"Kamu yakin sayang?"
Kanaya yang sedang berdiri di depan cermin, terdiam, menatap pantulan dirinya di cermin. Dia terlihat begitu cantik nan anggun dengan kebaya pengantin berwarna putih dengan taburan berlian yang membuat kebaya itu terlihat mewah.
"I-i, insyaallah Ma," jawab Kanaya.
Kinanti menghampiri putrinya, lalu meminta gadis itu menatap padanya. "Dia playboy sayang, Mama sangat tahu bagaimana memiliki suami yang suka tebar pesona dan—"
"Nay, N-nay pa-pasti bisa, mmm, Ma," ucap Kanaya.
Kinanti menahan tangisnya, putri yang amat ia cintai, memutuskan untuk menikah setelah patah hati karena laki-laki lain.
"Ma, Ma-ma ttt-tenang aja," ucap Kanaya.
Kinanti menghela napasnya panjang. "Ya sudah, kita pilih kebaya ini, terus kita pulang."
Semalam saat makan malam, dua keluarga sudah sepakat untuk menikahkan Raja dan Kanaya secepatnya. Sejujurnya Kinanti masih bingung, kenapa suaminya begitu yakin dengan Raja dan begitu tidak menyukai Andreas, sampai Defan menyelidiki Andreas lalu menunjukkan siapa Andreas yang sebenarnya.
"Mau pulang?"
Kinanti dan Kanaya menoleh, Siena sang kakak ipar Kinanti, istri dari Raffa Pradipta datang menghampirinya.
"Iya Mbak," jawab Kinanti.
"Kamu cantik sekali sayang," puji Siena pada Kanaya dan gadis itu hanya tersenyum.
"Kebaya nya yang ini?" tanya Siena.
"Iya Mbak, cuma ini agak kepanjangan," kata Kinanti.
"Oke, nanti aku minta sesuaikan sama ukuran Naya, oh ya calonnya mana?" tanya Siena.
"Gak bisa nemenin, soalnya dia masih residen dan gak bisa izin mendadak katanya," jawab Kinanti.
"Wah, dokter residen ya, pasti sangat sibuk dia," ujar Siena.
Sementara itu di tempat lain, Raja tengah bertemu dengan Luki, sahabatnya.
"What, serius bro?" tanya Luki tak percaya saat mendengar cerita Raja jika sang Sahabat mau menikah minggu depan dan itu dengan seorang gadis tuna wicara.
"Serius lah, bokapnya konglomerat, keluarga dia punya power, bisa mati karir gue kalau nolak!" gerutu Raja.
Luki menggeleng. "Tapi congrats ya bro, semoga setelah nikah, lo tobat jadi playboy, apalagi lo bilang mau punya istri yang gak berkarir, ya cocoklah calon lo itu," ujarnya.
"Ya meski bisu." Luki kembali menahan tawanya.
"Gak, dia gak bisu," ujar Raja saat teringat dengan suara yang masih ia duga itu suara Kanaya.
Luki mengernyitkan dahinya. "Gimana sih, lo bilang tadi dia bisu?" tanya pria itu.
Raja berpikir, sesaat meyakinkan dugaannya sendiri, kemudian dia pun menceritakan itu pada Luki.
"Tapi ya itu, pas gue coba pancing-pancing dia ngomong, nggak ada dia ngomong, makanya gue masih penasaran, tapi gue yakin itu suara dia," ujar Raja.
"Wah gue juga ikut penasaran," ucap Luki.
"Ya udah lah, pokoknya cuma lo yang gue undang. Ingat, nggak usah sebar-sebar tentang pernikahan gue ke siapa pun!" kata Raja dengan tegas.
"Iya siap," jawab Luki.
Raja dan Kanaya sepakat untuk melangsungkan pernikahan secara sederhana, hanya dihadiri oleh keluarga mereka saja. Raja tentu setuju dengan permintaan Kanaya, dia pun malu jika diketahui oleh teman-temannya menikah dengan seorang gadis tuna wicara, sedangkan alasan Kanaya, entah Raja tidak pikirkan hal itu, tidak penting baginya.
Setelah bertemu dengan Luki di cafe milik sahabatnya itu, Raja langsung menuju Rumah Sakit Darma Kasih tempat ia praktek residen, harusnya hari ini dia menemani Kanaya untuk fitting gaun pengantin, tetapi dia tidak mendapat izin dari rumah sakit.
Sebelum ke Rumah Sakit, Raja pergi ke kosannya untuk mengambil alat medisnya. Tiba-tiba di sana, dia mendengar pertengkaran dari kamar sebelah.
"Kamu itu bodoh!"
Raja yang tengah melepas sepatu, terdiam, dia memastikan apa yang baru saja ia dengar.
"Aku Mas, Mas selingkuh sama dia, kalau gak ada yang kasih tau aku, aku gak akan tau Mas gimana di Jakarta."
"Astaga Ranti, gara-gara kamu ngelabrak Kanaya, beasiswaku bisa dicabut, mau pakai apa aku kuliah spesialis, hah? Berhenti juga gak mungkin sudah setengah jalan, apa susahnya kamu konfirmasi dulu sama aku, aku cuma minta kamu tunggu 2 tahun lagi."
Raja mengangguk mengerti. 'Jadi, Naya dilabrak sama ceweknya Andreas,' batin Raja.
'Kasihan juga dia, padahal cintanya sama Andreas digantung, dia dimanfaatkan, malah dilabrak.' Raja menggeleng, dia tiba-tiba merasa iba pada Kanaya.
***
"Saya terima nikah dan kawinnya Kanaya Defina Pradipta binti Kinanti, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"Bagaimana para saksi, sah?"
"Sah."
"Alhamdulillah."
Raja menghela napasnya panjang, lega rasanya setelah selesai mengucap akad yang dia hapal secara dadakan tadi.
Semalam, dia diminta menghapal kalimat akad yang harus dia ucapkan, tapi dia memilih tidur sampai pagi.
"Selamat bro, udah jadi suami sekarang," ucap Luki di dekat telinga sang sahabat.
"Heh." Hanya itu respon Raja.
"Tapi kenapa kok istri lo bintinya nama ibunya, bukan bapaknya?" tanya Luki penasaran.
Raja pun mendekati telinga sahabatnya. "Anak lahir di luar pernikahan," jawabnya.
"Oooo ...," sahut Luki. 'Duh, anak gue nanti gitu juga x ya?' batinnya.
"Nah itu pengantinnya."
Raja menoleh ke arah Kanaya keluar bersama ibunya. Pria itu terdiam menatap kagum pada kecantikan sang istri dalam balutan kebaya pengantin.
'Dia cantik sekali,' batin Raja.
"Bro, istri lo cantik banget, cewek lo yang selusin itu gak ada apa-apanya," bisik Luki.
Raja tak menjawab karena Kanaya sudah duduk di sebelahnya. Pria itu terus menatap lekat pada Kanaya.
"Mas Raja, Mas," ucap penghulu.
"Bro," ucap Luki, dia tak enak pada penghulu karena Raja tak mendengar panggilan penghulu.
"Astaga, Raja," tegas Luki sambil menepuk bahu sahabatnya.
"Eh, apa?" tanya Raja.
"Itu, dipanggil penghulu," ujar Luki.
"Hahaha ...." Tawa orang-orang pun langsung terdengar.
"Sabar Mas Raja, istrimu memang cantik, tapi selesaikan dulu prosedurnya, baru puasin mandang istri," ujar Penghulu.
"Ah, itu, em ...." Raja mengusap pelipisnya, malu rasanya.
Begitu juga dengan Kanaya, dia menunduk malu.
Kemudian, acara dilanjutkan dengan penandatanganan berkas. Setelahnya, Kanaya dipersilakan untuk menyalami tangan suaminya, begitupun dengan Raja diperbolehkan mencium kening sang istri.
Namun, tiba-tiba Kanaya mundur saat Raja hendak mencium bibirnya.
"Keningnya Mas Raja," tegur Luki.
"Oh, i-iya," ucap Raja, dia menghela napasnya panjang, tadi dia hanya mendengar disuruh mencium, ya dia langsung menuju bibir, begitu pikirnya.
Raja kembali menghela napasnya, rasanya berdebar tak karuan jantungnya. Kemudian, pria itu akhirnya mengecup kening istrinya.
"Kenapa bro, gugup?" bisik Luki.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sungkem pada orang tua, lalu menyambut tamu.
"Nyokap lo mana?" tanya Luki.
"Gak tau, udah diundang padahal," jawab Raja.
Luki memaksakan senyumnya lalu menepuk bahu sahabatnya itu. "Sabar ya bro," ucapnya.
Kanaya mendengar bisikan Luki pada Raja, gadis itu mengernyit, dia sama sekali belum tahu apapun tentang suaminya.
'Apa Mas Raja ada masalah sama ibunya, ya?' batin Kanaya.