Malam Pertama Yang Konyol

2235 Kata
Malam itu, Kendra pilih tidur di sofa panjang kamar Clarissa. Sampai tengah malam Clarissa masih terdengar sesenggukan karena menangis sehari ini. Matanya sudah terpejam sempurna, tapi isak nya terdengar masih belum tenang, dan sesekali Clarissa terdengar mengigaukan ayah dan ibunya. Kendra terjaga saat suara tangis Clarissa semakin terdengar pilu. Kendra melirik jam di layar ponselnya, dan waktu sudah menunjukan angka dua dini hari. Kendra bangun dari rebahnya, lalu bangkit dan berjalan ke arah ranjang Clarissa. Melihat Clarissa dengan mata sembabnya dan wajah yang terlihat pucat. Kendra menyentuh kening Clarissa, dan ternyata Clarissa demam tinggi. Kendra lantas keluar dari kamar itu, membangunkan Sri untuk meminta wanita yang merupakan pengasuh Clarissa itu untuk menyiapkan kompres. "Sudah beberapa hari ini Non Clarissa kesulitan tidur, Tuan. Mungkin karena itu tubuhnya jadi drop!" Ucap Sri saat meletakkan handuk yang sebelumnya sudah direndam ke air dingin dan dia peras untuk dia letakkan di atas kening Clarissa berharap cara itu bisa meringankan rasa panas berlebih di tubuh Clarissa setelah sebelumnya Sri juga mengelap ketiak dan d**a Clarissa. Sebelumnya Sri juga memberikan obat penurun demam juga pereda nyeri untuk Clarissa. Dua jenis obat ini memang selalu ada di kotak obat, Sri tidak pernah ragu saat harus memberikan dua jenis obat ini setiap kali Clarissa mendadak demam, karena Clarissa memang cukup sering mendadak demam. Kendra hanya berdiri sambil bersidekap d**a di samping ranjang Clarissa, melihat bagaimana Sri melakukan itu pada tubuh wanita yang kini berstatus istrinya, tapi Kendra masih tidak bisa mengakui pernikahan mereka yang memang terdengar sangat tidak masuk akal itu. "Aku tau, Bi. Retno sudah mengatakan itu kemarin!" Jawab Kendra. "Selang satu jam lagi Tuan celupkan lagi handuk kompres ini dan pijat sebelum Tuan kembali meletakkannya di atas kening Nona Clarissa, semoga besok paginya dia sudah lebih baik." Ucap Sri lagi dan kembali Kendra hanya mengangguk faham. "Iya, aku faham, Bi. Jangan lupa, aku juga punya anak perempuan, hanya saja untuk kasus Clarissa ini rasanya memang agak aneh jika aku,,,!" Kendra tidak melanjutkan apa yang ingin dia ucapkan tapi Sri mengerti keraguan yang Kendra rasakan saat ini. Bagaimanapun Kendra dan Joan adalah sahabat. Sama seperti Joan yang menganggap Tasya, Putri Kendra sebagai putrinya , hal yang sama juga turut Kendra rasakan terhadap Clarissa. Kendra terlanjur menganggap Clarissa sebagai putrinya, akan tetapi sekarang tiba-tiba Kendra harus berganti status menjadi suami dari Clarissa. Tentu rasanya agak aneh memang, akan tetapi tidak ada yang bisa menyanggahi status Kendra dan Clarisa saat ini. Meskipun pernikahan mereka digelar secara tertutup dan hanya dihadiri oleh beberapa keluarga inti dan dokter yang saat itu merawat Joan, akan tetapi pernikahan Kendra dan Clarissa tetap resmi secara hukum dan agama mereka. "Baiklah Tuan. Saya keluar dulu. Lakukan seperti apa yang saya katakan tadi," ucap bibi dengan segala kerendahan hati. "Jangan memelihara rasa sungkan Tuan dengan tidak berani menyentuh lebih Nona Clarissa. Dia sekarang adalah istri Tuan, dan secara tidak langsung segala bentuk tanggung jawab Clarissa kini ada di tangan Tuan." Sambung bibi saat melihat kecanggungan yang Kendra tampakkan saat di depan Sri yang notabenenya adalah seorang asisten rumah tangga sekaligus Ibu asuh Clarissa. "Tapi Bi,,,!" Kendra ingin menyanggahi tapi Sri langsung menggeleng. "Tidak apa-apa. Saya tahu bagaimana karakter Nona Clarissa. Bukankah selama ini dia selalu minta dinikahi oleh Tuan, maka anggap saja kali ini Tuan ketiban durian runtuh saat akhirnya status , (maaf) duda Tuan, akhirnya benar-benar selesai kemarin." Sarkas Sri dan Kendra langsung mengangguk. "Dan satu lagi Tuan, biasanya kalau Non Clarissa sakit dan demam seperti ini, jika bukan Nyonya Renata, Tuan Joan biasanya akan memeluk Nona Clarissa sepanjang malam untuk membuat Nona tenang, dan jika nanti dia tiba-tiba kembali mengigau atau mungkin demamnya semakin tinggi dan kesulitan untuk mendapatkan tidurnya, akan lebih baik Tuan Kendra menenangkannya dengan cara yang sama, tapi jika Tuan tetap kesulitan menenangkannya, jangan sungkan untuk membangunkan saya." Sambung Sri dan menit berikutnya Sri juga benar-benar meninggalkan kamar Clarissa dan membiarkan Kendra yang mengurus Clarissa sebagai seorang suami. Kendra kembali menoleh ke arah Clarissa. Melihat jika wanita itu sudah kembali terlelap, dan sesekali Clarissa juga kembali sesenggukan , kemudian mengingau. "Papa, Mama. Caca mau ikut kalian. Caca gak mau di tinggal sendiri di sini. Caca mau ikut!" Igaunya lagi dan kali ini Kendra langsung menjambak rambut gondrongnya karena mendadak kepalanya jadi pusing, akan tetapi saat melihat Clarissa yang tampak gelisah dari tidurnya, Kendra seolah tidak punya pilihan lain selain melakukan apa yang sebelumnya Sri katakan. Kendra melepas sendalnya ,dan naik ke atas ranjang pink Clarissa, dan dengan ragu-ragu Kendra menarik pinggang Clarissa untuk dia peluk , dan hangatkan dengan tubuhnya, saat tiba-tiba Clarissa justru berbalik dan membalas pelukan Kendra dengan terus merapatkan tubuhnya juga wajahnya di antara d**a dan leher Kendra. Kendra tentu saja membeku, gerakan tangannya terhenti saat Clarissa beringsut merapat di tubuhnya, tapi detik yang sama Clarissa tidak lagi terdengar mengigau, dan nafasnya terasa tenang meskipun saat itu Clarissa tidak sadar jika saat ini Kendra yang tidur di sampingnya dan sedang memeluknya. Kendra melepas handuk kompres di kening Clarissa, dan memindahkannya ke punggung Clarissa dengan menahannya menggunakan sebelah tangannya, membiarkan Clarissa lelap dari tidurnya sementara dia sendiri kesulitan untuk mendapatkan tidurnya. Meskipun dari kemarin Kendra mengatakan sudah menganggap Clarissa sebagai putrinya, nyatanya saat dihadapkan dengan kondisi seperti saat ini rasanya tetap saja ada yang aneh. Entah jam berapa semalam Kendra akhirnya mendapatkan tidurnya dan saat dia terjaga ternyata hari sudah pagi. Ada siluet cahaya yang masuk di antara celah gorden kamar itu dan Kendra berusaha mengucek matanya untuk mendapatkan kesadarannya. Kendra langsung memijat kepalanya yang terasa berdenyut nyeri karena tidak bisa mendapatkan istirahat yang cukup semalam, akan tetapi saat dia menoleh ke arah Clarissa, ternyata Clarissa sudah lebih dulu terjaga. Namun Clarissa hanya diam saat menyadari keberadaan Kendra di atas keranjangnya. "Caca. Kau sudah bangun?" Sapa Kendra masih sambil memijat kepalanya. "Apa Om dari semalam tidur di ranjang, Caca?" Tanya Clarissa dengan begitu polosnya dan Kendra terlihat memejamkan matanya sembari memijat kedua kelopak mata nya untuk benar-benar memulihkan penglihatannya dan setelah itu dia mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Clarissa. "Iya." Kendra. "Apa semalam kita melakukan malam pertama, Om? Atau Om melakukannya secara diam-diam tanpa sepengetahuan , Caca?" Tanya Clarissa lagi yang justru membuat kepala Kendra semakin berdenyut nyeri. Bisa-bisanya Clarissa berpikir jika Kendra melakukannya secara diam-diam tanpa sepengetahuan Clarissa. Apa Clarissa pikir Kendra sebejat itu untuk melakukannya secara sepihak tanpa persetujuan dari Clarissa sendiri? 'dan , apa tadi? Clarissa berpikir jika mereka sudah melakukan malam pertama? Oh apa Clarissa sudah mengerti akan hal semacam itu?'____'tidak. Ini tidak benar. Clarissa baru berusia delapan belas tahun, dan seharusnya sih Clarissa gak membahas perkara itu saat ini.' batin Kendra. 'Tenang Kendra, tenang. Kau harus bersikap tenang agar dia tidak histeris, atau bisa saja dia malah akan trauma.' batin Kendra lagi. "Tidak Caca. Aku tidak melakukan seperti apa yang kau pikirkan tadi. Aku hanya tidur di atas ranjangmu, karena semalam kau demam tinggi dan Sri menyarankan agar aku memelukmu sepanjang malam agar bisa tenang, dan iya, aku hanya memeluk mu untuk membuatmu tenang." Jawab Kendra jujur tapi detik berikutnya Clarissa justru terlihat berdecak kecewa, akan tetapi dia justru semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Kendra. "CK. Kenapa Om gak melakukannya sih? Kan kita sekarang suami istri, Om!" Ucap Clarissa dan Kendra kembali merasa dongkol. "Caca,,,!" Kendra. "Lagian kemarin Om udah nikahin Caca, dan seharusnya semalam menjadi malam pertama kita kan Om?" Potong Clarissa lagi dan kali ini Kendra terlihat mengerutkan alisnya untuk semua kalimat-kalimat yang baru saja Clarissa ucapkan. Clarissa berbicara seolah dia memang sudah tahu apa yang harus dilakukan oleh sepasang suami istri yang baru menikah, atau Kendra mungkin terlalu meremehkan Clarissa dalam hal semacam ini. "Emang Caca tahu apa yang harus dilakukan oleh suami istri di malam pertama?" Tanya Kendra berpura-pura bego di hadapan Clarissa dan detik yang sama Clarissa mengurai pelukannya di pinggang Kendra kemudian membuat jarak untuk bisa melihat wajah dan bibir Kendra ketika berucap, dan sedetik kemudian Clarissa langsung mengangguk. "Tau dong Om. Masa gitu aja gak tau sih!" Jawab Clarissa dan Kendra semakin mengerutkan alisnya. "Apa?" Tanya Kendra lagi. "Itu lho. Adegan buka baju dan celana!" Jawab Clarissa sambil menyatukan kedua ujung jari telunjuknya sambil menggigit bibir bawahnya. "Setelah buka baju dan celana , apalagi?" Tantang Kendra lagi dan kali ini ada senyum yang turut mengiring ekspresi Clarissa. Pipinya tiba-tiba bersemu merah dan mata sebabnya terlihat jernih saat menatap manik mata Kendra. "Anu Om, itu,,, anu,,, itu lho,,,!" Mendadak Clarissa tidak bisa berucap dan Kendra justru tersenyum menanggapi sikap labil Clarissa. "Anu apa,,,? Kamu kalau ngomong yang jelas Caca. Aku nggak ngerti anu anu an?" Goda Kendra dan pipi Clarissa justru semakin memerah karena malu memikirkan apa yang ingin dia katakan. "Itu lho Om,,, anu itu,,, yang di masukan itu, lho!" Jawab Clarissa lagi. "Iya , anu itu apa?" Tekan Kendra dan detik yang sama pintu kamar itu di buka dari arah luar dan Clarissa buru-buru menarik selimutnya untuk menyembunyikan kepalanya kemudian kembali memeluk pinggang lebar Kendra. "Clarissa. Bi Sri bilang kau demam? Bagaimana perasaanmu sekarang. Apa kita sebaiknya pergi ke rumah sakit?" Tanya Retno yang langsung masuk ke kamar Clarissa dan melihat Clarissa bersembunyi di balik selimut dan Kendra terlihat menarik nafas, tapi Retno langsung memberikan laki-laki gondrong itu tatapan mengintimidasi. "Tante. Kenapa Tante masuk kamar Caca? Apa Tante gak tau jika Caca dan Om Kendra lagi malam pertama?" Ucap Clarissa di balik selimut dan Kendra langsung terlihat memutar bola matanya asal dengan apa yang baru saja Clarissa sampaikan pada Retno selaku tantenya. Kendra juga menyingkap selimut yang saat ini menutup tubuhnya untuk menunjukkan pada Retno jika dia masih berpakaian utuh juga lengkap , dan apa yang terjadi antara dia dan Clarissa saat ini tidaklah sama dengan apa yang saat ini Clarissa ucapkan dan mungkin saja Retno pikirkan juga. "Caca,,,!" Retno. "Please... Keluar Tante. Om Ken sama Caca lagi sama-sama tanpa busana." Ucap Clarissa lagi, masih di balik selimut seolah mereka benar-benar sedang tanpa busana dan kali ini Retno yang justru memutar bola matanya asal dengan segala sikap absurd keponakannya. "Oke oke. Tante keluar, tapi Tante mohon kalian cepatlah menyelesaikan ritual malam pertama kalian. Karena Tante ingin bicara sesuatu sama kamu dan Tante akan menunggumu di ruang tengah. Begitu juga dengan kau, Kendra!" Ucap Retno dan Kendra langsung mengangguk, setelahnya Retno juga benar-benar keluar dari kamar itu lalu menutup pintu, baru setelah itu Clarissa keluar dari balik selimutnya. "Oh untung aja Caca pinter bersandiwara ya Om, coba kalo gak, bisa bisa Tante Retno berpikir jika Om itu, laki-laki tidak normal." Ucap Clarissa bangga karena merasa sudah berhasil mengelabui Retno. "Udah, sekarang lebih baik Om mandi di kamar mandi Caca aja, dan jangan lupa keramas, biar Tante Retno percaya jika kita habis anu , gitu,,,!" Saran Clarissa dan sungguh kali ini otak Kendra terasa akan meledak dengan segala tingkah Clarissa. "Sama satu lagi, Om Kendra punya hutang malam pertama sama Caca!" Sambungnya yang semakin membuat Kendra bergidik ngeri. Bisa-bisanya dia diperintahkan oleh seorang bocah untuk melakukan kebohongan yang justru akan menjerumuskan Clarissa ke arah yang tidak benar. Sungguh Kendra tidak bisa berpikir ke mana arah pikiran Clarissa saat ini. Namun untuk menjaga suasana hati Clarissa tenang, Kendra tetap mengangguk menyetujui apapun yang baru saja Clarissa minta padanya. Clarissa yang lebih dulu mandi, dan Kendra mengirim pesan suara pada Retno, guna meluruskan kesalahpahaman yang mungkin saja sedang Retno pikirkan tentang dirinya. Kendra merasa perlu untuk melakukan itu, karena sampai kapanpun, Kendra tidak akan pernah punya keberanian untuk melakukan apa yang tadi Clarissa minta padanya. Setelah Clarissa selesai dengan mandinya, Kendra juga buru-buru menyelesaikan mandinya lalu memakai kembali pakaian yang sebelumnya dia gunakan karena Kendra memang tidak membawa pakaian ganti, dan setelahnya mereka sama-sama keluar dari kamar itu untuk menemui Retno yang ternyata sudah menunggunya di ruang tengah rumah besar Joan. "Ada apa sih, Tante? Tante itu pagi-pagi udah gangguin Caca yang lagi malam pertama tau. Gak asik banget dah,,,!" Ucap Clarissa saat mendaratkan bokongnya di samping Kendra dan langsung memeluk sebelah lengan Kendra dengan begitu manja dan untuk yang kesekian kalinya Retno memutar bola matanya asal dengan sikap senonoh keponakannya. "Kendra, Clarissa. Kalian harus menyembunyikan status pernikahan kalian." Ucap Retno saat menyerahkan berkas atau file yang sebelumnya Clarissa isi dan berkas itu sudah di serahkan ke salah satu universitas yang ingin Clarissa pilih sebagai tempat dia menimba ilmu, dan ternyata Joan Mahesa sudah menyelesaikan segala administrasi dan segala yang di perlukan untuk kuliah Clarissa, dan kemarin pihak kampus sudah mengirimkan email pada email milik Joan yang masih Retno pegang jika Clarissa sudah di terima di universitas tersebut. "Clarissa masih harus menyelesaikan pendidikannya, dan aku tidak mau dia merasa terbebani dengan statusnya saat ini. Clarissa masih sangat muda, dia masih harus bergaul dengan teman sebaya-nya, mengenal dunia luar yang luas dan sungguh aku harap kau tidak keberatan dengan permintaan ku ini, Kendra!" Ucap Retno dan Kendra langsung mengangguk faham. "Iya. Sebenarnya semalam aku juga memikirkan hal ini, dan sepertinya kita sependapat, Retno." Jawab Kendra tapi Clarissa justru menggeleng tidak setuju. "Tidak. Caca gak mau Tante. Caca gak mau menyembunyikan status Caca jika Caca itu sekarang adalah istri Om Kendra. Caca gak mau!" Tolak Clarissa dengan sangat cepat dan semakin memeluk erat lengan Kendra, seolah-olah takut jika Kendra akan gagal jadi suaminya. "Clarissa putri Mahesa. Dengarkan Tante. Kau tidak bisa kuliah dengan status sudah menikah. Maksudku, kau bisa saja di pandang lain oleh teman-teman mu nanti, apa lagi jika mereka mengetahui jika kau di nikahi oleh laki-laki yang seumuran dengan Papa kamu. Mereka akan berpikir buruk tentang kamu, dan Tante gak mau itu terjadi." Jelas Retno tapi Clarissa tetap menolak untuk memahami maksud penjelasan Retno tadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN