Malam Pertama Yang Clarissa Nantikan

2523 Kata
Perdebatan semakin memanas saat Kendra justru setuju dengan ide gila Retno yang meminta mereka untuk menyembunyikan status pernikahan mereka, Kendra dan Clarissa. Clarissa menuding Retno cemburu padanya hanya karena di nikahi Kendra, dan menit berikutnya Clarissa juga menuduh Kendra yang suka di cap sebagai duda meresahkan yang membuat Kendra dan Retno benar-benar pusing menjelaskan jika maksud mereka itu baik untuk Clarissa, agar Clarissa bisa menemukan dunia luas yang indah, dunia anak remaja juga dunia para mahasiswi dan mahasiswa. "Dengarkan aku, Clarissa. Aku gak bermaksud seperti itu. Sungguh, bukan aku tidak suka kau menjadi istriku, hanya saja kau terlalu muda untukku." Ucap Kendra saat Clarissa mulai terbawa emosi setiap kali Retno dan Kendra mengatakan jika mereka harus merahasiakan pernikahan mereka. "Lagian ini hanya bersifat sementara, Clarissa. Kalian hanya perlu menyembunyikan status pernikahan kalian di luar rumah saja, akan tetapi kalian tetap bisa bertindak dan bersikap layaknya suami istri jika sedang di rumah. Ini murni demi kebaikan kamu, Sayang." Timpal Retno dan Kendra langsung mengangguk tapi Clarissa justru menggeleng . "Tidak. Pokoknya Caca gak setuju apapun alasannya itu. Om Kendra itu suami Caca baik di luar rumah ataupun di dalam rumah." Tolak Clarissa lagi. "Apaan coba di luar rumah bukan suami istri dan di dalam rumah boleh jadi suami istri. Mana ada kek gitu , Om! Om itu sudah jadi milik Caca, maka selamanya akan jadi milik Caca. Gak bisa di tawar." Sambung Clarissa dengan sangat mantap dan Kendra langsung mengangguk membenarkan apa yang baru saja Clarissa ucapkan, karena itu memang tidak sepenuhnya salah, hanya saja di sini Retno meminta mereka untuk bersandiwara saja, tapi sepertinya Clarissa menanggapi berbeda. "Caca. Tante gak bermaksud untuk mencegah Caca mengakui Kendra jadi suami Caca, Tante hanya menghindari pandangan buruk yang mungkin saja akan tertuju padamu jika kalian mempublikasikan status kalian di tempat umum terlebih lagi nanti setelah Clarissa kuliah. Mungkin beberapa teman Caca akan berpikir jika Caca menikah dengan om-om karena Caca,,,!" "La emang benar kok Caca nikah sama Om-Om. Lalu apa masalahnya!" Potong Clarissa lagi. "Caca. Maksud Tante kamu itu agar teman-teman kuliah kamu tidak berpikir jika kamu adalah w************n atau j****y yang mau saja menikah dengan laki-laki berumur seperti aku, dan itu justru akan merusak citra dan nama baik kamu di hadapan teman-teman kamu, nanti!" Kali ini Kendra yang mencoba menjelaskan dengan cara sederhana dan Retno langsung mengangguk membenarkan apa yang baru saja Kendra paparkan. "No. Om pasti ingin mengelak dari tanggung jawab kan, atau Om yang justru malu menikah dengan Caca yang cantik ini? Oh atau Om malah seneng di goda para wanita yang mungkin saja mengira Om itu masih duda, iya kan. Ayo ngaku!" Cerca Clarissa dan Kendra juga Retno sama-sama memijit pelipisnya dengan segala penolakan Clarissa. "Tidak. Bukan seperti itu , Clarissa Sayang." Tolak Kendra dan detik yang sama Clarissa justru menangis sejadi-jadi saat Kendra mengatakan sayang. "Hua,,,, apa Om bilang tadi? Om bilang sayang sama Caca?" Clarissa menangis, tapi bukan menangis karena sedih, melainkan sebaliknya. "Coba katakan sekali lagi. Caca mau Om tetap panggil Caca Sayang!" Ucapnya dan Retno terlihat menghela nafas kemudian menghembuskannya dengan sangat kasar untuk segala kenorakan Clarissa. Bisa-bisanya di saat seperti ini dia justru merengek minta dipanggil sayang. Clarissa berlagak seolah-olah selama ini dia begitu kekurangan kasih sayang, padahal sejatinya kasih sayang yang orang tuanya berikan lebih dari kata sempurna, tapi lihatlah, Clarissa kembali berulah. Kali ini Kendra yang mengela nafas kemudian menghembuskannya dengan sangat kasar sambil menatap Retno yang sedang menahan kepalanya karena pusing menjelaskan masalah ini pada Clarissa. Karena tidak mendapatkan kesepakatan dari Clarissa saat itu, Kendra mengatakan pada Retno jika dia yang harus membicarakan ini dari hati ke hati dengan Clarissa, dan Kendra meminta agar Retno percaya padanya jika dia bisa meyakinkan Clarissa untuk melakukan apa yang mereka maksud saat ini. "Iya Clarissa Sayang. Mana mungkin aku tidak akan senang punya istri secantik kamu. Sungguh aku benar-benar merasa sangat beruntung bisa memiliki kamu sekarang. Hanya saja kita memang harus menyembunyikan status pernikahan kita sampai kau menyelesaikan kuliah kamu, karena jika tidak, tidak menutup kemungkinan jika kau akan di bully oleh teman-teman kamu karena menikah muda dan dengan laki-laki setua aku. Dan jika nanti kau tiba-tiba jatuh cinta dengan laki-laki lain yang seumuran dengan mu dan kau tiba-tiba bosan sama aku yang tua ini, lalu kau ingin hidup bersama laki-laki itu, maka aku tidak akan menahan mu untuk itu. Aku akan mendukung keinginan mu itu dan akan melepas mu untuk bersamanya, tapi jika pada akhirnya kau tetap ingin bersama ku saat itu, maka aku bisa menjanjikan jika kita akan benar-benar mempublikasikan status kita di hadapan seluruh rakyat Indonesia, bila perlu di hadapan dunia sekalian." Jelas Kendra dan perlahan Clarissa mulai paham apa yang sedari tadi Retno dan Kendra coba jelaskan. "Tapi sekarang Om itu milik Caca kan? Dan Om gak akan ninggalin Caca kan?" Tanya Clarissa dan Kendra langsung mengangguk. "Tentu saja tidak. Bagaimana aku bisa ninggalin Clarissa sekarang, kan kita udah nikah." Jawab Kendra dan Clarissa tersenyum meski sangat tipis. "Kalo begitu Caca boleh dong tinggal sama Om di rumah Om. Kan orang nikah harus kek gitu kan?" Ucap Clarissa lagi dan kali ini Kendra melirik ke arah Retno lebih dulu dan Retno terpaksa mengangguk karena jika tidak, bisa di pastikan Clarissa akan menuduhnya sentimen lagi. "Tentu saja!" Jawab Kendra dan senyum Clarissa semakin terlihat mengembang sempurna kemudian dengan sangat percaya dirinya Clarissa justru mendarat dengan satu kecupan di pipi Kendra yang justru membuat darah Kendra langsung berdesir tidak karuan. "Kalo begitu oke. Caca ikut apapun yang Om mau, selama Caca bisa tetap sama Om Kendra!" Jawabnya santai dan kembali Retno menghela nafas frustasi. "Hiks. Jika Non Caca tinggal di rumah Tuan Kendra, lalu rumah ini siapa yang sempatin. Bibi sama siapa di sini?" Kali ini Sri yang ikut menimpali, dan Kendra kembali menatap Clarissa untuk melihat reaksi wanita itu saat Sri mengeluh seperti itu. "Bibi. Bibi kan di sini sama banyak teman, ada bik Surti, Bi jenap, ada pak Burhan dan pak Muklis. Banyak kan. Lagian nanti Caca juga akan nginep kok sekali dua kali di sini. Iya kan, Om." Jawab Clarissa terlihat santai dan Kendra mengangguk. "Tapi Non." Sri. "Udah ah bik. Bibi jangan ikut-ikutan kek Tante Retno yang ingin memisahkan Caca sama Om Kendra." Tolak Clarissa tegas. "Wait. Kapan Tante bilang ingin memisahkan Caca sama si gondrong ini? Tante hanya meminta kalian,,,!" "Untuk menyembunyikan status pernikahan kami." Potong Caca dengan sangat cepat. "Sama aja Tante. Itu secara tidak langsung Tante ingin memisahkan Caca sama Om Kendra!" Sambung Clarissa dan Retno langsung bangkit dari duduknya, pusing jika terlalu lama bicara dan berdebat dengan Clarissa. Cinta memang seperti itu, bisa membuat orang menjadi bodoh dan Clarissa adalah salah satunya. Perasaan cintanya pada Kendra benar-benar membuatnya jadi bodoh. Retno pikir cinta yang Clarissa rasakan pada Kendra adalah cinta monyet, atau hanya becanda karena pengaruh masa pubernya, tapi jika melihat sikap Clarissa yang begitu posesif seperti saat ini, Retno tidak yakin dengan dugaannya tadi. Clarissa sudah berusia delapan belas tahun, dan menurut hukum negara yang berlaku, dia sudah bisa menentukan pilihannya sendiri, menentukan keputusannya sendiri, bahkan usianya sudah masuk ke usia standar seorang wanita Indonesia untuk menikah, jadi rasanya memang akan terkesan sangat egois jika Retno terus memaksa Clarissa untuk satu keinginan dia yang tidak ingin dia lakukan. Clarissa dan Kendra sudah menikah secara resmi dan mulai sekarang Clarissa memang sudah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kendra sebagai seorang suami, hanya saja Retno tetap tidak bisa menutup matanya jika keponakannya itu masih belum bisa dikatakan dewasa untuk menentukan pilihannya sendiri. Meski begitu Retno akan mencoba menghormati keputusan Clarissa kali ini yang ingin tinggal dengan Kendra meski itu artinya dia akan membiarkan rumah orang tuanya sepi dan hanya dihuni oleh para asisten rumah tangganya yang memang akan tetap tinggal di rumah itu untuk menjaga rumah itu sekaligus menjadi keluarga Clarissa selanjutnya seperti cara kedua orang tua Clarissa memperlakukan mereka selama ini. Mereka bukanlah asisten rumah tangga biasa untuk Joan juga Renata tapi lebih dari itu. Mereka sudah menganggap semua pekerja di rumahnya adalah bagian dari keluarganya , maka hal yang sangat wajar para asisten rumah tangga Renata begitu terpukul dengan kepergian Renata dan Joan yang secara mendadak seperti kemarin. Retno juga sudah menyetujui keinginan Clarissa untuk tetap membiarkan para asisten rumah tangga itu tinggal di rumah besarnya , bahkan Clarissa mengatakan akan tetap memberikan gaji sebagaimana mestinya pada mereka semua, dan pastinya Retno tidak bisa mendebat keinginan Clarissa itu, karena sekarang Clarissa yang berkuasa setelah Joan dan Renata tiada. Iya, setelah mendapatkan kesepakatan dari Retno, sore itu Kendra akhirnya benar-benar membawa Clarissa untuk tinggal di rumahnya seperti yang Clarissa inginkan tadi dan Sri juga seorang asisten rumah tangga lainnya juga ikut membantu Clarissa mengemasi beberapa kebutuhan pribadinya seperti laptop dan pakaian milik Clarissa untuk di bawa ke rumah barunya. Kendra sudah lebih dulu mengabarkan kabar tersebut pada ibunya. Kabar jika dia akhirnya menikahi Clarissa, putri satu-satunya Joan Mahesa dan Renata sebagai permintaan terakhir Joan sebelum Joan meninggal, dan paruh baya itu tentu saja sangat senang mendengar kabar jika putranya akhirnya menikah. Tidak peduli dengan siapa Kendra menikah, selama itu dengan seorang wanita ibu Kendra akan menerimanya, apa lagi kalo ini Kendra justru menikahi wanita muda yang juga merupakan putri dari sahabatnya. Terdengar sangat aneh memang , tapi bukankah jodoh itu adalah rahasia takdir , dan sepertinya di sini Kendra juga ikut menjaga dan merawat jodohnya sendiri sampai Clarisa benar-benar siap untuk menuju jenjang yang lebih serius dan sepertinya takdir baik sedang mengelilingi keluarga Kendra. "Selamat datang di rumah baru mu Clarissa. Oh Mama sudah dari tadi nungguin kalian pulang. Mama juga udah masakin makanan kesukaan Caca lho. Caca masih suka makan SOP buntut kan?" Sambut Dena saat Kendra dan Clarissa sampai di rumah besar Kendra karena beberapa hari ini Dena memang menginap di rumah Kendra atas permintaan Kendra karena beberapa hari lalu Tasya demam sementara Kendra harus bolak balik melihat perkembangan Joan yang kala itu masih belum sadarkan diri pasca kecelakaan maut yang merenggut nyawa dia dan sang istri. Clarissa langsung memeluk tubuh Dena, saat Dena justru mendaratkan beberapa kecupan di pipi dan kepala Clarissa. "Oh Caca kangen sama omma. Udah lama sekali Caca gak ketemu sama omma!" Seru Clarissa dan Dena langsung tersenyum. "Kok manggilnya omma sih?"___"sekarang kan Clarissa udah jadi istri putra Mama, jadi Caca juga kudu ganti panggilan Omma dengan panggilan Mama. Bukankah begitu , Kendra?" Balas Dena dan Kendra langsung mengangguk. "Oh. Baik omma. Maksud Caca Mama!" Balas Clarissa dan mereka sama-sama masuk ke ruang besar itu dengan dua orang pelayan yang juga membantu membawa koper milik Clarissa ke kamar Kendra . Kendra , Dena dan Clarissa pilih mengobrol di ruang tengah. Seperti biasa, Clarissa akan bercerita banyak tentang apapun itu pada Dena, sikap ceria Clarissa itu yang benar-benar membuat seorang Dena begitu menyukai Clarissa. Jika dulu Dena menganggap Clarissa sama seperti Tasya, cucunya, kini Dena justru merasa memiliki anak perempuan dan di tengah obrolan mereka , tiba-tiba Tasya turun dari lantai atas rumah itu dan heran saat melihat keberadaan Clarissa di sana. "Kak Caca. Kakak di sini?" Sapanya seperti biasa dan Clarissa tersenyum. "Iya. Mulai sekarang kak Caca akan tinggal di ruang mu juga , sama Om Kendra. Sekarang kan kita satu keluarga!" Jawabnya santai dan Tasya terlihat mengangguk. Dia belum sepenuhnya mengerti apa yang terjadi, tapi karena dia dan Clarissa sudah cukup dekat, dia santai saja menanggapi keberadaan Clarissa di rumahnya saat ini. Sampai beranjak malam, Clarissa masih mengobrol dengan Dena dan Tasya, sementara Kendra sudah dari satu jam lalu masuk kamar, mandi dan berganti pakaian dengan pakaian santai. Dena meminta Clarissa untuk istirahat dulu, sebab mata sembab Clarissa memang masih terlihat jelas , sementara itu Dena pilih menemani cucunya untuk istirahat, karena bocah itu masih belum sepenuhnya pulih dari demamnya. Baru saja Clarissa akan masuk ke pintu yang sudah di jelaskan Dena sebelumnya, tiba-tiba pintu itu di buka dari arah dalam dan aroma fresh langsung menyeruak ke indera penciuman Clarissa. "Om, kok Om wangi banget?" Clarissa mengendus aroma tubuh Kendra dan Kendra sedikit mundur. "Iya lah. Kan habis mandi!" Jawab Kendra asal. "Kok mandi?" Kutip Clarissa dan Kendra terlihat bingung. "Oh, Caca tau, Om pasti lagi mempersiapkan diri untuk malam pertama kan sama Caca!" Seru Clarissa dan Kendra langsung menarik lengan Clarissa agar masuk ke kamar itu setelah Kendra juga melirik ke kiri dan kanan, berharap tidak ada yang melihat dan mendengar ucapan Clarissa tadinya. "Cieeh Om Kendra gak sabaran banget bawa Caca masuk kamar." Goda Clarissa. "Sama kok Om, Caca juga gak sabaran tuh, mau,,,,!"______ suara Clarissa tertahan di tenggorokannya karena Kendra sudah lebih dulu membekap mulut Clarissa menggunakan tangannya sebelum Clarissa berbicara yang semakin membuat otak Kendra konslet. "Stop Caca. Apa yang kau bicarakan?" Ucap Kendra yang mendadak pusing. "Apa? Kan Caca cuma bilang kalo Om itu wangi. Apa yang salah dari ucapan Caca?" Tanya Clarissa acuh dan Kendra kali ini memijit pelipisnya dan Clarissa memperhatikannya. "Caca,,,!" Kendra mengigit giginya sendiri. "Oh, Om sakit kepala ya? Sini deh Om, Caca pijitin." Clarissa menarik lengan Kendra untuk masuk lebih dalam lagi ke kamar itu kemudian duduk di pinggir ranjang sembari menarik Kendra juga duduk di sampingnya. Clarissa mengambil satu bantal untuk dia letakkan di atas pangkuannya kemudian meminta Kendra untuk menjatuhkan kepalanya di atas bantal itu agar dia bisa memijitnya. "Ayo Om. Bobo sini. Biar Caca pijitin kepala Om. Dulu Caca juga sering pijitin Papa kalo lagi pusing!" Seru Clarissa tapi Kendra justru semakin pusing sekarang. Oh permainan takdir macam apa ini. Punya istri bocah yang bikin tensi tidak stabil. Sebentar turun, dan sebentarnya lagi naik drastis. La iya, bagaimana tidak, Kendra itu laki-laki normal, tentu saja gejolak itu akan keluar secara alami jika terus di pancing seperti saat ini, apalagi saat ini status Clarissa sah untuk dia sentuh. Dan lihatlah, Clarissa benar-benar menjadi musibah sekaligus anugrah untuk seorang Kendra Wilkinson. Namun detik berikutnya Clarissa justru terlihat diam dan matanya kembali berembun, dan Kendra menatapnya sejenak. "Tapi sekarang Papa Caca udah gak ada Om. Caca,,,!" Clarissa tidak melanjutkan kalimatnya karena tiba-tiba rasa duka itu kembali memenuhi hatinya dan Kendra tetap saja kalah kalo sudah melihat wanita itu menangis. "Udah udah. Sekarang kan ada aku. Aku akan mengantikan peran Papamu, juga peran Mama mu. Jadi stop menangis. Masa iya mau malam pertama tapi nangis. Entar Mama dan Tasya gira aku nyakitin kamu macem mana?" Ucap Kendra menenangkan dan menarik punggung Clarissa untuk dia peluk dan benar saja , Clarissa langsung tenang. "Jadi kita benar-benar akan malam pertama ya, Om?" Tanya Clarissa polos dan Kendra terlihat mengedikan bahu. "Kenapa? Apa kau belum siap?" Tanya Kendra dengan maksud mengejek tapi di luar ekspektasinya, Clarissa justru menggeleng dengan sangat cepat. "Siap kok Om. Wait. Caca mandi dulu. Biar wangi. Biar sama wanginya sama Om Kendra." Jawabnya sumringah dan Kendra langsung kesulitan menelan salivanya sendiri. Clarissa bangkit dari duduknya, meraih kopernya untuk mengeluarkan sabun juga pakaian miliknya dan bergegas ke kamar mandi. "Tungguin Caca ya, Om. Jangan kemana-mana!" Tegas Clarissa yang sudah melenggang masuk kamar mandi dan Kendra kembali menarik nafasnya dengan sangat dalam dan berat. Lelah juga menghadapi Clarissa yang seperti ini, tapi jika mendebat juga artinya bencana untuknya. Clarissa benar-benar menyelesaikan mandinya dengan sangat cepat, sungguh dia sudah membayangkan sesuatu yang indah akan segera terjadi malam ini. Clarissa keluar dari dalam kamar mandi, sudah dengan pakaian terbaiknya, dan mulai menggoda Kendra, tapi,,,
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN