Aileen tertawa pelan ketika dia mendengar lelucon yang dikatakan oleh Keizaro.
Ah, Aileen sangat beruntung karena dia selalu memiliki Keizaro di dalam hidupnya. Pria itu selalu memberikan dukungan terbaik kepadanya, dia selalu ada kapanpun Aileen membutuhkannya. Keizaro rela meninggalkan apapun ketika dia mendengar Aileen sedang dalam bahaya.
“Apa yang kamu lakukan hingga kepalamu harus terluka seperti ini? Kemarin malam aku sudah bertanya kepada Adeline, tapi adikmu itu terlihat berusaha menutupi sesuatu. Lalu ada seorang pria asing bernama—”
“Eros? Apakah dia ada di sini?” Tanya Aileen dengan cepat.
Satu-satunya hal yang dia ingat sebelum kesadarannya direnggut adalah wajah khawatir Eros. Entah apa yang terjadi pada pria itu, tapi sejak Aileen sadar beberapa jam yang lalu, Aileen sama sekali tidak menemukan Eros. Adeline juga tidak ada di sini sehingga Aileen tidak bisa bertanya apapun kepada adiknya itu.
“Apakah kamu mengenalnya? Adeline mengatakan jika pria itu membantu membawamu ke sini. Bukankah kamu tidak sadarkan diri saat itu?” Tanya Keizaro sambil mengernyitkan dahinya.
Aileen mengerjapkan matanya. Apa yang sebenarnya dikatakan oleh Adeline?
“Ah, aku masih sadar saat itu. Aku kehilangan kesadaran saat dalam perjalanan menuju rumah sakit” Kata Aileen dengan pelan.
Sejujurnya, Aileen merasa khawatir jika Eros ikut ke rumah sakit bersamanya. Apa yang akan terjadi jika ada yang tahu tentang kebenaran Eros? Pria itu akan berada dalam bahaya.
Aileen menarik napasnya dengan pelan. Apa yang harus dia lakukan sekarang?
“Sudahlah, jangan memikirkan apapun lagi. Sekarang, makan buah ini. Aku akan mengupaskan jeruk untukmu” Kata Keizaro sambil menyerahkan sepiring apel yang telah dia potong.
Aileen menatap Keizaro dengan pandangan terharu. Seburuk apapun kelakuan Keizaro di luar sana, dia akan tetap menjadi pria manis ketika sedang bersama dengan Aileen.
“Sepertinya aku memang harus menikah denganmu, Keizaro. Aku hanya terluka kecil, tapi merawatku dengan sangat baik. Kamu bahkan tidak pulang sejak kemarin..” Kata Aileen sambil tertawa pelan.
Keizaro naik ke atas ranjang Aileen lalu duduk di sampingnya. Pria itu bahkan memeluk pinggang Aileen sambil tertawa.
“Iya, kamu memang harus menikah denganku. Tidak akan ada orang yang bisa mengurusmu sebaik diriku, Aileen..” Kata Keizaro.
Aileen tertawa keras.
“Lepaskan aku, aku tidak bisa bernapas!” Kata Aileen dengan kesal.
Keizaro tidak mendengarkan perintahnya, pria itu hanya diam seakan dia sangat menikmati posisi ini.
Iya, mungkin orang lain yang melihat mereka akan berpikir jika Aileen dan Keizaro adalah sepasang kekasih. Selama ini Keizaro tidak pernah sungkan untuk memeluk Aileen di tempat umum, begitu juga dengan Aileen. Mereka adalah sahabat yang sangat dekat, bahkan mungkin mereka jauh lebih dekat dibandingkan sepasang kekasih.
Entahlah, selama ini Aileen merasa jika hanya Keizaro saja yang mengerti dirinya. Yang mengenalnya dengan sangat baik. Yang bisa menerima semua mimpi dan juga harapan Aileen yang kadang tidak masuk akal.
Begitulah, Aileen memang sangat beruntung karena dia memiliki Keizaro.
***
“Adeline, apakah Eros masih ada di sini?” Tanya Aileen ketika adiknya itu datang di siang hari.
“Aku sudah memintanya untuk pulang. Kemarin malam dia berkata jika dia ingin menemuimu ketika kamu sudah sadar, tapi aku melarangnya. Akan sangat berbahaya jika Papa melihatnya di sini” Kata Adeline.
Aileen menarik napasnya dengan pelan.
Jujur saja Aileen tidak mengerti kenapa hatinya merasa sangat gelisah. Dia tidak tahu bagaimana keadaan Eros saat ini, dia merasa sangat khawatir. Semoga saja tidak ada hal buruk yang akan terjadi kepada Eros.
“Apa yang kamu katakan kepada Keizaro? Kenapa dia bisa mengenal Eros?” Tanya Aileen.
Aileen menatap ayah dan ibunya yang tampak sedang berbicara dengan Keizaro. Benar, orang tuanya memang sangat dekat dengan Keizaro mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengobrol. Oh, jangan lupakan Aruna yang sedang tadi tampak berusaha menarik perhatian Keizaro.
Sudahlah, setidaknya sekarang Aileen memiliki waktu untuk berbicara dengan Adeline.
“Saat itu aku tidak tahu harus melakukan apa. Jika aku menghubungg Papa, bisa dipastikan jika kita berdua akan dalam masalah, oleh sebab itu aku menghubungi Kak Keizaro. Dia datang dan bertemu dengan Eros, aku memperkenalkan mereka berdua. Aku mengatakan jika Eros adalah orang yang membantuku membawamu ke sini. Aku juga mengatakan jika kamu terjatuh saat kita sedang memesan makanan.” Kata Adeline.
Aileen menganggukkan kepalanya.
“Kamu melakukan hal yang benar. Keizaro adalah jawaban dari setiap masalah yang aku miliki” Kata Aileen dengan pelan.
“Aku bersyukur karena aku memiliki otak untuk berpikir saat itu. Aku benar-benar takut karena kamu mengeluarkan banyak darah, Aileen..” Kata Adeline.
Aileen menatap adiknya yang tampak sedang menahan tangis.
Ah, Adeline memang memiliki hati yang lembut sekalipun dia sering berbicara kasar.
“Aku baik-baik saja, Adeline. Jangan khawatir..” Kata Aileen sambil tersenyum.
“Berjanjilah kepadaku untuk tidak membahayakan dirimu lagi, Aileen. Aku takut jika sesuatu yang buruk terjadi padamu..” Kata Adeline sambil menangis.
Aileen tertawa pelan. Dia baru tahu jika Adeline sangat khawatir kepadanya.
“Jangan menangis, aku baik-baik saja..” Kata Aileen sambil tertawa lagi.
Aileen mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Adeline.
“Adeline menangis sejak malam, Aileen. Diam-diam dia sangat menyayangimu tapi dia malu untuk mengungkapkannya..” Kata Keizaro sambil tertawa.
Aileen menatap Adeline yang sekarang menangis semakin keras.
Ah, adiknya memang sangat lucu.
“Iya, dia semalaman tidak tidur. Dia terus menangis karena khawatir.. Papa bahkan menemaninya hingga pagi karena dia tidak kunjung berhenti menangis..” Kata Ayahnya.
Aileen kembali tertawa, tapi kali ini dia memeluk adiknya.
Ya, Aileen merasa sangat beruntung karena memiliki adik seperti Adeline. Kadang Adeline memang sering berbicara kasar seakan dia tidak peduli dengan orang lain, tapi sebenarnya tidak demikian.
“Dia hanya terluka kecil tapi Adeline menangis seakan Aileen kehilangan kepalanya. Dia membuat jam tidurku berantakan” Kata Aruna.
Aileen menatap Kakaknya itu sambil mengernyitkan dahinya. Astaga, kapan Aruna bisa berhenti bersikap menyebalkan?
“Tentu saja aku sangat takut kehilangan Aileen, Aruna. Dia satu-satunya orang yang bisa mengerti penderitaanku karena memiliki Kakak seperti dirimu!” Kata Adeline.
Aileen tertawa pelan. Adeline memang tidak pernah mengecewakan. Setiap kalimat yang keluar dari bibirnya selalu mampu membuat orang lain terdiam tanpa bisa mengatakan apapun.
“Sudahlah, Adeline. Aku baik-baik saja. Semalam Keizaro ada bersamaku, dia mengurusku dengan sangat baik..” Kata Aileen sambil melepaskan pelukannya.
“Itulah yang Papa dan Mama katakan kepada Adeline, di sini ada Keizaro. Dia pasti menjagamu dengan sangat baik, tapi anak nakal itu tetap tidak berhenti menangis.” Kata ibunya.
Orang tuanya sangat percaya kepada Keizaro. Mereka bahkan tidak akan menghubungi Aileen sekalipun Aileen tidak pulang semalaman ketika mereka tahu jika Aileen bersama dengan Keizaro. Bagi orang tuanya, satu-satunya orang yang tidak akan pernah melanggar kepercayaan mereka, juga tidak akan pernah menyakiti Aileen adalah Keizaro.
“Sudahlah, berhentilah mengejekku. Jika bukan karena Aileen, aku tidak akan menangis seperti ini!” Kata Adeline dengan kesal.
“Adeline, panggil dia ‘kakak’. Dia bukan teman sebayamu” Kata ayahnya.
Aileen tersenyum ketika melihat Adeline mencebikkan bibirnya. Adiknya itu tampak kesal.
“Biarkan saja dia melakukan apapun yang dia inginkan, Papa. Dia sudah membuktikan kepadaku jika dia sangat menyayangiku sekalipun dia jarang memanggilku dengan sebutan ‘kakak’.” Kata Aileen sambil tersenyum.
“Iya, dunia ini sudah semakin modern, Paman. Adeline mungkin mengikuti teman-temannya, yang penting bukanlah cara memanggil, tapi perasaan mereka dan kedekatan hubungan mereka” Kata Keizaro.
Aileen menganggukkan kepalanya. Apa yang Keizaro katakan memang sangat benar. Tidak penting bagaimana cara mereka saling memanggil, yang penting mereka memiliki hubungan baik sebagai keluarga.
“Tidak, Keizaro. Dunia ini memang semakin berubah, tapi Paman tidak akan membiarkan Adeline mengikuti perkembangan buruk. Aileen adalah Kakaknya, tidak baik jika Adeline memanggilnya dengan tidak sopan” Kata Ayahnya.
Aileen mengangkat sebelah alisnya. Sudahlah, selama ini memang tidak ada yang bisa mengubah pendirian teguh ayahnya.
***
“Apa yang sebenarnya kamu lakukan hingga terluka dan merepotkan semua orang seperti ini?”
Benar, pertanyaan itu diajukan oleh Aruna.
Di saat semua orang pergi keluar untuk makan di salah satu restoran di depan rumah sakit, Aruna malah memilih untuk tinggal di ruangan ini. Katanya dia ingin menemani Aileen. Ayahnya tentu sangat senang ketika mendengar penuturan Aruna, Kakaknya itu terlihat seperti seorang kakak yang sangat peduli kepada adiknya. Tapi, selama ini semua orang memang selalu tertipu dengan Aruna. Mana mungkin Aruna peduli padanya?
“Kakak tidak perlu repot, kalau memang ingin pulang, pintu keluarnya ada di sana..” Kata Aileen dengan santai.
Saat ini Aileen sedang tidak ingin berdebat dengan Kakaknya. Aileen merasa pusing jika dia terlalu banyak berbicara. Lagipula, pembicaraan dengan Aruna bukanlah hal yang penting untuk dilakukan.
Kakaknya itu sangat pandai dalam menghancurkan suasana hati seseorang.
“Sebenarnya aku juga tidak mau berada di sini. Kamu memang sangat menyedihkan, Aileen..” Kata Aruna sambil berjalan meninggalkan Aileen.
Sayangnya, sesaat sebelum Aruna keluar, pintu itu lebih dahulu terbuka.
Aileen menatap seseorang yang berdiri di balik pintu itu.
Astaga, dia sama sekali tidak percaya jika Eros datang ke sini.
“Eros?”
Aileen langsung bangkit dari posisi berbaring, dia menatap Eros sambil tersenyum.
Entah kenapa hatinya sangat lega ketika melihat Eros sedang berdiri di hadapannya dengan keadaan yang sangat baik. Eros baik-baik saja, dia aman, dan dia masih hidup.
“Siapa dia?” Tanya Aruna.
Aileen langsung menatap Kakaknya. Astaga, Aileen lupa jika Aruna masih ada di sini.
“Kenapa Kakak tidak segera keluar? Bukankah Kakak ingin pulang? Aku mohon, tinggalkan aku dan jangan menggangguku..” Kata Aileen dengan tegas.
Aruna menatapnya beberapa saat, Kakaknya itu tampak memicing dengan pandangan tidak suka.
“Kamu pikir siapa dirimu sehingga bisa mengusirku? Aku bisa berada di tempat manapun yang aku inginkan” Kata Aruna dengan suara congkak.
Aileen mengernyitkan dahinya.
Untuk sejenak Aruna hanya diam sambil terus menatap Aileen, tapi setelah itu Aruna memilih untuk kembali melangkahkan kakinya dan keluar dari ruangan Aileen.
Aileen kembali menatap Eros yang tampak kebingungan dengan drama yang baru saja terjadi di depan matanya.
“Eros.. bagaimana keadaanmu?” Tanya Aileen sambil mengulurkan tangannya untuk memeluk Eros.
Eros menatapnya dengan kebingungan, tapi akhirnya pria itu membalas pelukan Aileen.
“Seharusnya aku yang menanyakan hal itu kepadamu, Aileen..” Kata Eros.
Aileen tertawa pelan.
Aileen menatap Eros yang sedang berdiri di depannya. Hatinya sangat lega ketika bisa melihat Eros. Entah kenapa sejak dia membuka mata untuk yang pertama kalinya, Eros adalah hal pertama yang dia pikirkan.
“Bagaimana keadaanmu? Apakah semuanya baik-baik saja?” Tanya Eros sambil menatapnya dengan khawatir.
Aileen menganggukkan kepalanya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, keadaannya baik-baik saja. Kata dokter, luka di kepala Aileen bukanlah luka yang serius. Aileen bahkan mungkin diizinkan pulang sore ini.
“Aku baik-baik saja. Bagaimana mungkin kamu bisa berada di sini? Apakah kamu tidak takut jika—”
“Maafkan aku, Aileen..” Kata Eros sambil menundukkan kepalanya.
Aileen mengernyitkan dahi, kenapa Eros harus meminta maaf? Pria itu tidak membuat kesalahan apapun.
“Hei, kenapa kamu meminta maaf? Ini bukan salahmu, Eros..” Kata Aileen dengan pelan.
“Aku berjanji untuk menangkapmu jika kamu terjatuh, tapi aku gagal..” Kata Eros.
Aileen menarik napasnya dengan pelan lalu kembali tersenyum. Tangannya meraih tangan Eros dan menggenggamnya dengan lembut.
“Kamu memang mengingkari janji itu, tapi aku memaafkanmu asalkan kamu berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.. sudahlah, Eros jangan khawatir.. aku baik-baik saja. Kamu seharusnya mengkhawatirkan dirimu sendiri, bagaimana jika kamu tertangkap? Kenapa kamu tidak kembali pulang?” Tanya Aileen.
Eros tampak menundukkan kepalanya.
Astaga, sejak kemarin Eros berada di sini. Dia pasti belum makan apapun sejak pagi.
“Eros, aku sangat lapar, bisakah kamu mengambil makanan itu?” Tanya Aileen sambil menunjuk ke bingkisan makanan yang dibawa oleh orang tuanya.
Eros menganggukkan kepalanya dan mengambil bingkisan yang Aileen inginkan. Aileen tersenyum dan mengucapkan terima kasih ketika dia menerima bingkisan itu.
“Sekarang, ayo makan bersamaku. Aku tahu jika kamu juga sangat lapar..” Kata Aileen sambil tersenyum.