Bab 9

1081 Kata
"Hm, apa dia udah ke rumah sakit?" gumam pria itu. Raja masih berdiri di depan kamar kos Kanaya. Rencananya, hari ini Raja ingin mulai mendekati Kanaya dengan mengembalikan rantang, tetapi sepertinya gadis itu tidak ada di kos-kosannya. Sampai kemudian, seseorang menyapanya membuat Raja menoleh. "Hai ...," sapa seorang gadis yang memakai celana jeans dan juga hoodie berwarna hitam. Raja langsung merapikan jaket yang ia kenakan. "Lo teman Kanaya kemarin, bukan?" tanya Raja. Gadis di depannya menganggukan kepalanya, dia tersenyum dan langsung mengulurkan tangannya. "Gue Luna," ucap gadis itu. Raja tentu saja tersenyum ramah, pria itu menerima jabat tangan Luna lalu mengenalkan dirinya. "Gue Raja, Raja Dewantara," ucapnya. Luna menganggukkan kepalanya. "Salam kenal, lo cari Kanaya, ya?" tanya gadis itu. "Oh, iya," jawab Raja, kemudian dia menunjukkan rantang di tangannya. "Em, gue mau ngembaliin rantang ini." "Wah, jadi bener kemarin lo yang makan nasi goreng dari Kanaya?" tanya Arumi dan dengan terpaksa Raja menganggukkan kepalanya, meskipun sebenarnya nasi goreng itu ia bung kemarin karena sangat asin. "Oh, syukurlah," ucap Luna membuat Raja heran. "Apa, syukurlah?" tanya Raja. Luna menganggukkan kepalanya. "Iya, syukur lo masih hidup, enggak keracunan," jawabnya membuat Raja tidak mengerti. "Terus, gimana enak masakan Naya?" tanya Luna sekali lagi dan Raja pun berpikir jika dia mengatakan yang sebenarnya mungkin itu akan membuat dia kesulitan mendekati Kanaya besok. "Enak, enak banget kok," jawab Raja. Mata Luna langsung membulat, dia tidak percaya. "Beneran enak?" tanya gadis itu dan lagi-lagi Raja menganggukan kepalanya. "Oh ya, Kanaya mana?" tanya Raja. "Naya lagi pulang ke rumahnya, paling besok baru balik, dia kan nggak setiap hari jadi sukarelawan di Rumah Sakit," jawab Luna. "Oh begitu," ucap Raja, pria itu pun menghela napasnya panjang, rencananya hari ini gagal. "Oh ya udah, ini rantangya gue kembaliin dan sampaikan terima kasih sama dia, ya," ucap Raja, kemudian pria itu meninggalkan Luna begitu saja. Masuk ke dalam mobilnya, Raja berdecak kesal. "Sial, makin lama kalau gini, keburu pailit rekening gue," gerutunya. Hingga kemudian, Raja menerima satu pesan dari ayahnya. [Temui Papa besok malam, kamu ketemu dengan Kanaya dan orang tuanya.] Raja langsung menegakkan duduknya, mata pria itu membulat membaca pesan dari ayahnya. "A-apa ini, Papa langsung to the poin jodohin kami?" gumam Raja. [Jangan sampai gak datang, kesempatan bagus gak datang dua kali.] Raja pun penasaran, kenapa ayahnya tiba-tiba mau mempertemukan dia dan Kanaya? Padahal, Raja sudah meminta agar dia mendekati Kanaya secara alami dengan tujuan menumbuhkan rasa cinta di antara dia dan Kanaya meski itu hanya alasan Raja, tujuan sebenarnya adalah membuat Kanaya ilfil padanya lalu gadis itu menolak perjodohan. "Duh, kalau gini bisa gatot rencana gue." Dengan kesal Raja memukul kemudi di depannya. Akhirnya, Raja yang tidak bisa menolak rencana ayahnya itu, memutuskan mengiyakan permintaan ayahnya itu. Dia ingin melihat mau bagaimana perencanaan perjodohan itu. Pada besok malamnya, Raja pergi ke restoran yang dikatakan oleh ayahnya. Pria itu langsung memasuki sebuah ruangan VIP khusus pelanggan restoran yang sudah di-booking oleh Tuan Defano Pradipta. "Mana mereka, Pa?" tanya Raja, dia melirik kesal pada Seruni, ibu tirinya. "Masih di jalan," jawab Prabu. "Ngomong-ngomong, kenapa tiba-tiba ngajak ketemuan, Pa?" tanya Raja penasaran. Jangan bilang Kanaya menerima perjodohan itu, batin Raja cemas. "Lihat saja nanti," jawab Prabu. Raja pun berdecak kesal, dia benar-benar kesal, tak mau menunggu apalagi satu ruangan dengan Seruni, Raja pamit ke toilet. Raja memutuskan untuk keluar restoran, dia enggan berlama-lama menunggu. Biar saja, nanti dia akan masuk jika Kanaya dan orang tuanya sudah pasti datang. Keluar dari restoran, Raja segera bersembunyi saat melihat Kanaya dan kedua orang tuanya tampak sedang berdiskusi. Penasaran, pria itu mencari cara agar bisa menguping pembicaraan Kanaya dan kedua orang tuanya. "Pa, sebaiknya kita pikir ulang rencana itu, Pa," kata Kinanti. "Gak sayang, aku yakin ini cara terbaik untuk Kanaya bisa melupakan Andreas itu," ujar Defan. Di tempat persembunyiannya, Raja mengernyit dahinya mendengar nama Andreas disebut. "Tapi Mas, apa harus dengan Raja? Naya bilang, Raja itu playboy, mantan pacar Puri juga, pacarnya banyak," kata Kinanti lagi, dia sudah mendengar tentang Raja dari Puri juga Kanaya. "Halah, playboy itu bukan kejahatan, ceweknya kan mau-mau aja," ujar Defan. Kali ini Raja tersenyum lebar mendengar pendapat Defan, ayah Kanaya. "Mas ngomong gitu karena dulu Mas juga playboy, kan?" ujar Kinanti kesal. "Ya itu kan dulu, sekarang atau sejak bersama kamu kan aku tobat, setia sampai mati sama kamu," ujar Defan. Walah, ternyata mantan playboy Papa mertua, batin Raja, tetapi sesaat kemudian Raja menggeleng, tidak, dia tidak mau menikah dengan Kanaya, si gadis bisu itu. "Ayo, mereka udah nunggu," ajak Defan. Namun, lagi-lagi Kinan menahan tangan suaminya. "Mas tunggu Mas, jangan gegabah," ucap wanita itu. "Apalagi sih sayang?" tanya Defan. Kinan menatap sendu pada putrinya yang sejak tadi tampak murung. "Naya, bagaimanapun kan kita harus tanya betul-betul apakah Naya bersedia menikah dengan laki-laki itu, mereka kan tidak saling kenal sebelumnya, apalagi putri kita terlalu polos," ujarnya. "Bagaimana kalau nanti Naya disakiti oleh Raja? Andreas saja yang tampak baik di depan, bisa menyakiti putri kita, apalagi Raja ya terkenal Playboy dan cukup kasar, aku tidak rela." "Sabarlah, kita pasti akan mendapatkan jodoh terbaik untuk putri kita," bujuk Kinanti. Defan menghela napasnya panjang. "Sayang, harus berapa kali aku katakan, jangan menilai sesuatu hanya dari luarnya saja, mungkin Andreas terlihat baik, tapi nyatanya dia menyakiti putri kita," ujar Defan. Raja mengernyit dahinya mendengar apa yang baru saja ayahnya Kanaya katakan. Andreas, apa yang pria itu lakukan pada Kanaya? batin Raja. Atau, jangan-jangan Andreas punya wanita lain? Begitu pikir Raja. Tiba-tiba, Raja teringat dengan apa yang dia dengar kemarin saat Andreas menelpon seseorang. "Dan sekarang, di matamu mungkin Raja terlihat begitu banyak keburukan, tapi bisa saja kalau laki-laki itu sebenarnya adalah laki-laki yang baik," ujar Defan. "Sayang, aku kenal baik bagaimana Pak Prabu, aku juga yakin anaknya pun tidak jauh beda dengannya." Kinanti terdiam menatap keyakinan di mata suaminya, wanita itu lalu menatap pada putrinya dan mengusap bahu Kanaya dengan lembut. "Sayang, bagaimana ... kamu harus memberi jawaban sebelum kita melangkah lebih jauh lagi. Apakah kamu mau menerima perjodohan ini? Kamu menikah dengan Raja?" tanya Kinanti. Kanaya yang sejak tadi murung, langsung menatap pada ibunya. Dia masih diam dan memikirkan semuanya. Permintaan kedua orang tuanya, juga kenyataan tentang Andreas yang baru dia ketahui kemarin. "Bagaimana sayang?" tanya Defan. Di tempat persembunyiannya, Raja merasa berdebar-debar menanti jawaban dari Kanaya. "Ma-mau Pa." Mata Raja langsung membulat sempurna, pria itu langsung memastikan apa yang dia dengar, pria itu pun berdiri dari tempat persembunyiannya tadi dibalik sebuah pot bunga besar, dia ingin memastikan apakah benar yang dia dengar tadi adalah suara Kanaya. "Di, di-dia bisa ngomong?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN