Bab 13

1052 Kata
"Gak apa deh bisu, yang penting gue lepas perjaka," gumam Raja. Pria itu masih berdiri di depan cermin wastafel, ia memakai skin care miliknya, menurutnya dia harus tampil bersih dan wangi, itu yang dia inginkan sekarang agar memberi kesan baik untuk malam pertamanya. Setelah yakin dengan penampilannya, pria yang masih mengenakan handuk pada pinggangnya itu keluar dari kamar mandi, tak sabar rasanya untuk malam pertama dengan istrinya. "Yuhu sayang ...!" seru Raja, pria itu mengernyitkan dahinya saat tidak mendapati sang istri di kamarnya. "Ke mana dia?" gumam Raja, dia pikir tadi Kanaya sudah siap dengan gaun tidur yang dibalut kimono itu. Tak lama pintu kamar terbuka, Raja tersenyum menyambut istrinya masuk dalam kamar. "Dari mana Sayang?" tanya pria itu. Kanaya tidak menjawab, gadis itu bahkan melewati Raja begitu saja. "Duh, gue lupa kalau dia nggak bisa ngomong," gumam Raja. Kanaya duduk di sofa, Raja pun segera menghampiri istrinya itu, ia langsung memegang bahu Kanaya membuat gadis itu terkejut dan langsung menyingkirkan tangan suaminya itu. "Ish, biasa aja responnya," ucap Raja sedikit kesal, kemudian pria itu duduk di depan istrinya. Kanaya sedikit terkejut dengan posisi Raja, ia memalingkan wajahnya ke samping, pipinya merona karena sempat melihat sesuatu yang tak harusnya ia lihat, gadis itu kemudian mengambil bantal sofa dan melemparnya ke arah Raja tanpa menoleh pada pria itu. Raja mengernyitkan dahinya, pria itu pun kemudian paham apa maksud istrinya, Raja menahan tawanya. "Enggak perlu ah ditutup," ucap Raja membuat Kanaya kembali kesal, gadis itu langsung mengambil bantal lainnya dan melemparnya kembali pada Raja. "Iya iya, gue tutup," ucap Raja. "Lagian ngapain ditutup, nanti juga dibuka, lo pegang, lo—" Raja tak melanjutkan kata-katanya karena Kanaya bersiap melempar vas bunga di atas meja ke arahnya. "Sabar, gue cuma bercanda," ucap Raja. 'Galak juga nih cewek,' batinnya. Kemudian Raja segera merapatkan cara duduknya dan memangku bantal besar yang Kanaya berikan padanya. "Udah," ujarnya. Kanaya menghela napasnya, lalu ia meletakkan sesuatu yang ia bawa tadi di atas meja, selembar kertas, lalu menunjukannya pada Raja. Raja heran, ia penasaran lalu mengambil kertas itu. "Apa ini?" tanya Raja. Kanaya memberikan kode dengan lirikan matanya agar Raja membaca isi kertas itu. Raja yang penasaran segera membaca isi kertas itu. "Apa-apaan ini?" tanya Raja dengan nada protesnya. "Apa maksudnya, kontrak pernikahan?" tanya pria itu. Kanaya menganggukkan kepalanya, kemudian ia mengetik sesuatu di layar ponselnya yang sudah dikembalikan oleh Raja beberapa hari yang lalu. Katanya, [Aku tahu Mas Raja menikah denganku, agar Mas tetap mendapatkan fasilitas dari papanya Mas, kan?] Mata Raja langsung membulat setelah ia membaca pesan yang ditulis oleh Kanaya. Kanaya kembali mengetik sesuatu pada layar ponselnya lalu memberikannya kembali pada Raja. Raja membaca kembali apa yang istrinya tulis, katanya, [Enggak penting aku tahu dari mana, yang penting sekarang Mas Raja tanda tangani surat kontrak itu, atau aku adukan semuanya pada papaku.] Tentu saja Raja tidak terima, apa yang ia ekspektasikan tidak terjadi. 'Sial, dia pake ngancem lagi!' batin Raja menahan kesal. Namun, tentu pria itu gengsi bukan main. "Oke, lo kira gue suka rela nikah sama cewek bisu kayak lo, kalau bukan demi harta, ogah gue nikah sama cewek bisu kayak lo!" ujar Raja, dengan emosi dia menandatangani surat kontrak itu. Kanaya merasakan sesak didadanya, selama ini, disebut bisu selalu berhasil membuat hatinya teramat sakit, ia menjadi teringat dengan masa lalunya di mana dia selalu dibuli di sekolah. Andai dia bukan anak donatur, mungkin dia akan dapatkan perundungan yang lebih kejam lagi. "Nih udah!" ujar Raja kesal. Kanaya kembali mengetik sesuatu pada layar ponselnya. [Mas Raja gak baca dulu isi kontraknya?] Mendengar itu Raja mengernyitkan dahinya, lalu dia kembali mengambil kertas yang baru saja ditandatangani oleh Kanaya itu. Raja pun membaca isi surat kontrak itu. "Kontrak Pernikahan, kami, Raja Dewantara, sebagai pihak A dan Kanaya Defina Pradipta, sebagai pihak B, dengan ini sepakat untuk menjalani hubungan pernikahan kontraktual dengan syarat-syarat sebagai berikut," ucap Raja membaca surat kontrak itu. Raja melirik pada Kanaya sebelum kembali membaca surat kontrak itu. "Masa Kontrak satu tahun." "Satu tahun?" tanya Raja dan Kanaya menganggukan kepalanya. Kanaya kembali mengetik pada layar ponselnya dan menunjukkan pada suaminya. [Aku gak mau lama-lama, yang penting sementara Papa tenang, gak khawatir lagi sama aku.] Raja berdecak. "Siapa juga yang mau lama-lama," gerutunya. Raja kembali melanjutkan membaca isi surat kontrak di tangannya. "Kewajiban, pihak A dan pihak B, sepakat menjalankan peran sebagai pasangan suami istri yang harmonis di hadapan orang tua, menghormati privasi dan ruang pribadi masing-masing." Raja menghela napasnya, kembali dia melirik pada Kanaya yang terlihat begitu tenang. Kembali Raja membaca isi surat kontraknya. "Pihak A dan pihak B, tidak terlibat dalam hubungan romantis dengan orang lain selama masa kontrak dan tidak boleh meminta hak sebagai suami istri di atas ranjang." Membaca itu, mata Raja langsung membulat. "Gak, gue gak setuju poin ini," ujarnya dengan tegas. Kanaya menggeleng, lalu ia merebut kertas di tangan Raja dan menunjukkan tanda tangan mereka berdua, kemudian Kanaya pergi berlalu meninggalkan Raja keluar dari kamar. "Eh tunggu!" seru Raja, tetapi Kanaya sudah lebih dulu keluar dari kamar. "Ah sial!" umpat Raja menahan kesal. "Kenapa gak baca dulu sih tadi, bego gue, apes, gak boleh nyentuh dia, gak boleh punya cewek lain, apa-apaan, semua perjanjian nguntungin dia, ngrugiin gue!" Raja benar-benar kesal. Namun, sesaat kemudian pria itu berpikir. "Peraturan itu dibuat untuk dilanggar," gumamnya. 'Lihat saja nanti Naya, peraturan mana yang bakal gue langgar, enak aja gue doang yang rugi,' batin Raja. "Apalagi tadi, sepertinya nggak ada konsekuensi kalau surat kontrak itu dilanggar." Raja tersenyum menyeringai. "Ternyata, dia gak sepintar yang gue kira." Tak lama kemudian, setelah Raja selesai memakai piyama. Kanaya kembali ke kamar, gadis itu langsung mengeluarkan beberapa bed cover dan menatanya di atas lantai depan ranjang. "Buat apa?" tanya Raja. Kemudian Kanaya menggerakkan jemarinya, memberi tanda sesederhana mungkin agar Raja mengerti maksudnya. "Maksud lo, ini buat tidur gue?" tanya Raja dan Kanaya menganggukan kepalanya. "Gak, enak aja, gak ada sejarahnya seorang Raja tidur di lantai!" tegas Raja yang kemudian segera naik ke ranjang. Kanaya menggeleng, lalu dia naik ke ranjang dan berusaha mendorong tubuh Raja agar turun dari ranjangnya. "Ck, apaan sih," ujar protes Raja. "Gue nggak mau tidur di lantai!" tegasnya. Raja pun segera memejamkan matanya. Kanaya kesal, tubuhnya terlalu kecil, tidak kuat mendorong Raja turun dari ranjang. "Terserah lo mau tidur di sebelah gue atau lo yang tidur di ranjang, gue enggak peduli!" ujar Raja tanpa membuka matanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN