Bab 23

1268 Kata

"Jadi Rifat itu ...." Tiba-tiba saja ponsel papa berdering, ia memberikan isyarat dengan telapak tangan untuk menghentikan cerita. Papa mengangkat panggilan masuk dari Om Farhan. Ada perasaan lega saat suara deru telepon yang membuat aku tidak jadi menceritakan siapa Rifat sebenarnya. Rasanya belum cukup kalau aku hanya menceritakan dari apa yang kudengar melalui sambungan percakapan Mama Desti dan penjahat itu. Rencananya, aku akan menceritakan ini pada papa lebih dulu, supaya ia mencari tahu motif apa yang membuat Mama Kinan terbunuh tanpa ada yang mengetahuinya. Melihat wajah Mas Arlan pun aku masih belum tega memberikan informasi ini padanya. Khawatir ia benar-benar shock mendengarnya. Tangan Mas Arlan menggenggam, aku menoleh ke arahnya. Menatap wajah yang ada bekas memar di pin

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN