“Abah, ini sepertinya surat Sisil untuk Abah!” ucap Sukma sambil menyorodkan secarik kertas itu pada Abah. Abah menoleh dan menerima secarik kertas itu dengan tangan gemetar. Lalu dibacanya sederet kalimat yang tertulis di sana perlahan. [Aku benci Abah. Aku pergi dari rumah ini. Gak usah cari aku. Aku benci Abah!] Tulisan itu tampak ditulis dengan amarah. Garisannya tidak rapi dan hampir tidak bisa terbaca. Abah meremas kertas itu dama genggamannya. Pikirannya bertaut saling menghubungkan sesuatu. “Sukma! Abah mau mina izin sama kamu untuk menebus semua kesalahan Abah! Abah mau menikahi Anjani agar bisa merawatnya hingga sembuh! Abah takut hal buruk yang terjadi pada Sisil adalah akibat jiwa pengecut Abah yang membiarkan Anjani melewati semua masa sulit itu sendirian!” ucap Abah gem