Mari Bercinta

2142 Kata
Tak kenal maka tak sayang, kalo udah kenal pasti kau sayang, dan kalo udah sayang pasti kau tidak akan tega menyakitinya, tapi sepertinya itu tidak berlaku untuk Kendra, karena Kendra justru ingin menyakiti Clarissa untuk yang kedua kalinya, menyakit versi lain, di mana di balik rasa sakit itu ada rasa nikmat yang luar biasa. "Tapi,,, milikku udah tegang di sana, Clarissa. Coba saja sentuh!" Ucap Kendra lagi dan baru setelah itu Clarissa menatap mata Kendra lalu beralih menatap ke arah celana Kendra, dan setelahnya Clarissa justru bergidik ngeri. "Nggak Om. Caca masih sakit. Lain kali aja ya, Om." Tolak Clarissa saat bangkit dari pangkuan Kendra tapi kali ini Kendra justru menahan pinggang Clarissa untuk tetap di sana. "Jangan bilang kau kapok, lalu nyesel?" Tantang Kendra lagi dan Clarissa langsung menggeleng. "Enggak Om, Caca gak kapok, apalagi nyesel, tapi emang Caca masih sakit aja." Jawab Clarissa tapi Kendra justru menumpukan wajahnya di bahu Clarissa kemudian melirik jam di pergelangan lengan kirinya dan ternyata jam sudah menunjukkan angka empat sore. "Payah kau, Cha. Kemarin aja ngebet pen malam pertama, giliran aku kasih malam kedua malah gak mau, padahal malam kedua, ketiga dan seterusnya bakal lebih enak dan nikmat dari pada malam pertama , karena setelahnya kau akan terbiasa." Ucap Kendra dan Clarissa hanya menatap mata Kendra yang masih bersandar di bahunya. "Tapi ya sudahlah. Terserah kau saja!" Ucap Kendra saat menarik wajahnya di bahu Clarissa lalu membantu Clarissa untuk bangkit dari atas pangkuannya. "Apa Om, marah?" Clarissa menatap ekspresi wajah kecewa Kendra saat dia menolaknya tadi , tapi Kendra hanya mengedik kan bahunya. "Enggak." Jawab Kendra sambil mendongakkan ke arah Clarissa yang sudah berdiri di depannya. "Ck. Tapi air muka Om seperti orang ngambek!" Seru Clarissa tapi Kendra justru kembali menghela nafas. "Enggak, Clarissa. Aku gak ngambek. Apa kau pikir aku sama kek kamu, dikit-dikit ngambek." Sarkas Kendra. "Dasar,,,!" Sambung Kendra dan Clarissa justru menghentakkan kakinya saat merasa di ejek oleh laki-laki dewasa yang semalam menaungi dan tenggelam dalam tubuhnya. "Om. Emang kapan Caca dikit-dikit ngambek?" Kesal Clarissa dan Kendra langsung bangkit dari duduknya setelah menutup dan memasukkan laptopnya. "Idih, gak nyadar!" Seru Kendra tanpa melihat ekspresi Clarissa yang sudah menekuk wajahnya karena kesal, lalu kembali memakai jasnya dan bergegas keluar dari dalam ruangan itu untuk segera kembali ke rumah. Namun baru saja Kendra akan membuka pintu, keterdiaman Clarissa justru mengalihkan perhatiannya. Kendra menoleh ke arah di mana sebelumnya Clarissa berdiri, dan ternyata wanita labil itu masih di sana sambil bersidekap d**a dan wajah yang di tekuk, cemberut. Kendra mengerutkan alisnya, bingung dengan apa yang terjadi pada wanitanya. "Kenapa kau diam di sana. Apa kau tidak ingin pulang?" Tanya Kendra. "Caca gak mau pulang sama Om. Om jahat, dan suka ngambek." Tolak Clarissa dan sedetik berikutnya Clarissa justru kembali duduk di kursi meja kerja ayahnya, kemudian berputar membelakangi Kendra yang sedang menunggunya di ambang pintu. "Serius?" Tanya Kendra tapi Clarissa tetap tidak bergeming dari duduknya. Dia ingin menguji seberapa perduli Kendra padanya? Apakah Kendra akan kembali dan membujuknya untuk pulang? Karena jika iya, artinya Kendra benar-benar sayang padanya. Jalan pikiran Clarissa dan Kendra tentu saja berbeda. Clarissa masih sangat labil dan tidak bisa berpikir rasional saat akan bertindak, dia selalu mengikuti apa yang menurutnya benar, meskipun kenyataannya tidak selalu seperti itu, sementara Kendra, tentu