Langlang menghampiri dan menarik tangan Manika dengan cepat ke arah mobil. “Langlang sakit.” Langlang tidak peduli. Wajahnya terlihat dingin dan mengeras. Ia membuka pintu mobil dan memaksa Manika duduk di kursi samping pengemudi. Setelahnya baru pria itu memutari bagian depan mobil dan duduk di posisi pengemudi. Manika tahu Langlang sedang marah. Tapi ia juga tidak peduli. Kalau dengan membuat Langlang marah dan kesal bisa membuatnya mendapat perhatian Langlang, Manika rela menjadi wanita menyebalkan asal Langlang jadi berfokus dan selalu berada di dekatnya. “Kita mau ke mana?” Langlang masih bungkam. Mobil melaju dengan kecepatan biasa. Rasanya Langlang segera ingin tiba di tempat yang dituju. Namun mengemudi dengan kecepatan tinggi bisa membahayakan dan juga membuatnya kena sang