Bab 5 - Tae Min Terluka

1135 Kata
"Vanesha, kau sebaiknya obati dia!" Sandra menunjuk ke arah Tae Min yang sudah dibaringkan di atas ranjang perawatan dalam tenda tersebut. "Oke." Gadis itu langsung mengobati luka pada Tae Min. Diperkirakan ada lima atau enam orang yang masih terjebak reruntuhan gedung hotel itu. Tsunami dan gempa mengguncang wilayah tersebut seminggu yang lalu. Berbagai kondisi yang dialami korban ikut mempengaruhi peluang bertahan hidup sembari menunggu evakuasi. Hingga saat Vanesha sampai di wilayah terbuat, tercatat sudah hampir seratus orang meninggal dan lebih dari lima ratus orang mengalami luka-luka akibat gempa. Bahkan ada juga korban hilang akibat tsunami yang belum ditemukan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana juga menyebut lebih dari seribu ribu warga di wilayah tersebut tinggal di pengungsian. Jumlah tersebut belum termasuk warga di wilayah lain sekitar daerah yang juga terdampak gempa. "Apa yang terjadi sampai kau seperti ini?" tanya Vanesha pada Tae Min. "Aku hanya melakukan tugasku saja. Evakuasi pada korban yang masih terjebak di reruntuhan itu menjadi salah satu prioritas utama. Aku sebagai petugas harus berkejaran dengan waktu untuk menjaga peluang bertahan hidup para korban," ucapnya. "Lalu, masih banyak kah korban di reruntuhan itu?" "Ya, apa kau tau apa yang nanti terjadi pada korban yang belum bisa ditemukan, aarrgghh pelan sedikit kakiku terasa sakit sekali!" pekik Tae Min. "Ma-maafkan aku, aku tau bagaimana cerita korban reruntuhan yang masih belum dievakuasi itu. Ketika mereka nantinya tidak mendapat suplai makanan, tubuh mereka masih bisa memecah lemak untuk dijadikan sumber energi. Bahkan ketika cadangan lemak menipis, tubuh masih berusaha untuk bisa memecah protein dari otot dan jaringan tubuh lainnya. Namun tubuh tidak bisa berbuat banyak ketika kadar cairan menipis. Tanpa ada asupan minum yang cukup, tubuh akan mengalami dehidrasi dan lama kelamaan bisa mengalami gangguan fungsi organ vital." "Kau berpengetahuan juga ya," ucap Taemin yang semakin mengagumi sosok cantik berbalut pakaian suster tersebut. "Terima kasih." "Tapi, jika mereka tidak segera ditemukan, akan timbul dehidrasi yang berlarut-larut juga berdampak pada fungsi ginjal. Kadar cairan tubuh yang menipis membuat darah jadi lebih kental dan membebani kerja ginjal sebagai penyaring darah. Pada titik tertentu, ginjal gagal menjalankan fungsinya dan berhenti memproduksi urine." "Ya, Anda betul sekali. Situasi traumatis menyebabkan tekanan darah, yang memperbesar risiko kerusakan ginjal. Ditambah lagi jika terjadi luka dan perdarahan, maka risiko penurunan tekanan darah akan semakin besar. Terganggunya sirkulasi darah turut mempengaruhi peluang bertahan hidup. Tapi masih ada petugas lain kan yang kembali ke tempat kejadian untuk menolong mereka?" tanya Vanesha. "Entahlah, mereka bisa masuk lebih dalam lagi atau tidak. Gempa bumi sekitar enam koma sembilan skala richter yang dialami satu minggu lalu mengguncang kota kecil bernama Blue Beach di bagian selatan wilayah ibu kota. Bencana itu menyebabkan banyak korban jiwa dan luka-luka. Hal yang selalu dialami setiap kali bencana alam seperti gempa bumi adalah kepanikan, waktu yang sempit, dan kurangnya pengetahuan untuk siap siaga menghadapi gempa bumi. Alhasil, gempa bumi yang ditambah tsunami bagi warga pesisir pantai pastinya menimbulkan korban luka dan jiwa. Tak lama kemudian, Dokter Tommy memasuki tenda dan memeriksa keadaan para prajurit relawan tersebut. Pria itu juga menjelaskan selain kepanikan, korban gempa bisa mengalami berbagai jenis luka. Tentu penanganan kedaruratan di tengah situasi panik dan mengungsi akan jauh lebih sulit. Dokter Tommy juga menjelaskan luka bisa dialami mulai dari yang ringan hingga berat. “Tentu yang paling berat adalah tertimpa reruntuhan atau benda-benda berat seperti ini," ucapnya memeriksa Tae Min dan para prajurit lainnya. "Dokter, pria ini tensi darahnya tinggi saat tadi saya memeriksa," ucap Vanesha menunjuk Robin yang ada di samping Tae Min. "Hmmm … biasanya kondisi para korban dan mungkin dia juga diperparah dengan kepanikan, bisa bahaya juga jika tensi darah naik,” ungkap Dokter Tommy yang mendekat. Robin memang mengalami luka ringan yang dialami biasanya karena benturan ringan seperti terbentur dinding atau panik saat berupaya keluar rumah sehingga membentur sesuatu. “Kalau sekadar luka ringan seperti memar benjol biasa atau lecet bisa ditangani di posko-posko atau rumah warga lain yang lebih aman. Karena itu hanya luka di kulit dan otot,” kata Dokter Tommy. Namun, dia kembali memeriksa kondisi Tae Min yang ternyata mengalami patah tulang pada bagian kakinya. Ketika korban tertimpa reruntuhan puing akibat gempa, tentu risiko patah tulang bisa terjadi. Apalagi jika sudah terjadi perubahan bentuk tulang. “Patah tulang ini harus segera dilarikan ke rumah sakit. Apa ada ambulans yang bisa kita gunakan?" tanya Tommy ketika menyentuh kaki pria itu. Apalagi Tae Min sudah terlihat kesakitan kala kaki kirinya disentuh dan tak bisa digerakkan. Lalu, jika terjadi perubahan bentuk dari lurus lalu bengkok dan disertai nyeri hebat itu akan sangat fatal. Vanesha berusaha mencari ambulans agar membawa Tae Min menuju rumah sakit terdekat. Dia juga menemani pria itu yang terus memegangi tangan sang gadis tak mau lepas darinya. Luka berat bisa terjadi karena tubuh tertimpa reruntuhan dan terjebak. Apalagi dalam waktu yang lama. Sehingga kondisi itu merusak tubuh pasien. “Jika kena kepala bisa kena terjadi pendarahan. Untung saja kalian tidak terkena reruntuhan di kepala," jelas Dokter Tommy. Dokter itu juga menambahkan cedera di kepala karena benturan harus segera dibawa ke rumah sakit untuk diobservasi. Bisa jadi terjadi benturan keras lalu menyebabkan pendarahan di otak. Benturan di kepala wajib segera dibawa ke rumah sakit jika tidak segera dilakukan maka akan berakibat fatal. “Kalau kalian mengalami hal itu maka kalian harus segera dibawa ke rumah sakit ya karena nanti pasien menunjukan gejala harus di CT Scan, muntah, pasien cenderung tidur, tegang, sakit kepala hebat,” tutur Dokter Tommy * Seminggu berlalu, Vanesha masih berkutat dengan rekan lainnya di pengungsian pasca bencana alam gempa dan tsunami tersebut. "Selamat pagi!" sapa Vanesha pada Maria yang juga baru datang. "Pagi, Vanesha. Apa kau siap bekerja hari ini?" tanya Maria "Tentu saja. Mau tak mau kita harus siap bekerja di sini," ucap gadis itu penuh dengan keyakinan. Kedua kaki rampingnya melangkah menuju tenda-tenda berisi korban yang terluka. Namun, saat gadis itu hendak masuk ke sebuah tenda tempat obat-obatan, kedua kaki rampingnya mendadak terhenti. Dia tmerasa mendengar suara mendesah dari dalam. "Apa sudah bisa?" tanya seorang wanita dengan nada mendesah. "Tunggu sedikit lagi, sedikit lagi dia akan berdiri," sahut suara seorang pria yang Vanesha yakini kalau itu suara Dokter Tommy. "Tapi dia hanya berdiri sebentar, bagaimana sih?" keluh wanita itu. Vanesha melangkah lebih dalam dan menoleh ke arah meja di dalam tenda itu. Tiba-tiba, kedua matanya ternodai untuk pertama kali. Ia melihat pria itu sudah bertelanjang d**a dan hampir membuka celananya. Pria itu sedang mencumbu seorang wanita di atas sofa. Tubuh wanita dengan rambut pirang itu sudah polos di bagian atas. Wanita itu adalah Sandra. "Astaga! Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Vanesha dengan suara berseru. Gadis itu bahkan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dokter Tommy bangkit berdiri dan mengaitkan kancing celananya kembali. Ia melangkah menuju ke arah Vanesha. Sementara Sandra langsung memakai pakaiannya dengan segera. "Apa yang kau lakukan di sini?" Sandra ganti bertanya dengan raut wajah kesal pada Vanesha.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN