Rencana Liburan

1221 Kata
[Sekarang] ....... “Heehh… kaget banget gue kalau sampai si Ariy pun jadi kayak gitu sekarang,” komentar Akio usai dengar cerita Var yang sangat serius, mendalam, tendensius, dan sama sekali tak ada aroma dusta di antara mereka. Haiyaa iyaa iyaa. “Waktu masih SMP dia tuh biasa banget, lho. Tipikal siswa rata-rata air aja deh pokoknya. Peringkat nilainya emang selalu lebih tinggi dari gue. Tapi, nggak pernah, walau hanya sekali, lebih tinggi dari Pare,” ia melanjutkan. “Gue juga,” sambung Baek. “Anak kerjaannya di perpus terus gitu bisa jadi kayak anggota mafia ya sekarang. Gokil, sih.” “Sebenernya tadi gue sempet ketemu sama Ariy. Anaknya keliatan biasa aja. Biasa banget. Malah gak berlebihan kalau dibilang jauh lebih normal daripada elo, Re,” cerita Akio. “Gue nggak akan kaget kalau lo semua pada nggak nangkep inti cerita gue. Reaksi yang sama akan gue dapet kalau ngomong soal ini sama para siswa Spebius,” terang Var. “Terus… lo kan udah ngomong gitu sama kita, nih,” ragu Akio, “yakin nggak apa-apa? Kelihatannya SUP itu organisasi siswa yang bener-bener misterius. Jangan-jangan di antara mereka ada pembunuh bayaran lagi. Kalau Baek sih bakal aman aja kan dia anak orang tajir. Lha gue apa kabar? Siapa yang bakal melindungi gue?!!!” pekiknya gaje. Var dan Baek membatin, kebanyakan nonton anime nih bocah satu. “Waktu ke rumah Sien gue tanyain ke orang tuanya kan di mana dia. Tapi, mereka nggak tau ke mana dia pergi. Sien cuma ninggalin salam lewat telpon,” beritahu Var. “Kasus!” teriak Akio efek menonton anime Detektif Conan. “Alaah, bray, itu biasa. Temen lo itu merasa ada yang aneh sama SUP terus nyeritain sama lo dan lo jadi ikutan mikir. Lo kan orangnya gampang terpengaruh. Kayak dulu. Karena Kio suka Gundam. Lo ikutan sok borong Gundam. Pasti nggak pernah dirakit sampai sekarang,” simpul Baek berusaha memudahkan. “Awalnya gue juga mikir gitu. Tapi, enggak, bro. Hubungan samar gue sama Ariy menjelaskan sedikit banyak hal. Contohnya sikap Ariy waktu gue kepergok Kak Eliz. Gak bisa dijelaskan, ‘kan?” tanya Var. “Re, lo tau nggak alasan kenapa kalo nggak ngecat rambut itu bisa dirundung di Spebius?” tanya Akio sambil menjelajahi internet. “Yang berlaku di Spebius rundung halus. Kondisi di mana golongan kuat nggak melakukan apa pun sama lo. Tapi, lo merasa terintimidasi karena nggak bisa kayak mereka. Contohnya warna rambut gue,” jawab Var mengangkat beberapa helai rambutnya yang kini berwarna. “Lo barusan juga bilang kalau Ariy kerja, ‘kan? Tau nggak kerja di mana dan apa kerjaannya?” tanya Akio masih serius dengan kegiatan di laptopnya. “Semua informasi yang menyangkut para SUP itu rahasia besar,” jawab Var. “Setdah, udah kayak illuminati aja mereka,” celetuk Baek. “Bokap lo kenal sama Ariy gak, Re?” tanya Akio lagi. “Ya nggak, lah. Gue aja baru kenal dia di SMA,” jawab Var. “Tapi, bokap lo kelihatan akrab banget lho sama dia,” kata Akio sambil menunjukkan rekaman kamera pengawas yang terletak di helipet Spebius yang baru ia retas. “Hah? Kapan Ayah ke sekolah?” tanya Var seraya melihat pemandangan itu kalut. “Gimana bisa ayah lo malah lepas landas bareng Ariy. Di sekolah anaknya sendiri lho padahal. Dan lonya sendiri malah nggak tau apa pun juga,” tanya Baek. Melirik Var dan Akio. “Gue nggak tau, gue nggak tau, beneran nggak tau. Ayah belum pernah bersikap kayak gini,” ucap Var kalut. Apakah ayahnya termasuk dalam konspirasi Spebius? Tidak ada yang tau soal itu. ……. Di bagian bumi yang lain. Ariy sebagai seorang anggota SUP harus tetap berada di sekolah meski para siswa dan siswi lain sudah memasuki libur pergantian tahun dan tengah bersantai di rumah mereka. Sekitar setengah tahun menjabat sebagai SUP. Ia sudah menyelidiki bagian mana saja yang bisa lolos dari pengawasan Ruangan Para SUP. Di padang rumput belakang SMA Spebius. Berdiri tegak pohon beringin legendaris yang konon sudah ada sebelum komplek sekolah dibangun. Di padang rumput tentu tak ada kamera pengawas atau penyadap suara. Karena tak ada banyak siswa juga berkenan pergi ke tempat tanpa hal menarik seperti itu. Namun, saat ia datang, di bawah pohon itu… tengah duduk seorang gadis yang tampak tenang. Kalem menikmati suasana alam di tengah perkotaan yang sumpek. “Ddda ddda ddaarr!” teriak Ariy berusaha mengagetkan gadis itu. “Astaghfirullah! Gue kira SUP mergokin gue,” respon gadis itu sok berlagak kaget dengan raut super lebay. “Cih, nggak sadar ya lo lagi ngomong sama siapa?” tanya Ariy seraya berbaring mengunakan paha mulus si gadis sebagai bantalan. “Elo mah SUP jadi-jadian, Riy. Image lo di mata anak-anak tuh nggak sama kayak SUP lain. Sama Lawson aja udah beda banget,” balas si gadis. “Dasar kuntilanak penunggu pohon beringin,” ledek Ariy sembari menutup mata. “Kalo ada kuntilanak kayak gue, semua cowok pasti pada pengen punya indera keenam,” balas si gadis seraya menyibakkan rambut ala pose iklan sampo. Tsaaahh! “Iya, iya, iya deh, sesuka Anda saja,” respon Ariy bersama desiran angin yang membelai wajahnya. Mengangkat sedikit poni yang tutupi sebagian wajah. “Psst, bangun! Gue juga mau ikut tiduran,” bisik gadis itu. “Mmmhh,” erang Ariy. Semakin merapatkan kepala ke paha si gadis. “Dasar kebo. Di mana aja bisa-bisanya tidur pules,” ledek gadis itu. Ia pun mengangkat kepala. Melihat langit yang lumayan cerah, namun sama sekali tak terik. Buat suasana sangat nyaman. Di antara awan yang berarak ia melihat sebuah pintu yang berhasil ia dobrak. Sebagai satu-satunya siswi SMA Spebius yang tak berasal dari SMP Round of Circle 10. Archer, gue minta tolong, tolong maafin gue. ……. “Gue udah coba nelpon Ayah. Dia cuma kasih jawaban khas orang tua,” ucap Var usai menempol ayahnya. “Apakah jawaban itu?” tanya Akio. “Nanti juga tau sendiri,” jawab Var “santai”. “Bro, liburan ke Swiss, yuk,” ajak Baek tiba-tiba, berusaha alihkan topik ke sesuatu yang lebih ringan dan terdengar menyenangkan. Obsesi ayahnya, Dikara untuk mengajak seluruh keluarga berlibur ke Swiss belum juga padam. Setelah rencana tahun lalu terpaksa digagalkan karena penolakan banyak pihak. “Gue maunya ke Korea Selatan, bro. Ketemu sama Mbak Blackpink, Mbak Twice, Mbak Ive, dan mbak-mbak cantik, seksi, bin bohay lainnya,” rajuk Akio manja menarik lengan pakaian Baek. Abaikan anak satu ini, batin Baek gak jelas. “Mau nggak?” tanyanya lebih serius seraya menatao wajah Var. “Wah, sori, gue nggak bisa melakukan hal segabut itu,” jawab Var. “Ayolaah, masa gue ke Swiss sendirian, sih? Males banget asli,” rajuk Baek manja menarik lengan pakaian Var. “Kasian tuh si Baek, Re. Temenin, lah,” pinta Akio ikut-ikutan menarik lengan pakaiannya. “Gue udah ngelamar magang di perusahaan pemilik sekolah gue yang penuh dengan tanda tanya ini. Masih belum tau diterima apa enggak, sih. Kalau diterima gue bakal magang selama sekitar dua minggu di sana. Kalau enggak baru deh gue punya waktu buat ikut elo,” ucap Var dengan aura cool-nya meluber ke mana-mana. Tsaaah. Njir, gue dijadiin cadangan. Ampas bener gue punya temen. “Oke deh kalau alasannya itu gue akan coba mengerti. Kalau khusus buat Kio nanti lo gue oleh-olehin salju aja, yak.” “Taik lu,” jawab Akio menjitak kepala Baek. Pltak!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN