Bab 6 - First Kiss

1553 Kata
Vanesha yang memergoki hubungan antara Suster Sandra dan Dokter Tommy itu lantas menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Tubuh telanjang d**a dengan perut kotak-kotak terbentuk sempurna itu berhasil mengotori pandangan mata gadis itu. Ia sama sekali belum pernah melihat pria berpenampilan polos seperti itu. Gadis itu menunduk tak berani menatap. Dokter Tommy bangkit berdiri dan mengaitkan kancing celananya kembali. Ia melangkah menuju ke arah Vanesha. Sementara Sandra langsung memakai pakaiannya dengan segera. "Apa yang kau lakukan di sini?" Sandra ganti bertanya dengan raut wajah kesal pada Vanesha. "Ma-maafkan aku. Ini kan sudah jam setengah delapan, memang sih jam kerjaku itu jam delapan. Tetapi aku sengaja datang lebih cepat untuk bersih-bersih dan bersiap sebelum kalian para suster lainnya datang. Tapi, aku salah ternyata. Kalian malahan sudah asik di sini," ucap Vanesha. "Sandra, aku pergi saja. Sampai jumpa malam nanti," ucap Tommy. "Ya, sayang. Jangan lupa obat kuatmu," ucap Sandra memberikan kecupan di bibir dokter itu. Vanesha sampai menelisik lebih dalam ke arah wanita tersebut yang perlahan menghampirinya. Dia tak menyangka kalau Sandra merupakan wanita gampang yang dengan mudahnya berpindah dari lelaki satu ke lelaki lainnya. "Heh, gara-gara kau dia pergi! Asal kau tau ya gara-gara kau, aku tak jadi sukses membuktikannya!" bentak Sandra. "Membuktikan apa? Membuktikan kalau kau seorang wanita yang—" "Wanita yang apa katamu?" hardik Sandra saat Vanesha menghentikan ucapannya. "Aku melihatmu menawarkan diri pada Tae Min, lalu sekarang kau mau tidur dengan Dokter Tommy. Kau ini gampangan sekali," ucap Vanesha. “Kurang ajar kau! Apa kau mau menggantikan posisi ku tadi yanb tidur bersama pria lemah itu?" Sandra menunjuk sofa di ruangan tersebut. "Tidak, tidak, tidak, aku tak mau. Lebih baik dia untukmu saja," ucap Vanesha. Gadis itu segera keluar ruangan untuk membiarkan Sandra mengenakan pakaiannya kembali dengan lengkap. “Menyebalkan sekali wanita itu,” keluh Sandra seraya meninju telapak tangannya sendiri dengan geram. Sandra yang sudah rapi itu lalu membuka pintu tirai. Kehadirannya tak disadari keberadaanya oleh Vanesha yang masih menggerutu. Pria itu tepat berdiri di belakang tubuh gadis itu. “Kalau saja aku tak butuh uang untuk membiayai adik-adik di panti, mungkin aku tak akan merasa sial seperti ini. Aku juga tak mau bekerja dengan wanita berengsek ini, ihhhh dasar boneka barbie chucky!" ucap gadis itu masih menggerutu tanpa sadar kalau Sandra sudah berdiri di belakangnya. “Boneka barbie chucky? Siapa yang kau bilang boneka seperti itu?" seru Sandra membentak dan mengejutkan Vanesha. “Hah, apa yang kau lakukan di belakangku? Eh, maaf aku lupa kau seniorku di sini,” ucap Vanesha yang tadinya membentak jadi melunak nada suaranya. “Siapa yang kau bilang boneka barbie chucky itu?" tanya Sandra lagi yang makin penasaran seraya berkacak pinggang. "Hehehe, bukan apa-apa. Semalam aku melihat film boneka chucky yang menyebalkan," sahut Vanesha berbohong. "Huh!" Sandra yang pergi begitu saja sengaja menabrakkan bahunya ke bahu Vanesha. *** Vanesha mengunjungi Tae Min di rumah sakit. Di dalam ruang perawatan itu dia mengamati pria di hadapannya dengan saksama. Tubuh tinggi tegap dibalut dengan pakaian pasien rumah sakit bermotif garis vertikal yang senada dengan celana kulot yang dikenakan itu malah membuat pria itu terlihat sangat tampan. Pria itu benar-benar menggemaskan untuk dilihat. Dipandangnya sosok Tae Min dari ujung kaki sampai ujung rambut rambut sambil berdecak kagum di dalam hati. "Wah, dia tampan juga ya?" gumam gadis itu saat mendekatkan diri ke wajah Ta Min. “Kenapa melihatku seperti itu? Aku tampan, ya?” Sosok Tae Min tiba-tiba terbangun dan membuka kedua matanya. Gadis itu tersentak dari lamunannya dan tak sadar berkata, “iya.” “Hahaha … kau lucu sekali. Jangan lakukan hal itu pada pria manapun,” ucap Tae Min yang tak sengaja mengintip dua bukit kembar milik Vanesha dari belahan kaus V neck yang gadis itu kenakan saat gadis itu membungkuk menatapnya. Vanesha langsung tersadar dan menutupi bagian tubuh sensitifnya tersebut dari pandangan mata liar Tae Min. "Maaf, maafkan aku kalau membuatmu risih," ucap Tae Min. “Umm … tadi kau bilang jangan lakukan hal itu pada pria manapun, maksudnya?" tanya Vanesha. "Oh itu yang tadi kau lakukan. Mendekatkan wajahmu ke wajahku. Itu sudah membuat hatiku berdebar-debar. Pria manapun pasti akan merasa hal yang sama. Jika banyak pria yang merasakan hal yang sama, nanti akan sulit bagiku mendapatkan mu," ucap Tae Min menunjukkan senyum tampannya. Penuturan pria itu sontak saja membuat Vanesha bersemu dan melukiskan rona di pipinya. Gadis itu jadi sangat kikuk. "Ummm … karena kau sudah lebih baik, sebaiknya aku kembali ke tenda pengungsian saja. Besok aku akan pulang karena tugasku selesai. Situasi juga sudah mulai membaik," ucap Vanesha. Tiba-tiba, Tae Min menarik tangan Vanesha dan membawa gadis itu duduk di pangkuannya. "A-apa, apa yang ingin kau lakukan?" tanya Vanesha mulai kikuk dan salah tingkah. "Aku akan sangat merindukanmu, aku tak bisa menyembunyikan perasaan ini. Tapi, semenjak aku melihatmu pertama kali, aku merasa sudah jatuh cinta. Apa kau percaya pada jatuh cinta pada pandangan pertama?" tanya Tae Min yang sudah memeluk Vanesha. “Aku, aku tak tahu." Tak bisa dipungkiri lagi, ada rasa berdebar di hati gadis itu yang dia rasakan. Vanesha tak pernah merasakan cinta apalagi jatuh cinta pada lawan jenis. Rasa aneh yang menggelitik bagaikan ada kupu-kupu terbang di dalam dirinya itu makin menyeruak seiring dengan rasa gugup yang tak bisa lagi dia tutupi. “Apa kau mau menjadi kekasihku?" tanya Tae Min. Kedua mata mereka sudah saling beradu pandang. Wajah Tae Min mulai makin mendekat. Tangan kanan pria itu sudah menyentuh dagu Vanesha lalu membawanya menuju bibir kenyal nan seksi menggoda itu. Vanesha membiarkan bibir sensualnya itu dikecup oleh seorang pria untuk pertama kalinya. Lumatan demi lumatan saling berpagut memenuhi aura asmara di antara kedua insan yang dimabuk cinta itu. Semakin lama hawa panas mulai menyeruak seiring aliran panas yang mengalir di dalam darah Tae Min. Tanpa aba-aba lagi tangan kanannya mulai turun ke arah gundukan kembar milik Vanesha yang menyembul indah. Namun, saat hampir menyentuhnya, seorang suster datang ke dalam ruangan tersebut. "Tuan Kim Tae Min, Anda ha– rus. Maafkan saya, maaf saya tidak tahu sebelumnya," ucap suster itu yang tadinya mau memberikan obat dan meminta Tae Min untuk minum. Suster itu sebenarnya menyukai kehadiran Tae Min di rumah sakit itu. Namun, karena dia melihat Vanesha yang berciuman dengan pria tersebut, hatinya langsung kecewa. Dia meletakkan dua tablet obat dan satu kapsul obat ke atas meja kabinet di samping ranjang Tae Min. Vanesha yang tadinya masih melongo saat melihat suster tadi menjauh pergi langsung tersadar. "Astaga, apa yang aku lakukan ini memalukan," ucap Vanesha. "Apanya yang memalukan? Kau kan sudah menjadi kekasihku," ucap Tae Min. "Oh iya? Sejak kapan aku menerima mu menjadi kekasihku?" tanya Vanesha penuh dengan kerlingan mata yang menggoda. "Lho, memangnya kau menolakku? Tapi, barusan itu–" Tae Min terlihat bersungut-sungut kesal mengerucutkan bibirnya bagai anak kecil yang sedang merajuk. "Hahaha, kau lucu sekali ya. Mana mungkin aku membiarkanmu menciumku jika aku tak menyukaimu juga," ucap Vanesha. "Ahhhh, syukurlah. Aku pikir kau menolakku." "Sudah sudah, ini minum obatnya. Aku pikir suster tadi ingin meminta mu minum obat ini," ucap Vanesha. "Benar, aku memang selalu minum obat tiga macam yang seperti ini," ucap Tae Min. Vanesha membantu Tae Min untuk meminum obat dan mengambilkan air untuk pria itu. "Tae, apa aku boleh bertanya?" Vanesha menatap Tae Min lekat. "Aku seorang anak tunggal asal Korea Selatan, aku sengaja mengikuti wajib militer sekarang untuk menghindari perjodohan sampai aku dikirim ke sini. Nanti aku akan perkenalkan kau pada ayah dan ibuku," ucap Tae Min. "Sebenarnya, aku tak ingin menanyakan mengenai keluargaku hehehe. Tapi aku suka kau jujur padaku seperti itu. Hanya saja aku ingin bertanya mengenai penolakanmu terhadap Sandra. Kenapa kau menolak tubuh seindah miliknya?" tanya Vanesha. Tae Min yang sedang meminum air putih langsung tersedak kala mendengar penuturan gadis itu. "Eh, kau kenapa sampai tersedak seperti itu?" Vanesha langsung meraih gelas di tangan Tae Min dna menepuk punggungnya pelan dan berkali-kali. "Kau itu lucu," ucap Tae Min. "Kenapa lucu? Memangnya ada yang salah dengan pertanyaanku? Kan banyak pria mengejar Sandra yang cantik dan aduhai. Tapi, kau yang ditawarkan tubuhnya begitu saja malah menolak. Kau itu yang aneh." "Hahaha, oh soal itu. Kau melihatnya ya? Asal kau tau saja ya kalau aku memang tak menyukai Sandra. Lagipula aku sudah jatuh cinta pada wanita ini," ucap Tae Min meraih tangan Vanesha dan memberi kecupan di punggung tangan gadis itu. "Ah, kau ini!" "Aku tidak bohong loh. Lagipula aku yakin wanita spesial di hatiku ini tubuhnya lebih indah dan sempurna dari Sandra." Tae Min tampak sengaja menatap bagian tubuh sensitif milik Vanesha. "Heh, awas ya kau kalau berani macam-macam dengan ku!" bentak Vanesha. "Aku mau ke kamar mandi, tolong bantu aku!" pinta Tae Min. "Tapi, tapi, tapi masa aku harus menemani mu buang air kecil, sih?" Vanesha langsung malu membayangkan hal itu. "Hahaha, kau antar aku sampai ke depan pintu kamar mandi," ucap Tae Min. "Oh begitu." Vanesha langsung memapah tubuh Tae Min ke kamar mandi. Saat kembali ke samping ranjang Tae Min, ponsel pria itu mendadak berbunyi. "Tae, ada telepon!" seru Vanesha. "Angkat saja, Sayangku!" seru Tae Min dari dalam kamar mandi. "Apa-apaan itu masa sudah panggil-panggil aku sayang," gumam Vanesha yang menyentuh icon hijau bergambar gagang telepon. Di layar ponsel milik Tae Min tertera nama "Jaehyung My Bro" di layar ponselnya. "Halo!" Sapa Vanesha. "Halo, bukankah ini ponsel milik Tae Min? Kau tidak sedang mencuri ponsel miliknya, kan?" tanya pria bernama Jaehyung dari seberang sana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN