“Refal, kok diam sih? Anterin Mamah ke ruangan Anissa. Mamah gak sabar deh, pasti dia sedang menyiapkan buat pemasaran produk kamu, kan?” tanya Rosa yang membayangkan keahlian calon menantunya dengan menautkan jemarinya. Lelaki dingin itu pun hanya diam tak bersuara. Hatinya begitu terenyuh saat ibunya menanyakan hal yang sedang tidak Anissa lakukan. Perempuan itu sedang merasakan sakit karena ulahnya, hingga tak sadarkan diri di sebuah ruangan hening. Perempuan paruh baya itu pun menarik kursi rodanya, hingga berada di samping anaknya. Dia pun menepuk tangan anaknya. “Refal, kenapa kamu diam saja? Ayo, anterin Mamah. Atau gini aja deh, kamu tunjukan dia di ruang mana kalau kamu sibuk.” “A—Anissa, lagi sibuk banget, Mah. Jadi, maklum lah kan pernikahannya juga sudah dekat biar dia nanti