"Ambu, Sukma harus membalas semua luka di hatiku ini, Ambu! Harusnya Sukma yang hancur dan kita bahagia! Bukan dia yang bahagia dan kita yang hancur!” ucap Sisil sambil terisak. Dia berjalan pelan menuju kamar Sukma. Kebiasaan Sukma yang tidak pernah mengunci kamar ketika tidur ternyata masih sama. Dengan mudah pintu itu didorong olehnya. Sisil menyeringai sambil terisak pelan melihat tubuh mungil itu meringkuk dibalik selimut. “Selamat jalan, Sukma!” Diangkatnya benda yang di tangannya itu tinggi-tinggi. Dia berjalan pelan mendekat. Namun sial, tubuhnya menyenggol gelas yang ada di atas meja kecil hingga menimbulkan bunyi gaduh. Sukma menggeliat karena terkejut, Abah pun yang tidur di ruang tengah terjaga sambil mengerjap. Sisil maju secepat kilat dan benda itu dihempaskan ke bawah m