Beberapa hari sudah berlalu, Raja merasa lelah bolak balik antara kampus dan Rumah Sakit Darma Kasih untuk kuliah juga praktek residen.
Sore itu, Raja baru pulang kuliah, dia duduk sebentar di atas kasur dalam kamar kosnya.
"Panas banget," gumam Raja, matanya menatap kesal pada kipas angin dinding di atas kepalanya.
"Gue kangen kamar apartment gue yang ber-AC."
Kemudian Raja menatap pada jam tangan mahal di tangannya. Sudah menunjukkan pukul satu siang, masih ada waktu satu jam untuk dia pergi ke Rumah Sakit.
"Mana cewek bisu itu gak keliatan berapa hari lagi, gimana gue mau deketin dia dan buat dia ilfil sama gue, terus dia nolak sendiri perjodohan itu?"
Raja terus berpikir, hingga kemudian dia mendengar suara ketukan pintu. Pria itu memastikan kembali pendengarannya, benar, ada suara ketukan pintu.
"Hais, berisik, siapa sih?" gerutu Raja.
Tok tok...
Suara ketukan pintu masih terdengar. Pria itu segera bangkit dan menuju pintu lalu membukanya.
Namun, tidak ada siapapun di depan pintu kamarnya. "Eh, bukan pintu gue," gumam Raja.
Sampai kemudian, suara ketukan pintu kembali terdengar. Raja pun keluar dari kamarnya, dia maju sedikit ke depan, lalu menoleh ke arah samping yang terhalang pembatas unit satu dengan yang lainnya, rupanya pintu yang diketuk merupakan unit sebelahnya.
Kanaya, batin Raja saat melihat keberadaan gadis yang menjadi targetnya.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba, batin Raja kegirangan.
"Hai," ujar Raja.
Kanaya pun menoleh, gadis itu seketika membulatkan matanya. Dia terkejut dan sedikit panik, ia melihat ke kanan dan kirinya yang sepi.
"Gak usah takut, gue gak akan ngapa-ngapain lo, kok, tenang aja," ucap Raja berusaha menenangkan gadis bisu di depannya.
"Please, tenang aja, gue gak akan berani macam-macam lagi, kok sama lo," kata Raja.
Baru saja Kanaya ingin membuka mulutnya, Raja sudah lebih dulu bertanya.
"Lo bawa apa, baunya enak banget, tiba-tiba gue ngerasa laper aja," ujar Raja.
Kanaya menoleh pada rantang di tangannya, lalu dia melihat ke arah unit yang tadi ia ketuk.
"Oh, lo nganterin buat orang yang tinggal di unit ini ya?" tanya Raja, pria itu mengernyit dahinya. "Jadi, lo masih ngejar Andreas?" tanya pria itu.
Sial, ini cewek bego apa gimana, udah ditolak masih aja ngejer, batin Raja.
Kanaya menghela napasnya panjang, lalu dia menggelengkan kepalanya dan mengulurkan rantang yang ia bawa untuk pria di depannya.
Raja mengernyitkan dahinya. "Eh, buat gue?" tanya Raja dan Kanaya menganggukkan kepalanya.
"Oh, makasih," ucap Raja, ia menerima rantang dari tangan Kanaya. "Kebetulan banget, gue laper belum makan sejak kemarin pindah," ujar Raja.
Pria itu kemudian membuka rantang di tangannya. "Wah, nasi goreng," ujarnya. "Lo yang masak?"
Lagi-lagi saat Kanaya akan menjawab, Raja lebih dulu menyela. Sejujurnya, Raja mencoba untuk tidak membuat Kanaya menggunakan bahasa isyaratnya karena dia pasti tidak akan mengerti.
"By the way, ini tandanya lo udah maafin gue, kan?" tanya Raja.
Kanaya mengernyitkan dahinya, dia berpikir apa pria di depannya tulus meminta maaf atau tidak.
"Eh, sumpah, gue nyesel, maafin gue ya, gue kira lo sama kayak cewek lainnya, sorry," ucap Raja jujur.
Memang, Raja salah prediksi tentang Kanaya. Dia pikir, Kanaya akan mudah jatuh hati padanya dan pasrah seperti gadis lainnya, termasuk Puri, sahabat Kanaya.
"Lo mau kan maafin gue?" tanya Raja.
Kanaya diam, dia masih menimbang apa dia akan memaafkan Raja atau tidak, dia masih merasa marah dan benci setiap ingat apa yang sudah Raja lakukan padanya.
"Naya!" seru seseorang tiba-tiba dari seberang unit membuat Kanaya menoleh.
Kanaya kembali menoleh pada Raja, dia diam, tak berniat menjawab permintaan maaf Raja padanya, lalu tanpa mengatakan apapun, akhirnya Kanaya meninggalkan Raja.
"Eh, gue dimaafin nggak nih?" seru Raja. "Sial, dicuekin," gerutunya.
Sementara itu, di unit tempat tinggal Kanaya, seorang wanita bertanya pada Kanaya. "Dia siapa Nay?"
Kanaya kembali menatap ke arah Raja, lalu meminta temannya masuk ke dalam kamar.
"Nay, dia siapa, ganteng," ujar teman Kanaya.
'Namanya Raja,' jawab Kanaya dengan bahasa isyaratnya.
"Raja, Raja siapa?"
Kanaya diam, dia menatap pada Luna, sahabatnya selain Puri. 'Dokter Residen baru,'jawab gadis itu, jemarinya begitu piawai menggunakan bahasa isyarat.
"Oh, terus udah ketemu sama Mas Andreas?" tanya Luna.
Kanaya menggeleng lesu.
Arumi, sahabat Kanaya itu mengernyit. "Terus rantangnya mana, jangan bilang kamu kasih dokter baru itu tadi?" tanya Luna dan lagi-lagi, Kanaya mengangguk.
"Lah, katanya masakan pertama kamu khusus buat Mas Andreas, kok malah buat orang lain, sih Nay ...." Luna menggelengkan kepalanya sementara Kanaya, hanya memasang ekspresi sendu nan pasrah.
Dan di tempat lain, di kamarnya, Raja tengah mengaduk nasi goreng dalam rantang di depannya. Pria itu duduk, masih sambil memikirkan Kanaya.
"Dia polos banget sepertinya, udah ditolak, masih aja baik sama Andreas si b******k itu," gumam Raja.
Kemudian, pria itu menyendok nasi goreng di depannya, lalu memakannya. Namun, sesaat kemudian, Raja melepeh makanan di mulutnya.
"Wlek, buset, asin banget, ngebet kawin tuh cewek kayaknya."
Pada sore harinya setelah ashar, Raja sudah selesai mandi dan dia bersiap pergi ke Rumah Sakit.
Setelah berkali-kali Raja memindai penampilannya di depan cermin, pria itu merasa siap untuk misinya mendekati Kanaya dengan cara mengembalikan rantang dan tebar pesona.
Raja keluar dari kamarnya, pria itu memakai sepatunya.
"Ya, sabar nanti kalau sudah waktunya, Mas pasti lamar kamu."
Raja menoleh ke kamar sebelah saat mendengar suara seseorang. Pria itu penasaran, mengingat siapa pemilik kamar kos itu.
Siapa yang mau dilamar, Kanaya? batin Raja.
Tiba-tiba, pintu kamar sebelah dibuka dari dalam. Mata Raja langsung membulat saat melihat Andreas yang keluar dari kamar itu, takut ketahuan menguping, pria itu tersenyum pada Andreas.
"Ya sudah, Mas tutup telepon dulu, mau berangkat kerja," ucap Andreas sebelum mengakhiri panggilan teleponnya.
"Adikku," kata Andreas.
Raja hanya mengangguk, lalu berpura-pura merapikan penampilannya. Adik, kemarin Kanaya aja dianggap adik, sekarang adik mana yang dijanjikan dilamar, apa Kanaya? batinnya.
Andreas kemudian pergi meninggalkan Raja lebih dulu.
"Dasar playboy," gumam Raja.
"Gue juga playboy, tapi gak pernah gue manfaatin cewek buat nunjang hidup gue."
Raja menggeleng menatap kepergian Andreas. Namun, tiba-tiba pria itu berpikir, sekarang dia melihat hal yang sama dari diri Andreas ada padanya.
"Gak, gue kan gak berusaha membuat Kanaya mau menerima, dia harus nolak, gue terima perjodohan, tapi Kanaya harus nolak, dengan begitu, selesai!"
Menurut Raja, dia hanya perlu menunjukkan dirinya menuruti permintaan ayahnya, biar Kanaya yang menolak, jadi itu bukan salahnya.
Tapi, kasihan juga Kanaya kalau cuma dimanfaatin Andreas itu, gue harus cari tau, selain Kanaya, Andreas dekat sama cewek mana? batin Raja.