“Tapi, dia itu is—” “Pak Hartanu, bisa kita bicarakan sekarang tentang kerjasamanya?” potong Anissa. “Bisa, Anissa.” Lelaki paruh baya itu pun menarik tangan Anissa untuk duduk di sampingnya daripada berdampingan dengan lawan bisnisnya. Refal pun menajamkan tatapannya ke Anissa, akan tetapi perempuan itu tak menghiraukan suaminya itu. “Kita pesan makanan dulu boleh kali ya?” “Oh, tentu boleh. Anissa bisa pesan makanan apa saja, bahkan diborong pun saya mengizinkan,” ujar Hartanu yang meninggikan di depan Refal yang sangat terlihat wajahnya begitu kesal. Anissa pun menulis semua menu makanan untuk pertemuan sore hari ini. Dia, bahkan berusaha memahami kerja sama dengan perusahaan besar CEO tua itu. Berbeda dengan Refal yang sedari tadi hanya menatap Anissa dan Hartanu begitu dekat sep