Eros tidak pernah menyangka jika hal seperti ini akan terjadi.
Tadi pagi dia mencopet uang dari seorang wanita yang memiliki niat baik. Dia ingin datang untuk memberikan bantuan kepada orang tanpa kasta, tapi Eros malah mencopet uangnya.
Lalu, malam ini dia bertemu lagi dengan wanita itu. Wanita yang membantunya lepas dari kejaran para penjaga, dia juga membelikan makanan dalam jumlah yang cukup banyak. Juga membelikan sepatu baru untuk dirinya dan juga Ethan. Bukan hanya itu saja, ada banyak hal yang diberikan oleh wanita itu secara cuma-cuma. Dia selalu tersenyum ketika mengulurkan bantuan seakan dia memang sangat menyukai hal itu. Seumur hidupnya, Eros belum pernah melihat orang sebaik Aileen.
“Sekarang, apa lagi yang harus kita beli?” Tanya Aileen.
“Jangan membeli terlalu banyak hal, kami akan merasa semakin sungkan, Aileen” Kata Ethan.
Aileen bahkan meminta untuk dipanggil langsung menggunakan namanya. Wanita itu menganggap Eros dan Ethan sejajar dengan dirinya padahal jika dilihat, mereka memiliki perbedaan yang sangat jauh. Aileen hidup dengan makmur karena dia memiliki kasta, sementara Eros dan Ethan adalah orang tidak beruntung yang hidup tanpa kasta.
Jika saja dunia ini dipenuhi oleh orang berhati baik seperti Aileen, pasti tidak akan ada orang kekurangan seperti Eros dan Ethan. Tidak akan ada pembagian kasta berdasarkan status keuangan. Tidak, tidak akan ada.
“Jangan seperti itu, mulai sekarang kalian adalah temanku. Jangan merasa sungkan kepadaku. Setiap kali aku datang ke tempat kalian, kalian harus jadi orang pertama yang menemuiku. Apakah kalian mau?” Tanya Aileen.
Ethan menganggukkan kepalanya dengan antusias.
Ya, setelah ini, kapanpun dia bertemu dengan Aileen, maka Eros akan memberikan penghormatan terbesar. Eros akan terus memberikan tatapan penuh kekaguman kepada perempuan itu.
Atas semua kebaikan yang telah Aileen berikan hari ini, Eros harap perempuan itu mendapatkan banyak berkat dan kebahagiaan.
Eros melayangkan matanya, menatap langit yang dipenuhi oleh cahaya bintang. Merasakan dengan jelas bagaimana dunia ini tampak begitu indah dengan kerlap-kerlip lampu yang dipasang oleh gedung pencakar langit yang memenuhi hampir setiap tempat di kota ini.
Lalu, di sudut kanan, terlihat dengan jelas jika kegelapan sedang berusaha untuk menguasai. Sama seperti biasanya, tempat itu akan selalu menjadi tempat terpencil yang tidak disinari oleh cahaya. Tempat itu adalah rumah Eros dan Ethan, rumah bagi semua orang yang hidup tanpa kasta.
Perjalanan yang Eros dan Ethan tempuh dengan berjalan kaki memakan waktu sekitar 6 jam lamanya, namun dengan menggunakan mobil terbang ini, mereka hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
Dunia ini bisa ditempuh dengan begitu mudah karena kemajuan teknologi yang berkembang pesat. Sayangnya, orang tanpa kasta seperti dirinya tidak bisa menikmati perkembangan teknologi tersebut.
“Dimana rumah kalian?” Tanya Adeline.
“Turunkan saja kami di bahu jalan. Kami akan berjalan dari sana” Kata Eros.
Mobil terbang yang mereka tumpangi akhirnya mendarat di bahu jalan seperti yang Eros katakan.
“Terima kasih karena telah membantu kami, terima kasih karena membelikan kami makanan, sepatu, juga pakaian baru. Terima kasih banyak, Aileen..” Kata Eros.
Wanita itu tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Jika Eros mempercayai keberadaan bidadari, maka Eros akan mengatakan dengan lantang jika Aileen adalah salah satu dari bidadari tersebut. Perempuan itu sangat cantik, dia baik dan memiliki hati layaknya malaikat.
“Jangan seperti itu, kalian adalah temanku. Ingat baik-baik kalian adalah temanku. Sekarang ayo turun, aku akan mengantar kalian sampai di bawah, setelah itu aku akan kembali pulang..” Kata Aileen.
“Tidak, jangan ikut turun dengan kami. Tangga menuju ke bawah sangat curam, di sini tidak ada cahaya apapun. Kamu akan kesulitan” Kata Ethan.
Eros menganggukkan kepalanya. Sebaiknya Aileen segera kembali ke kotanya, tempat ini tidak aman untuk didatangi oleh dua orang perempuan baik seperti Aileen dan Adeline.
Ya, sekalipun beberapa kali Adeline mengatakan hal yang menyakitkan, Eros tahu jika perempuan itu juga memiliki hati yang baik.
“Tidak masalah, aku hanya ingin ikut turun sebentar saja. Setelah itu aku akan kembali ke mobil” Kata Aileen sambil melompat turun ke jalan raya.
Eros menghembuskan napasnya, dia tidak bisa melarang apapun yang ingin dilakukan oleh Aileen.
Pada akhirnya, mereka bertiga berjalan bersama menuruni tangga menuju ke tempat tinggal orang tanpa kasta. Adeline tidak ikut karena perempuan itu tidak suka dengan kegelapan. Ya, memang sebaiknya mereka tidak perlu turun di tengah malam seperti ini, tapi Aileen tidak bisa dihentikan.
Beberapa kali Aileen kehilangan keseimbangannya dan Eros selalu berusaha menangkap tubuh wanita itu. Eros tidak ingin Aileen terjatuh dari tangga curam ini.
“Perhatikan langkahmu Aileen, tangga ini memang cukup curam” Kata Ethan sambil terus berjalan di depan Aileen, menunjukkan jalan mana saja yang aman untuk dilalui, sementara Eros berjalan di belakang Aileen untuk menjaga keseimbangan perempuan itu.
“Jangan khawatir, Eros selalu menangkapku ketika aku hampir terjatuh. Bukankah begitu, Eros?” Tanya Aileen.
Eros tertawa pelan dan menganggukkan kepalanya.
Dalam hatinya, dia berjanji akan selalu menangkap Aileen ketika perempuan itu akan terjatuh.
Jika bukan karena bantuan Aileen, saat ini dia pasti sudah mendekam di dalam penjara bersama dengan Ethan. Bahkan mungkin hidupnya sudah berakhir ketika para penjaga itu mengacungkan pistolnya.
“Tetaplah menjaga langkahmu, mungkin Eros tidak akan mampu selalu menangkapmu” Kata Ethan sambil tertawa.
“Tidak, aku akan selalu menangkapnya. Jangan khawatir, Aileen..” Kata Eros dengan pelan.
Perjalanan mereka berakhir tepat di anak tangga terakhir.
Pada akhirnya, mereka harus berpisah sampai di sini.
Untuk beberapa saat Aileen terdiam dan tersenyum sambil menatap mereka. Tidak, tidak ada tatapan penghakiman, tidak ada tatapan kasihan ataupun tatapan merendahkan. Aileen menatap mereka seakan mereka berpijak di bumi yang sama, memiliki kedudukan yang sama.
“Baiklah, sepertinya aku sudah memastikan jika kalian pulang dengan selamat. Jangan lupakan janji yang sudah kalian buat, kalian akan selalu menjadi orang pertama yang menemuiku di tempat ini ketika aku akan datang. Dan untukmu Eros, kamu memiliki janji yang lain. Katamu, kamu akan selalu menangkapku ketika aku akan terjatuh, aku akan selalu mengingat janjimu itu..” Kata Aileen sesaat sebelum perempuan itu melangkahkan kakinya untuk kembali naik ke atas tangga.
Eros masih belum menyadari jika perempuan itu sudah menghilang di balik gelapnya malam. Tapi begitu mendengar suara jeritan Aileen, Eros tahu jika dia baru saja mengingkari janji pertamanya. Aileen terjatuh, perempuan itu jatuh dan Eros tidak menangkapnya.
Pikiran Eros kacau, apalagi ketika dia melihat darah yang mengalir di kepala Aileen.
“Astaga, Eros.. apa yang harus kita lakukan sekarang?” Tanya Ethan yang juga tampak gelisah.
“Tenanglah, aku baik-baik saja.. jangan khawatir.. ini hanya luka kecil..” Bahkan, ketika keadaannya jauh dari baik-baik saja, Aileen masih sempat berbicara dan tersenyum dengan tenang.
“Tidak, maafkan aku Aileen.. maafkan aku..” Kata Eros.
Entah kenapa, untuk yang pertama kalinya, ada perasaan takut yang menguasai hatinya. Ada rasa bersalah yang seakan mencoba untuk menghimpit dadanya. Eros takut jika ada sesuatu yang terjadi kepada Aileen.
“Hei, aku baik-baik saja. Sekarang bawa aku ke atas, aku akan pergi ke rumah sakit bersama dengan adikku.. aku baik-baik saja..” Kata Aileen.
***
Eros menatap bangunan megah yang ada di sekelilingnya. Seumur hidupnya, dia belum pernah mendatangi fasilitas kesehatan. Ini adalah kali pertama dia datang ke rumah sakit.
Pada akhirnya, Adeline meminta agar Eros ikut ke rumah sakit bersamanya karena perempuan itu merasa takut ketika melihat darah yang mengalir dari kepala Aileen.
Saat ini, Eros sedang duduk bersama dengan Adeline untuk menunggu dokter yang tengah menangani Aileen sejak 15 menit yang lalu.
“Apakah kamu tidak menghubungi orang tuamu, Adeline?” Tanya Eros sambil menatap Adeline yang tampak terus menundukkan kepalanya. Sepertinya dia sedang khawatir dengan keadaan Aileen.
Eros harap semuanya baik-baik saja. Eros tidak tahu apa yang arus dia lakukan seandainya karena kejadian malam ini, Aileen sampai harus menerima luka yang berat.
“Orang tuaku bisa membunuhmu seandainya mereka tahu apa yang terjadi” Kata Adeline dengan pelan.
Eros menarik napasnya dengan pelan. Saat ini dia kembali ke kota, entah apa yang terjadi ketika ada yang tahu jika Eros adalah orang tanpa kasta.
Tadi, beberapa saat sebelum mereka masuk ke dalam rumah sakit, Adeline memintanya untuk mengganti pakaian. Pakaian dan sepatu baru yang Aileen belikan untuknya, sekarang sedang dia gunakan. Iya, Eros memang terlihat seperti manusia pada umumnya, tapi jika ada yang tahu tentang kebenaran mengenai dirinya, maka habislah dia sekarang.
“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?” Tanya Eros dengan pelan.
“Diamlah, Eros. Aku tidak ingin berbicara denganmu..” Kata Adeline.
Eros merapatkan bibirnya. Benar, Eros seharusnya sadar akan posisinya. Tentu saja Adeline tidak ingin terlalu banyak berbicara dengannya. Aileen telah membantu Eros, perempuan itu memperlakukan Eros dengan sangat baik tapi bukan berarti Eros bisa melupakan fakta jika dia adalah orang tanpa kasta. Seharusnya Eros sadar diri.
“Adeline! Apa yang sebenarnya terjadi?” Beberapa menit kemudian, seorang pria datang mendekati Adeline dan Adeline langsung menangis di dalam pelukan pria itu.
Eros mengamati pria yang saat ini tengah sibuk menenangkan Adeline. Ya, dari pakaiannya saja Eros sudah bisa mengetahui jika dia adalah pria kaya yang statusnya berada jauh di atas Eros.
Eros menelan ludahnya sendiri, dia tidak bisa membandingkan dirinya dengan orang-orang yang ada di sekitar Aileen, perempuan itu pasti berasal dari kasta pertama atau kedua, jadi orang-orang yang berada di sekitarnya juga pasti memiliki kasta yang sama dengannya. Bodoh, untuk apa Eros membandingkan dirinya dengan pria itu? Eros jelas tidak ada apa-apanya.
“Kak Aileen terjatuh, kepalanya terluka..” Kata Adeline dengan suara bergetar karena tangis.
“Kenapa dia bisa terjatuh? Apa yang dia lakukan, Adeline?” Tanya pria itu.
Eros menunggu jawaban Adeline dengan gusar. Apakah Adeline akan menceritakan kejadian yang sebenarnya? Apakah Adeline akan mengatakan jika Aileen terjatuh dari tangga yang ada di tempat tinggal orang tanpa kasta?
“Dia—” Adeline menatap Eros sekilas, “Dia terjatuh saat kami akan memesan makanan. Iya, dia terjatuh saat itu..” Kata Adeline.
Eros menatap Adeline dengan pandangan tidak percaya. Gadis itu berusaha menutupi fakta mengenai Eros?
“Astaga, aku masih ingin mendengar penjelasan darimu, Adeline. Semua ini masih terdengar tidak masuk akal bagiku”
“Memang seperti itulah kenyataannya, Kak. Oh iya, perkenalkan, dia adalah Eros. Dia orang yang membantuku untuk membawa Aileen ke sini..” Kata Adeline sambil menatap Eros.
Eros bangkit berdiri, dia menunduk dengan hormat. Namun, satu hal yang tidak terduga terjadi, pria yang berdiri di depannya itu malah mengulurkan tangannya.
Eros menatapnya dengan tidak percaya.
“Namaku Keizaro. Terima kasih karena telah membantu Aileen dan Adeline..” Kata pria bernama Keizaro itu.
“Ah, namaku Eros..” Kata Eros dengan suara bergetar.
Dia masih tidak percaya jika Keizaro mau menjabat tangannya. Ah, Eros lupa, Keizaro belum tahu jika Eros adalah orang tanpa kasta.
***
Eros tertidur di salah satu kursi taman yang ada di rumah sakit. Dia menunggu hingga pagi karena Eros ingin melihat keadaan Aileen, dia ingin memastikan jika Aileen baik-baik saja. Oleh sebab itu, ketika Adeline menemuinya dengan diam-diam dan mengatakan kepadanya untuk segera pergi dari tempat ini, Eros memilih untuk duduk di kursi taman. Eros tahu jika sebaiknya dia tidak ada di kota, tapi Eros benar-benar sangat khawatir dengan keadaan Aileen. Eros ingin melihat Aileen sebelum dia kembali pulang.
Akhirnya, setelah melewati beberapa lorong membingungkan, Eros bisa menemukan ruangan tempat Aileen dirawat.
Eros mengintip dari kaca yang ada di atas pintu.
Di sana, terlihat dengan jelas jika Aileen tengah menikmati buah yang diberikan oleh Keizaro. Pria itu ada di sana, duduk di samping Aileen sambil memeluk Aileen dan tertawa bersamanya.
Seketika itu juga Eros merasakan getaran rasa sakit di hatinya. Sebuah perasaan asing yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
Melihat Aileen yang tampak bahagia ketika sedang duduk bersama dengan Keizaro menjelaskan satu hal kepada Eros.
Kemarin malam, Adeline lebih memilih untuk menghubungi Keizaro dibandingkan orang tuanya sendiri. Sejak saat itu seharusnya Eros sudah sadar jika Keizaro bukan sekedar orang biasa yang ada di sekitar Aileen, Keizaro adalah salah satu orang penting yang dekat dengan Aileen.
Ya, seharusnya Eros sudah menyadari hal itu sejak kemarin malam.
Rasanya, Aileen akan jauh lebih baik jika dia bersama dengan Keizaro. Pria itu terlihat sangat peduli dengan Aileen, jadi sudah jelas jika mereka memiliki hubungan yang lebih dari sekedar teman.
Perlahan, Eros melepaskan tangannya dari gagang pintu.
Mungkin akan lebih baik jika Eros pergi saat ini. Dia tidak seharusnya mengganggu Aileen dengan Keizaro.
Baiklah, sejujurnya Eros sama sekali tidak keberatan jika dia harus kembali pulang dengan berjalan kaki, tapi entah kenapa saat ini hatinya terasa sangat sesak. Seperti ada sebilah pisau yang terus menusuknya dengan perlahan.
Eros menarik napasnya dengan pelan. Dalam hatinya, dia berusaha untuk kembali mengingat posisinya.
Aileen hanyalah wanita baik yang akan selalu membantu semua orang yang dia temui tanpa memandang status dan kasta mereka. Eros adalah salah satu dari sekian banyak orang yang dibantu oleh Aileen, seharusnya Eros sadar akan posisinya. Dia berharap terlalu banyak kepada Aileen.
Sayangnya, semua harapannya dipatahkan jauh sebelum dia menyadari tentang keberadaan harapan tersebut.