saja kebalikannya. Dia laki-laki dewasa , dan cara berpikirnya pun jauh lebih mateng dan rasional, hanya saja di satu situasi, Kendra kadang akan ikut labil bin resek, terutama jika sudah mulai di buat pusing oleh Clarissa. "Iya. Caca gak mau pulang sama Om. Caca pulangnya sama Tante Retno aja, atau nanti Caca naik taksi aja!" Jawabnya ketus dan Kendra langsung menghela nafas dalam diam, kemudian mengeluarkan ponsel dalam saku celana bahannya, kemudian menempelkan ponselnya di sisi telinga, seolah dia sedang melakukan panggilan telpon. "Iya hallo!" Ucap Kendra pura-pura lalu terdiam sejenak seolah menunggu lawan bicaranya yang sedang berbicara di seberang telepon. "Oke Sayang. Kita ketemu di club' biasa. Aku juga sangat merindukanmu." Ucap Kendra masih pura-pura, padahal dia hanya berbicara seorang diri, dan Clarissa langsung memutar kursinya untuk melihat Kendra yang tengah berbicara di sana. Kembali memberi tatapan intimidasi pada laki-laki itu , dan kali ini rasa kesalnya bertambah empat kali lipat saat mendengar Kendra memanggil seseorang dengan panggilan sayang, karena Clarissa yakin jika itu bukanlah Tasya, karena jika itu Tasya, mana mungkin mereka akan bertemu di club'. "Enggak dong. Aku free. Lagian di rumah membosankan." Ucapnya lagi tapi kali ini Kendra berucap sambil menatap ke arah Clarissa yang masih terlihat kesal, dan kali ini Clarissa juga sudah bangkit dari duduknya, berdiri menatap Kendra yang senang menghubungi seseorang. "Iya Sayang. I Miss you so much. Wait . Aku ke tempat mu sekarang!" Ucapnya sambil melambaikan tangannya pada Clarissa, dengan ponsel yang juga masih menempel di telinganya seolah-olah dia memang sedang melakukan panggilan telepon dengan seorang wanita yang mungkin saja sedang menunggunya di club'. "Om." Teriak Clarissa kesal dan langsung mengikuti langkah Kendra yang sudah meninggalkan pintu itu untuk menuju lift yang akan membawa mereka ke lobi kantor. "Oom,,," kesal Clarissa yang langsung berjinjit meraih ponsel Kendra yang masih dia tempel di sebelah telinganya, tapi Kendra lebih dulu mengangkat ponsel itu setinggi lengannya agar Clarissa tidak bisa menjangkaunya. "Oom apa apaan sih? Om mau kemana? Sama siapa Om menelpon tadi? Apa Om punya wanita lain? Apa Om mau selingkuh dari Caca? Apa Om,,,!" "Hust. Itu bukan urusan mu, Clarissa. Lagian bukankah tadi kau bilang gak mau pulang sama aku, dan pilih pulang naik taksi? Ya sudah sih. Gak apa-apa. Jadi aku bisa,,, aahhkk!" Teriak Kendra saat tiba-tiba Clarissa justru menggigit lengan yang sebelahnya. Tangan yang dia gunakan menenteng tas laptopnya, dan sedetik berikutnya Clarissa bisa merampas ponselnya, lalu melihat dengan siapa Kendra berbicara tadi. Gelap. Layar ponsel itu terlihat gelap bahkan ponsel itu tidak menyala sedikitpun saat berhasil berpindah tempat ke tangan Clarissa karena ponsel itu ternyata padam. "Apa yang kau lakukan Clarissa?" Kendra mengelus lengannya yang sebelumnya di gigit Clarissa. "Caca mau lihat sama siapa Om bicara tadi!" Ucap Clarissa posesif dan saat pintu lift terbuka Kendra langsung masuk ke dalamnya dengan mengangkat pinggang Clarissa untuk ikut masuk ke dalamnya. "Kenapa ponsel Om padam?" Tanya Clarissa setelahnya tapi Kendra hanya mengedik kan bahu. "Katakan, kenapa ponsel Om padam? Apa Om sengaja mematikannya saat Caca merebutnya tadi?" Teriaknya dan Kendra kembali menghela nafas kemudian menatap mata Clarissa yang tengah mendongak ke arahnya. "Bukankah kau tahu jika ponsel itu emang sudah padam dari tadi? Kenapa kau justru mempertanyakan hal itu lagi padaku. Bukankah kau yang menggunakannya sepanjang hari ini?" Sarkas Kendra karena sejak di kantor pengadilan sampai sore ini mereka berakhir di kantor, ponsel Kendra memang berada di tangan Clarissa, dan apa kalian tahu apa yang dilakukan Clarissa dengan ponsel Kendra hari ini? Iya, Clarissa mengecek satu persatu nomor kontak di ponsel Kendra kemudian menghapus kontak yang dia curigai adalah nomor kontak seorang wanita, bahkan Clarissa menghapus nomor Nena di ponsel itu, karena Clarissa berpikir jika Nena adalah ancaman untuknya. Wanita cantik yang selalu menggunakan lipstik merah terang dan terlihat sangat tua dengan make up tebalnya itu selalu saja membuat Clarissa kesal setiap kali wanita itu dekat dengan Kendra dalam satu acara tertentu seperti pesta malam itu. Tidak hanya satu atau dua kali Nena selalu menjadi parasit di samping Kendra, wanita itu terus saja menempeli Kendra layaknya seorang adik perempuan atau bahkan lebih dari itu dan Clarissa dengan sangat lantang dan berani mengatakan jika dia tidak suka sama Nena. Wanita yang merupakan mantan adik ipar Kendra itu. "Jadi tadi Om gak lagi nelpon sama siapa-siapa?" Tanya Clarissa memastikan dan kembali Kendra hanya mengedikkan bahu untuk menertawakan kecemburuan Clarissa yang menurutnya sangat tidak masuk akal. "Jadi Om ngerjain Caca?" Sambung Clarissa dan Kendra langsung meraih leher dan bahu Clarissa untuk dia peluk dan jepit menggunakan sebelah lengannya hingga leher dan wajah Clarissa berakhir di sudut lengan. Kendra mendaratkan dua kecupan di kening dan hidung Clarissa karena rasa gemasnya, dan Clarissa tau jika jawaban dari pertanyaannya tadi adalah iya dan itu artinya Kendra memang benar-benar mempermainkannya dengan berpura-pura menghubungi seseorang, dan membuat ketakutan Clarissa akan kehilangan Kendra semakin menjadi-jadi. "Akh,,, Om jahat. Om jahat." Keluh Clarissa sembari menghentakkan kaki nya layaknya anak kecil yang tengah merajuk dan Kendra kembali membubuhkan ciuman di selebar daun wajah Clarissa yang semakin hari semakin membuatnya stress tapi juga senang sekaligus. "Siapa suruh jadi orang suka ngambek. Ya ini resikonya!" Ucap Kendra yang masih menjepit leher Clarissa di lengannya, bahkan sampai pintu lift itu terbuka dan adegan itu di lihat oleh beberapa karyawan di perusahaan itu. "Caca gak ngambek Om , tapi Caca cuma kesal sama, Om. Tolong di bedakan ya Om. Tolong!" Sanggah Clarissa saat Kendra membawanya keluar dari lift untuk menuju ke arah mobil mereka yang sudah standby di depan pintu utama perusahaan itu. Tentu para karyawan-karyawan itu tidak begitu syok atau terkejut melihat pemandangan seperti saat ini karena dari dulu Clarissa, wanita yang merupakan anak tunggal CEO perusahaan dimana mereka bekerja itu memang selalu seperti itu tiap kali bersama Kendra. Mereka seolah sudah terbiasa melihat sikap kanak-kanakan Clarissa yang terus saja merecoki Kendra, bahkan tidak jarang mereka juga sering melihat Clarissa digotong pulang oleh Kendra saat Clarissa masih menggunakan seragam sekolahnya. Semua karyawan perusahaan itu tahu jika Kendra dan Joan Mahesa, CEO perusahaan itu adalah sahabat dan Joan juga tidak pernah menegur putrinya setiap kali Clarissa bersikap manja seperti itu pada Kendra. Pikirnya itu wajar mengingat Kendra memang sudah dari dulu dekat dengan Clarissa, bahkan Kendra ikut menjaga Clarissa dan merawat Clarissa, layaknya seorang paman dan keponakannya, tanpa mereka tau bagaimana rahasia takdir yang justru mengikat keduanya dengan satu hubungan yang lebih serius. Mobil melaju dengan kecepatan sedang dengan di kemudikan oleh seorang sopir. Kendra dan Clarissa duduk di kursi penumpang dengan Clarissa yang terus mengutarakan rasa protesnya, karena terus di tuduh suka ngambek, padahal itu memang fakta. Sesampainya di rumah, Clarissa langsung bergegas ke kamar. Langkahnya sudah terlihat normal tidak seperti sebelumnya, dan diam-diam Kendra memperhatikannya. "Jadi Clarissa seharian ini benar-benar ikut dengan mu?" Tanya Dena pada putranya, Kendra dan Kendra langsung mengangguk. "Iya. Dia mengatakan bosen di di rumah, jadi Kendra membawanya agar tidak stress dan kembali terpikir dengan kedua orang tuanya, dan apa Mama tau, Clarissa memang tidak stress, tapi sepertinya Kendra yang mendadak stress sekarang!" Jawab Kendra yang terdengar seperti nada keluhan, tapi Dena justru terkekeh menanggapinya. "Di maklumi saja. Lagian kamu kek baru kenal Caca aja. Kan emang dari dulu Clarissa itu emang udah kek gitu!" Jawab Dena saat berlalu meninggalkan putranya yang terlihat kusut. Kendra terlihat berjalan ke arah tangga rumah mereka dan menaiki tangga itu untuk sampai di kamarnya. Baru saja Kendra masuk di pintu kamar itu saat dia justru melihat Clarissa sudah dengan handuk yang membungkus tubuhnya, bersiap untuk mandi, dan entah kenapa otak Kendra langsung melalang buana pada apa yang dia lakukan bersama Clarissa semalam dan detik itu juga hasrat Kendra langsung membuncah ingin di tunaikan. Clarissa sudah masuk di dalam kamar mandi, bahkan dia sudah menutup pintu kamar mandi itu tapi imajinasi Kendra masih ke daging di antara paha Clarissa. Egois memang tapi bagaimanapun Kendra laki-laki normal, dan hal itu wajar menurutnya karena sekarang status mereka sah, terlebih lagi semalam mereka sudah melakukannya untuk yang pertama kalinya dan sepertinya Kendra justru menginginkannya lagi. Kendra berjalan ke arah ruang ganti, melepas kemejanya untuk dia gantung pada gantungan khusus, melonggarkan dasi di lehernya, kemudian melepas kancing lengan kemejanya. Tidak hanya kancing lengan kemejanya, Kendra juga mulai melonggarkan ikat pinggangnya, lalu kembali melepas seluruh kancing kemeja di depan dadanya dan melepaskan kemeja itu dari tubuh besarnya. Meletakkannya asal di sofa bundar dalam ruang ganti , setelahnya Kendra juga melepas pengait celana bahannya, lalu benar-benar melepas seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya hingga benar-benar naked dan dia meraih satu handuk untuk dia lilitkan di selingkar pinggangnya, menutup inti tubuhnya. Kendra berjalan ke arah kamar mandi di mana Clarissa berada, tapi sebelumnya Kendra lebih dulu mengunci pintu kamarnya dari arah dalam untuk menghindari sesuatu yang tidak dia inginkan, seperti apa yang terjadi semalam, dan baru setelahnya Kendra benar-benar masuk ke dalam. Kamar mandi. Clarissa sedang berdiri di balik kaca bening yang menyekat bak besar dengan air shower yang mengucur dari atas kepalanya. Dari arah nya berdiri, Kendra bisa melihat tubuh kecil itu secara sempurna. Pinggangnya mungkin seukuran telapak tangan Kendra, bokongnya juga terlihat kecil, tidak montok layaknya gitar spanyol, seperti kriteria wanita idaman kebanyakan laki-laki, akan tetapi Kendra begitu b*******h melihatnya. Kendra melepas handuknya, lalu ikut berdiri di belakang Clarissa, menghalangi air shower itu untuk jatuh di kepala Clarissa, dan sebelah tangan Kendra juga langsung menahan pinggang dan perut Clarissa yang spontan berbalik menghadapnya karena terkejut. "Oh, apa yang Om lakukan?" Syok Clarissa sambil mengusap air di wajahnya. "Aku menginginkan istriku. Apa lagi!" Jawab Kendra yang sudah menahan pinggang Clarissa. "Tapi Om,,," Clarissa ingin menolak tapi Kendra sudah lebih dulu meraih bibir Clarissa untuk dia lumat dan membujuk tubuh itu untuk menuntaskan gairah dalam tubuh Kendra. " Mari bercinta,,,!" Bisik Kendra.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN