Rangga yang duduk santai di depan TV rumahnya sesekali menatap istrinya yang tengah menyiapkan makan malam mereka.
“Ada-ada saja permintaan Pak Santo itu, komentar dan sikapnya selalu saja bikin orang emosi,” keluh istrinya sambil meletakkan piring berisi ikan Nila yang baru digoreng.
“Ada apalagi dengan Pak Santo, Dia masih sering menggodamu,” Rangga memandangi tubuh semampai yang berjalan menuju freezer di sampingnya. tubuh Rianti terbilang langsing dengan pinggul yang bertaut serasi dengan bongkahan panttat montok yang selalu bergetar mengiringi tiap langkah kakinya.
“Sungguh aku gak relaaa,” bibir Rangga mendesah pelan ketika teringat obrolan dikantornya tadi siang, bagaimana mungkin dirinya membiarkan tubuh indah itu ditunggangi oleh teman-teman sekantornya.
“Apa? Bicaramu selalu saja pelan, bagaimana aku bisa mendengar,”
“Oh, Tidak, aku hanya memanggilmu,” Rangga memeluk istrinya dari belakang, membaui rambut tergerai yang masih sedikit basah, tangannya mengelus lembut bongkahan panttat yang selalu saja membuatnya bergairrah.
Telah sering Rangga ingin mencoba lubang bagian belakang yang ada ditengah-tengah panttat itu, sebuah seks anaaal, tapi Rianti selalu saja menolaknya, dengan berbagai macam alasan, jijik, jorok, takut sakit, dan puluhan alasan lainnya.
“Sayang, aku masih terlalu capek hari ini, aku tidak yakin dapat melayanimu malam ini, bahkan mungkin aku akan langsung tertidur ketika menyentuh kasur,” keluh Rianti saat Rangga meremasi payyudaranya.
“Hahaha, Tidak sayang, aku hanya ingin menawarkan sebuah liburan kepadamu, apakah kau bisa mengambil cuti untuk beberapa hari kedepan? Bukankah kau belum mengambil cuti tahun ini,” Rangga mencoba mengingat-ingat, bahkan pada saat perkawinan mereka, tepat tiga bulan yang lalu Rianti tidak dapat mengambil jatah cutinya, semua gara-gara ulah pak Santo manager personalia salah satu Bank swasta tempat Rianti bekerja.
“Liburan? Kemana? Kapan,” Wajah Rianti langsung berbinar, mungkin inilah kesempatan untuk sesaat melepas semua rutinitas yang melelahkan. “Aku yakin kali ini pasti bisa mendapatkan jatah cutiku,” sambungnya cepat, seakan takut Rangga menarik kembali tawarannya.
“Besok lusa kantorku mengadakan liburan kesalah satu villa di pesisir pantai, rasanya sangat sayang bila kita melewatkan kesempatan itu, hitung-hitung kita dapat berbulan madu dengan gratis,”
“Bersama rombongan kantormu,” dahi Rianti mengerut, dirinya memang telah lama ingin menghabiskan waktu hanya berdua dengan suaminya. Ingin sekali Rianti mencoba beberapa busana yang menantang, memperlihatkan keindahan tubuhnya dalam berbagai balutan busana yang sengaja dibelinya untuk bulan madu, tapi hanya di depan Rangga.
Rangga membaca rona kecewa pada wajah cantik itu. “Kau boleh mengenakan apapun yang kau mau, bahkan kau boleh melakukan apa saja disana,” Rangga bingung sendiri dengan kalimat yang dilontarkannya, kenapa ia justru begitu takut Rianti tidak bisa ikut dalam liburan kantornya.
“Tapi aku malu, disana banyak teman-temanmu,”
“Kenapa harus malu, mereka Cuma teman-teman sekantorku, bahkan beberapa dari mereka sudah pernah menginap dirumah kita, Ayolah sayang,”
“Tapi, apakah nanti aku boleh mengenakan hadiah yang diberikan Mulan pada saat perkawinan kita?” Rianti bertanya dengan pelan, takut mengundang kemarahan Rangga.
“Hadiah dari Mulan?” Rangga mencoba mengingat-ingat hadiah apa yang telah diberikan oleh staff yang menjadi istri simpanan Pak Wisnu itu.
“Owwgghh, dua lembar pakaian renang One Piece dan two piece, kenapa pula Mulan menghadiahkan pakaian semacam itu diacara pernikahan,” Rangga mengumpat, jika Rianti menggunakan itu maka tak ubahnya seperti menjajakan tubuhnya untuk dijamah dan dilahap teman-temannya.
“Yah, mungkin kau bisa menggunakan salah satunya, dan menurutku one piece tidak terlalu jelek untukmu,” timpal Rangga cepat, One piece lah pilihan terbaik dari yang terburuk.
Rangga merinding ketika Rianti menyambut usulnya dengan wajah yang tersenyum. Ruangan menjadi senyap, masing-masing sibuk dengan pikirannya. Tidak ada lagi percakapan serius hingga mereka selesai makan dan beranjak ke tempat tidur.
* * *