Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Kamu jalan duluan, Arlan dan Nilam, Papa dengan Farhan belakangan, masih urus berkas ke bagian keuangan," seru papa. Mas Arlan menganggukkan kepalanya seraya paham atas perintah sang mertua. "Kalian duduk di dekat Dila dan Gerry, ya," sambung Om Farhan. Aku segera menggandeng suami. Lalu kami bergegas ke aula yang sudah ditunggu oleh beberapa orang kantor. Hari ini ada kejutan manis untuk Mas Gerry dan Mbak Dila. Semoga mereka tidak shock mendengar kenyataan ini. Pintu aula sudah ada yang jaga, sang penerima tamu pun tidak mengenal siapa aku dan Mas Arlan. Mereka meminta identitas dan undangan sebagai tanda untuk diperbolehkan masuk. "Saya diundang oleh Pak Farhan, memang harus pakai undangan?" tanya Mas Arlan padanya. Dikarenakan melihat aku di depan, Mbak Dila pun menghampir