacob menatap Aileen, itu juga yang menjadi pikirannya sedari tadi. Karena, Alder sudah lama tak menjadi prajurit. Sebab, terbukti bersalah telah mencuri. “Itulah yang ingin Kakak ketahui. Lebih baik, kita menuju ke ruangan Ayah.” Aileen dan Jacob berjalan beriringan. Sesekali, pemuda itu melirik pada adik kecilnya yang tampak manis saat sedang diam. Jacob menggelengkan kepala, dan menyuruh Aileen masuk terlebih dulu ke ruangan ayahnya. *** Kaisar Alvate duduk di singgasana dengan gagah, sambil melihat ke arah Alder yang berlutut dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri. “Yang Mulia, kedatanganku kemari, ingin membantu Anda yang kabarnya sedang mencari prajurit yang tangguh.” Alvate menatap ke arah Alder tajam. Di benaknya masih teringat jelas, saat Alder ketahuan mencuri perhiasan yang ia simpan di peti. Pria yang ia percaya telah berkhianat. Pria paruh baya yang memakai jubah merah yang panjang dan lebar, menghampiri Alder yang masih menatapnya. “Aku tidak percaya lagi padamu! Prajurit! Bawa dia keluar!” Dua orang prajurit mendekati Alder, tetapi pria itu malah menyuruh keduanya untuk tak menyentuhnya. Ia akan keluar dengan sendirinya, setelah memberi tahu satu nama yang ia percayai bisa menjaga keamanan Blomerys. Tak beberapa lama, Jacob dan Aileen memasuki ruangan. Keduanya bisa melihat wajah Alvate merah padam, menahan amarah yang bisa keluar kapan saja. Tiba-tiba saja, dua orang prajurit lain masuk. Membungkukkan badan lalu melakukan salam. “Lapor Yang Mulia.” Salah seorang prajurit menatap ke arah Alvate yang memundurkan langkah dan membiarkan Alder tetap pada posisinya. “Kami telah menemukan pemuda yang pandai bertarung dan memanah,” ucap prajurit itu, “Dia cocok dijadikan kanditat pemimpin untuk menjaga keamanan wilayah Blomerys.” Alvate melirik pada Alder yang sedari tadi menunggu giliran untuk bicara. “Beri tahu aku, siapa namanya?” Prajurit itu baru saja ingin berujar, jika saja, Alder tak berbicara lebih dulu, “He is Draco Zero.” “Aku tak menyuruh—” Alvate mengurungkan ucapannya. Nama itu terdengar tidak asing di rungunya. “Kau, beri tahu namanya.” Suruh Alvate pada prajuritnya. “Benar, Yang Mulia. Pemuda itu bernama Draco Zero. Kami sudah menyelidikinya selama satu minggu, dan kami sangat yakin, dia cocok untuk mendapatkan kepercayaan Anda.” Alder menatap ke arah Alvate mengejek. Pria itu lantas memilih meninggalkan ruangan singgasana istana. Sebelum benar-benar pergi, ia sempat beradu mata dengan Jacob cukup lama. Dan Alvate pun menatap kepergian pria itu dengan tatapan sesal. Aileen menghampiri sang ayah, dan berkata, “Kenapa Ayah tak memberi tahuku, perihal penting seperti ini?” Alvate memeluk Aileen dengan sayang. “Ayah akan memberi tahumu, setelah Ayah mendapatkan orang yang cocok untuk Ayah beri mandat.” Jacob pun menghampiri ayah dan adik tirinya. “Tapi, apakah Ayah yakin akan memberinya mandat? Mengingat, Alder juga mengatakan nama pemuda yang sama. Bisa saja, keduanya bersekongkol.” Alvate menatap Jacob dan tampak berpikir. Namun, Aileen malah bergelayut manja pada sang ayah. “Aku pernah mendengar bahwa Draco memang pemuda yang baik dan tangguh. Dia juga sering latihan di padang rumput, dekat telaga. Dia harus Ayah undang kemari untuk memastikannya.” Jacob mengernyit, heran. Ia memandang ke arah Aileen dengan tatapan sengit. Sedangkan, Alvate tersenyum tanda setuju. “Baiklah. Sesuai keputusanku, undang pemuda bernama Draco itu ke istana.” Kedua prajurit yang masih berlutut saling pandang. “Baik, Yang Mulia,” jawab keduanya serempak lalu undur diri. Aileen tersenyum penuh arti. Draco harus terpilih, agar ia lebih mudah untuk mendekati pemuda itu. Tak hanya itu, perempuan yang memakai gaun warna merah muda tak sabar melihat Draco berada di sekelilingnya. Jacob merasakan ada yang aneh dari perubahan ekspresi Aileen, adik tirinya itu terlihat sangat bahagia dan tak henti-hentinya memuji sosok Draco di depan sang ayah. Perempuan berparas cantik itu, seakan sudah mengenal Draco sangat lama. Jacob meninggalkan ruangan singgasana dan memilih untuk kembali ke kamarnya. Ada perasaan kesal di dalam hatinya. Jujur, ia jadi penasaran, rupa sosok Draco itu seperti apa. Saat ia berjalan melewati lorong rumah, ia menangkap suara bisik-bisik para pelayan. Kebetulan juga, kamar Jacob lumayan dekat dengan tempat di mana para pelayan sering berkumpul. Ia pun mencoba mengintip dan mendengar apa yang sedang dibicarakan para pelayan. “Aku dengar, Draco diajukan sebagai kandidat untuk memimpin keamanan Blomerys. Dia akan jadi prajurit tertampan yang pernah ada di istana ini,” kata salah satu pelayan muda berpita ungu dengan wajah semringah. “Betul sekali. Meskipun wajah Tuan Jacob juga tak kalah tampan, tetapi Draco tetap menjadi idaman.” Pelayan muda berpita biru pun setuju. Mereka kemudian kembali memotong sayuran untuk mempersiapkan makan siang. “Kalian ini, ada-ada saja. Kita ini kan hanya pelayan, tidak pantas membandingkan Tuan Jacob dan Draco.” Wania tua melirik ke pelayan-pelayan muda yang malah cekikikan. “Nyonya Palma, apakah Nyonya juga belum tahu, jika Putri Aileen menyukai Draco?” Palma langsung menghentikan tugasnya memetik cabai. “Kau sungguh serius?” “Ya, kau tanya sendiri saja pada Hasley yang sangat dipercaya oleh Putri itu.” Hasley yang ada di sana, tersenyum kikuk. Wanita itu menyesal telah memberi tahu hal rahasia ini kepada para pelayan. “Sudah-sudah. Lagi pula, belum tentu juga kan, Draco akan menyukai Putri Aileen. Dia pasti punya tipikalnya sendiri.” “Betul itu, ayo lanjut memotong.” Jacob mengepalkan tangannya di balik tembok. Ia tidak pernah tahu bahwa sang adik menyukai Draco Zero. Memang apa hebatnya pemuda itu? Selain, membuat wanita-wanita menyanjungnya. Dia pasti tidak akan terpilih sebagai pemimpin prajurit untuk menjaga keamanan wilayah Blomerys. Lihat saja nanti ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN