Malam Kedua.

1997 Kata
Hasrat Kendra sudah benar-benar menggebu dan berada di puncaknya. Maklum, Kendra sudah menduda lebih dari sepuluh tahun dan selama sepuluh tahun itu pula dia tidak pernah sekalipun berniat untuk melakukan itu meskipun dia bisa saja melakukannya dengan wanita - wanita yang kerap kali menggodanya bahkan tidak sedikit di antara mereka dengan terang-terangan menawarkan tubuhnya untuk di sentuh oleh Kendra, tapi naas Kendra tidak bereaksi sedikitpun. Hasrat Kendra seolah ikut mati bersama jasad istrinya kala itu, bahkan satu bulan sejak istrinya meninggal, kedua orang tua istrinya langsung menawarkan Nena untuk menjadi ibu pengganti bagi Tasya, dalam arti kata kedua mertuanya menginginkan Nena untuk naik ranjang mengantikan posisi saudarinya, tapi Kendra dengan tegas mengatakan tidak. Tidak bisa melakukan itu dan sejak hari itu dia benar-benar menutup hatinya dan fokus pada putri semata wayangnya terlebih lagi Kendra masih merasa bersalah dengan apa yang sudah menimpa sang istri. Jika saja hari itu dia menuruti ucapan istrinya untuk tidak pergi ke pabrik itu, dan meninggalkan wanita yang baru seminggu melahirkan putrinya untuk melihat kebakaran di gudang pabrik miliknya , mungkin saat ini mereka masih bersama, tapi karena rasa khawatir jika kebakaran itu akan merenggut banyak nyawa, akhirnya pagi itu, saat hari masih sangat pagi Kendra memutuskan untuk pergi melihat lokasi kebakaran itu. Sialnya, saat di perjalanan, Kendra nyaris kecelakaan karena jalanan licin karena kerikil dan pasir yang tertumpuk di beberapa titik di pinggir jalan karena jalur yang akan dia lewati sedang dalam proses perbaikan. Namun meski begitu Kendra tetap melanjutkan perjalanannya untuk sampai di lokasi kebakaran, dan memastikan tidak ada korban jiwa dari inside itu. Kebakaran itu memang tidak merenggut nyawa buruh atau karyawan pabrik, karena kebakaran itu terjadi saat tengah malam, hanya saja delapan dari dua belas penjaga keamanan yang malam itu berjaga justru menjadi korban kebakaran itu meskipun tidak sampai merenggut nyawa mereka. Iya. Kebakaran itu memang tidak memakan korban nyawa, akan tetapi di rumah Kendra, istri Kendra yang justru mengalami kecelakaan karena tergelincir di tangga ter atas rumahnya yang mengakibatkan kematian. Denisia memang tidak meninggal detik itu juga, dia sempat di rawat tiga hari di rumah sakit sebelum akhirnya dia benar-benar tidak bisa di selamatkan lagi kerena pendarahan hebat di lubang hidung, telinga dan retakan di kepala belakangnya juga menjadi pemicu wanita itu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Rasa bersalah semakin kentara Kendra rasakan saat Minggu pertama dan kedua putrinya mulai sulit di tenangkan, karena pada hakikatnya, bayi merah itu memang sedang sangat butuh dekapan seorang ibu, maka dengan alasan itulah keluarga pihak istrinya menginginkan Nena naik ranjang. Rasa rindu sudah pasti ada, hanya saja dia tidak menuruti kehendak birahinya, dia tetap memegang teguh kata yang pernah dia ucapkan jika dia tidak akan pernah menggantikan wanita itu dengan wanita lain di hatinya. Namun bukankah semua memang permainan takdir, dan kita sama-sama tidak bisa melawan apa yang memang sudah di takdirkan untuk kita, karena sekuat apapun kau ingin melawan atau menolak apa yang memang sudah di gariskan untukmu, dan sekeras apapun kau ingin berlari darinya, takdir akan selalu punya cara untuk sampai padamu. Sama seperti cara Clarissa sampai pada Kendra. Kendra yang awalnya mati-matian ingin menutup diri dari yang namanya wanita dan pernikahan, nyatanya takdir Clarissa tetap menemukan jalan untuk sampai pada Kendra meskipun itu artinya dia harus melewati drama kehilangan yang begitu menyakitkan. Hasrat. Setiap orang punya Hasrat, dan hasrat itu akan keluar dengan begitu natural hanya saat kau benar-benar menemukan jika hatimu terpaut padanya, lantas apakah hal ini sudah bisa membuktikan jika hati Kendra memang sudah terpaut pada Clarissa. Wanita labil yang sialnya adalah putri dari sahabat kentalnya, wanita yang juga sudah dia anggap sebagai putrinya , tapi kali ini wanita itu pula yang Kendra inginkan untuk menenangkan gejolak indah yang senantiasa mekar dan berbunga tanpa melewati proses drama jatuh cinta dan cintanya jatuh dengan instan pada sosok cantik dan lembut itu. "Aku menginginkan mu Clarissa. Aku menginginkan mu!" Bisik Kendra saat air shower masih mengucur di atas kepalanya. "Tapi Om,,," Clarissa ingin menolak tapi Kendra sudah lebih dulu meraih bibir Clarissa untuk dia lumat dan membujuk tubuh itu untuk menuntaskan gairah dalam tubuh Kendra yang sedang sangat panas meskipun saat ini , tubuh itu masih basah karena guyuran air shower sebelumnya. "Jika kemarin kau terus menuntut malam pertama, maka jangan salahkan aku jika sekarang aku justru akan menginginkan malam-malam lanjutnya, karena begitulah naluri seorang laki-laki, Clarissa!" Balas Kendra tepat di depan bibir Clarissa yang basah dan kali ini Clarissa benar-benar tidak bisa berkata apa-apa selain menerima apa yang ingin Kendra lakukan pada tubuhnya. Kendra menunduk sejenak, lalu meraih bibir basah Clarissa untuk dia beri ciuman lebih, melumatnya dengan begitu lembut dan panas yang bercampur menjadi satu dalam satu kata 'NIKMAT'. Kendra memeluk pinggang Clarissa dengan sebelah tangannya, sementara tangan satunya lagi menahan dagu Clarissa untuk tetap mendongak ke arahnya agar ciuman mereka semakin dalam dan nikmat. Tangan Clarissa berada di depan d**a Kendra . Membuat penyekat agar kulit d**a mereka tidak menempel sempurna meskipun Clarissa merasa milik Kendra sudah menggoda perut dan pusarnya. Tidak ada permainan sepihak. Dalam artian di sini bukan hanya Kendra yang aktif bergerak dan menuntaskan rasa inginnya, tapi Clarissa juga. Dia membalas ciuman Kendra dengan begitu lembut, meskipun dia masih saja merasa canggung, tapi perlahan kecanggungan itu pun mulai melebur karena rasa yang begitu kuat. Rasa yang selama ini Clarissa yakin jika itu cinta. Tangan Kendra yang sebelumnya memeluk pinggang Clarissa kini sudah mulai bergerak membelai b****g lalu ke paha dalam Clarissa , dan perlahan mengangkat sebelah paha Clarissa untuk lebih merapat ke sisi pahanya, bahkan Kendra juga sedikit menekuk pahanya untuk menopang paha Clarissa agar tubuh mereka semakin intim. Ciuman mereka semakin dalam dan semakin nikmat. Clarissa yang memang dari awal begitu mendambakan Kendra tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan apapun untuk bisa menyatu dengan Kendra meskipun rasa sakit pada daging diantara pahanya masih cukup kentara dia rasakan, akan tetapi Clarissa tidak ingin menjadikan itu sebagai satu alasan untuk menolak keinginan Kendra yang sedang begitu haus untuk tenggelam dan dibungkus dengan kehangatan yang sejati. Kendra masih melumat lembut belah bibir atas dan bawah Clarissa secara bergantian dan Clarisa juga melakukan hal yang sama dengan bibir Kendra, bahkan tangan Clarissa tidak hanya diam di d**a Kendra. Tangan itu juga turut aktif membelai dan menyapu seluruh kulit d**a perut dan punggung Kendra seolah cara itu bisa memberikan rangsangan lebih agar Kendra mau melakukan sesuatu yang lebih dengan apa yang dia lakukan saat ini karena ternyata Clarissa juga menginginkan Kendra secara utuh untuk tenggelam dan mencari kenikmatannya sendiri dalam tubuhnya. Kendra mengigit lembut belah bibir Clarissa hingga Clarissa sedikit meringis, dan reaksi itu juga turut membuat bibir Clarissa terbuka hingga Kendra memiliki akses untuk menyelusup kan lidahnya ke dalam rongga mulut Clarissa dan mengecap rasa lembut juga manis di dalam sana. Clarissa langsung melotot saat merasakan lidah Kendra masuk ke dalam mulutnya, menggoda rongga mulutnya dengan rasa manis dan lembut yang begitu nyata. Clarissa menarik wajahnya dengan sedikit mendorong d**a Kendra agar ciuman mereka terlepas, dan Kendra menatap sendu mata Clarissa yang tengah menatap matanya, seolah ingin mengatakan sesuatu. "Kenapa?" Bisik Kendra saat kembali menarik ujung dagu Clarissa untuk menghadapnya, lalu mengusap belah bibir basah itu dengan ibu jari tangan kanannya. Clarissa langsung menggeleng dengan sangat pelan. Tatapannya masih beradu dengan tatapan tajam dari sorot mata sendu Kendra. "Apa kau tidak menyukai cara ku menciummu?" Tanya Kendra lagi dan untuk yang kesekian kalinya Clarissa justru menggeleng dengan sangat lembut. "Tidak." Jawab Clarissa lembut. "Caca menyukainya, Om. Hanya saja Caca,,,!" Clarissa tidak melanjutkan ucapannya karena ternyata dia tiba-tiba merasa malu saat harus mengutarakan apa yang saat ini dia rasakan juga pikirkan. Kendra tidak menunggu penjelasan apapun dari Clarissa, selama Clarissa mengatakan yang baik, dalam artian Clarissa tidak merasakan sesuatu yang tidak enak ketika dia melakukan sesuatu padanya, maka Kendra akan tetap melakukannya lagi dan lagi sampai dia benar-benar merasakan rasa lega dalam tubuhnya. Kendra kembali meraih bibir Clarissa untuk memberikannya ciuman lebih dari yang sebelumnya dan kali ini, tangan Clarissa yang sebelumnya berada di d**a Kendra, kini dia kalungkan di leher dan punggung Kendra dan Clarissa berjinjit setinggi yang dia bisa untuk menyamai tinggi Kendra, meskipun itu juga percuma Clarissa lakukan karena Kendra memang terlalu tinggi dari ukuran tubuhnya. Menyadari usaha Clarissa yang berjinjit, Kendra lantas menarik pinggang Clarissa agar semakin tinggi, membawanya keluar dari bilik shower itu lalu mendudukkan tubuh kecil Clarissa di atas meja wastafel kamar mandi tanpa melepaskan tautan bibir mereka. Tangan Kendra kini terbebas dan tangan itu kini mulai menjamah buah d**a dan membelai lembut kulit paha Clarissa untuk menciptakan rangsangan yang begitu memabukkan di area seputar kewanitaan Clarissa, menyisir rambut halus dan tipis itu untuk membuat sentuhan dan gerakan sexi untuk membangkitkan gairah bercinta Clarissa. Basah. Milik Clarissa sudah terasa basah. Bukan basah karena air yang sebelumnya mengguyur tubuh Clarissa , akan tetapi basah karena cairan berlendir yang secara alami keluar karena merasa b*******h, dan ini yang disebut rasa ingin untuk segera ditenggelami. (Sange.) Iya, Clarissa sudah sangat basah di bawah sana dan Kendra mulai mendekatkan ujung kepala miliknya untuk menularkan rasa basah itu di ujung kepala miliknya agar dia lebih mudah tenggelam saat dia dorong dengan tekanan lembut dan penuh rasa ingin. Kendra menggigit bibir Clarissa, untuk meredam rasa sakit yang mungkin saja akan kembali Clarissa rasakan saat dia kembali menerobos masuk ke dalam tubuhnya, dan benar saja saat Kendra mencoba memasuki liang surgawi Clarissa, Clarissa semakin menggigit belah bibir Kendra, dan secara tidak langsung itu sudah menjadi isyarat jika saat ini Clarissa sedang menahan rasa sakit karena pemaksaannya. "Om,,,!" Rintih Clarissa dengan sangat lirih saat Kendra mengurai ciumannya. Kendra mengangguk sambil menatap manik mata Clarissa yang terlihat sayu, bahkan kini terlihat sudah berembun, kemudian membelai ujung kepala Clarissa hingga ke ujung rambutnya lalu mendaratkan ciuman yang cukup dalam di kening wanita muda itu. "Tenanglah. Rasa sakitnya memang akan tetap terasa, akan tetapi kali ini tidak akan sesakit kemarin." Bisik Kendra tepat di ujung kepala Clarissa dan Clarissa perlahan mengangguk, dan Kendra semakin memaksa miliknya untuk benar-benar tenggelam lebih dalam dan lebih dalam lagi hingga tubuh Clarissa terasa menggeliat saat menerima tubuhnya yang begitu keras. "Om,,,!" Clarissa merintih pedih tapi Kendra justru kembali mendaratkan kecupan yang jauh lebih lembut untuk menenangkan wanita itu karena saat ini Kendra sudah tidak bisa menghentikan rasa inginnya, atau dia harus menahan rasa sakit itu semalaman penuh. "Aku akan melakukannya dengan sangat pelan, Sayang. Sangat pelan. Bahkan saking pelan-nya, kau tidak akan merasakan rasa sakit itu dan hanya akan merasakan rasa nikmat!" Balas Kendra sedikit membual. Bagaimana mungkin Clarissa bisa merasakan rasa nikmat saat ini, karena begitu ujung kepala milik Kendra masuk ke dalam tubuhnya, Clarissa sudah merasakan rasa sakit juga pedih yang begitu menyiksa. Rasa sakit seperti tertikam atau ditusuk benda padat yang begitu tajam akan tetapi tidak melukainya sampai berdarah-darah. Tidak. Sepertinya kenikmatan itu hanya akan dirasakan oleh Kendra seorang, sementara Clarissa hanya akan menerima rasa lega karena pada akhirnya dia benar-benar bisa melakukan tugas utamanya sebagai seorang istri dari laki-laki yang sudah sangat lama dia dambakan, Kendra Wilkinson. Meski begitu Clarissa tetap mengangguk sambil menggigit belah bibir bawahnya sendiri dengan kedua tangan yang juga mencengkram kuat punggung Kendra dan barulah Kendra mulai berani bergerak lembut dan dengan sangat hati-hati. Clarissa masih menggigit belah bibirnya sendiri, menahan gerakan Kendra di inti tubuhnya, dan sialnya dia tetap saja merasa sakit yang luar biasa di sana, akan tetapi dia seolah tidak mau menghentikan Kendra saat harus keluar masuk dalam tubuhnya, bahkan Clarissa memberanikan diri untuk melihat milik Kendra saat keluar masuk dalam liang surgawi miliknya yang begitu sempit. "Eehm,,, ouh,,," Kendra benar-benar tidak bisa untuk tidak mengeluarkan suara karena rasa nikmat yang sedang di tukarkan organ vitalnya sampai ke syaraf motoriknya. Rasa nikmat itu semakin bertambah luar biasa saat Clarissa justru bergerak tidak teratur karena menahan rasa sakit di selangkangannya. "Oom,,, sakit,,,!" Rintihnya lagi tapi Kendra seolah buta mata, dan menulikan telinganya dengan segala keluhan Clarissa. Dia tetap bergerak teratur di lubang itu untuk mencari kenikmatannya sendiri. "Ouh,,, ouhh,,, ouh,, eeehm, Clarissa!" Rintih Kendra dengan suara terbata bata, menikmati rasa nikmat yang sungguh tidak bisa author jabarkan lewat kata-kata, 'karena sumpah gue belum pernah ngerasain. Gkgkgk.'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN