Setelah menghabiskan waktu seharian di rumah sakit, akhirnya Aileen diizinkan untuk kembali pulang ke rumahnya.
Luka yang Aileen dapatkan tidak terlalu parah. Aileen hanya perlu meminum beberapa obat dan rajin mengganti perban di kepalanya. Ya, hanya itu saja.
“Sekarang katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi, Aileen?” Tanya Keizaro ketika mereka sedang berada di kamar milik Aileen.
Aileen mengernyitkan dahinya. Dia menatap Keizaro dengan kebingungan.
“Apa yang kamu katakan?” Tanya Aileen sambil tersenyum.
Keizaro tampak menghembuskan napasnya dengan pelan.
Aileen menatap ponselnya yang tergeletak begitu saja di atas tempat tidurnya. Astaga, sejak kemarin Aileen sama sekali tidak mengecek ponselnya.
Aileen meraih ponsel berlayar transparan itu dan ratusan notifikasi pesan juga panggilan langsung memenuhi ponselnya.
Astaga, Aileen sama sekali tidak mengira jika Keizaro menghubunginya sejak kemarin malam.
“Apa yang terjadi? Kamu meminjam mobilku, pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun, ponselmu tidak bisa dihubungi, lalu secara tiba-tiba Adeline mengatakan kepadaku jika kamu berada di rumah sakit. Sejak kemarin Adeline terus mengatakan hal yang tidak masuk akal. Kalian pergi membeli makan, kamu terjatuh dan terluka, lalu pria asing bernama Eros. Apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Keizaro.
Aileen menelan ludahnya sendiri.
Dia melupakan fakta jika selama ini Keizaro bukanlah pria bodoh yang mudah ditipu. Keizaro adalah salah satu petinggi di perusahaan teknologi dan komunikasi pemerintah. Tidak mudah untuk masuk dan bekerja di kementrian tersebut. Keizaro tentu bukan orang sembarangan yang memiliki kepandaian rata-rata.
Aileen tidak akan mungkin bisa berbohong kepada sahabatnya itu.
“Aku terjatuh di tangga orang tanpa kasta. Kemarin, aku meminjam mobilmu untuk mengantarkan orang tanpa kasta yang tidak sengaja menyusup ke dalam gedung. Aku mengantarkan mereka dan aku terjatuh di tangga. Lalu Eros, dia adalah temanku..” Kata Aileen sambil menundukkan kepalanya.
Apa yang bisa dia sembunyikan dari Keizaro? Tidak, tidak ada.
“Eros adalah orang tanpa kasta?” Tanya Keizaro.
Aileen mengangkat kepalanya. Bagaimana mungkin Keizaro tahu akan hal itu?
“Jangan menatapku seperti itu. Aku tahu segalanya tentang dirimu. Astaga, Aileen.. aku tidak percaya jika kamu berbohong kepadaku..” Kata Keizaro.
***
“Adeline, apakah aku bisa meminta bantuanmu?” Tanya Aileen sambil menatap Adeline yang sedang duduk sambil menonton film di layar hologram tiga dimensi yang ada di kamar Aileen.
“Jangan menggangguku sekarang. Aku sedang sibuk menonton film..” Kata Adeline dengan santai.
Aileen menghembuskan napasnya dengan pelan. Bagaimana ini? Apa yang bisa Aileen lakukan? Semua pergerakannya terbatas karena sekarang dia sedang sakit. Ayah dan ibunya tidak akan mengizinkan dia keluar dengan bebas. Masalahnya, tadi Aileen belum mengatakan kepada Eros agar pria itu segera kembali ke rumahnya. Aileen hanya menyuruh Eros agar keluar dari ruangan tempatnya dirawat setelah dia menerima pesan singkat dari Adeline yang mengatakan jika mereka sudah selesai makan dan akan segera kembali ke ruangannya.
Iya, Aileen takut jika orang tuanya bertemu dengan Eros.
Sekarang Aileen merasa sangat khawatir. Dia takut jika Eros masih tetap menunggunya di rumah sakit tanpa tahu jika Aileen sudah diizinkan pulang.
“Adeline, aku mohon padamu..” Kata Aileen.
Adeline menatapnya dengan kesal, namun adiknya itu tetap mematikan televisi dan berjalan mendekatinya.
“Ada apa lagi? Kenapa sejak kemarin kamu selalu merepotkanku, Aileen?” Tanya Adeline.
Aileen tertawa pelan. Ah, iya.. sejak kemarin dia memang sangat merepotkan Adeline.
“Tolong bantu aku sekali lagi. Aku benar-benar membutuhkan bantuanmu saat ini..” Kata Aileen sambil menangkupkan kedua tangannya di depan d**a, berlaku seolah dia sedang memohon kepada adiknya.
“Jangan lakukan itu lagi! Sudahlah, cepat katakan, apa yang harus aku lakukan kali ini?” Tanya Adeline dengan kesal.
“Bisakah kamu kembali ke rumah sakit dan mencari Eros? Katakan padanya jika aku sudah pulang, dia juga harus segera pulang. Kota ini sangat berbahaya untuknya..” Kata Aileen.
Adeline menatapnya dengan pandangan tidak percaya.
“Jangan bergurau, apakah kamu ingin membuatku kembali dalam masalah? Sudahlah, jangan memikirkan pemuda itu. Dia hanya orang tanpa kasta yang tidak sengaja kita tolong. Aku tidak mau terlibat dalam masalah lagi..” Kata Adeline sambil bangkit berdiri dan melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Aileen.
“Adeline, aku tidak bisa meminta bantuan kepada orang lain. Kamu tahu sendiri bagaimana rumitnya keadaan ini..” Kata Aileen.
Adeline menghentikan langkahnya lalu berbalik dan menatap Aileen dengan serius.
Aileen harap Adeline mau berubah pikiran. Hanya Adeline saja yang bisa Aileen andalkan dalam hal ini. Aileen khawatir jika Eros masih berada di rumah sakit dan berusaha untuk mencarinya. Entah apa yang akan terjadi jika pria itu masih tetap berada di sana.
“Kamu yang membuat keadaan jadi rumit, Aileen. Sudahlah, jangan memikirkan orang lain. Aku yakin jika orang seperti Eros bisa bertahan di tengah bahaya. Sepertinya dia sudah terbiasa dengan keadaan—”
“Adeline, aku mohon..” Kata Aileen.
Adeline menggelengkan kepalanya lalu berjalan keluar dari kamar Aileen.
Astaga, apa yang harus Aileen lakukan sekarang? Bagaimana jika Eros memang masih berada di rumah sakit? Pria itu bisa saja tertangkap jika dia tidak hati-hati.
Entah kenapa Aileen merasa sangat gelisah.
Selama ini Aileen selalu bisa melakukan apapun yang ingin dia lakukan sekalipun harus secara diam-diam. Masalahnya, saat ini dia sedang sakit. Ayahnya pasti telah memberitahu ke semua penjaga di rumah ini agar mereka menghentikan Aileen jika Aileen memaksakan diri untuk keluar.
Iya, mereka semua telah mewanti-wanti agar Aileen istirahat dengan baik setidaknya sampai luka di kepalanya benar-benar pulih. Masalahnya, Aileen tidak mungkin membiarkan Eros berkeliaran di rumah sakit sendirian. Pria itu berpikir jika Aileen masih berada di sana, dia pasti panik ketika mengetahui Aileen tidak ada di ruangan tempatnya dirawat.
Aileen kembali menarik napasnya dengan pelan. Apa yang harus dia lakukan?
“Aileen? Apakah Papa boleh masuk?”
Aileen menatap ke arah pintu kamarnya, melihat ayahnya yang tampak mengintip dari sela pintu.
“Iya, Pa. Papa boleh masuk..” Kata Aileen sambil tersenyum.
Aileen menegakkan tubuhnya, menatap ayahnya dengan pandangan was-was. Aileen khawatir jika ayahnya datang ke sini untuk menanyakan sesuatu mengenai kejadian kemarin malam.
“Bagaimana keadaanmu, Aileen? Apakah kepalamu masih terasa sakit?” Tanya ayahnya.
Aileen menggelengkan kepalanya dengan pelan.
“Aku baik-baik saja, Pa. Tidak ada yang terasa sakit..” Kata Aileen dengan pelan.
“Papa senang jika kamu baik-baik saja. Oh ya, apa yang kamu butuhkan?” Tanya ayahnya.
Aileen kembali menggelengkan kepalanya. Tidak ada satupun hal yang Aileen butuhkan saat ini.
“Tidak ada? Lalu kemana perginya Adeline? Katanya dia keluar untuk membeli barang yang kamu butuhkan” Kata ayahnya.
Aileen mengerjapkan matanya dengan pelan. Adeline keluar rumah?
Astaga, Adeline memang sangat mengejutkan.
“Aileen, apakah ada sesuatu yang kamu ketahui tentang Adeline? Apakah dia sedang berusaha menipu Papa?”
Aileen menggelengkan kepalanya untuk yang ketiga kalinya.
“Tidak, Pa. Adeline tidak berbohong, aku memang memintanya untuk membeli beberapa hal yang aku butuhkan. Lagi pula, katanya dia juga butuh membeli beberapa hal untuk keperluan sekolahnya besok. Adeline tidak berbohong” Kata Aileen.
Tapi Aileen yang berbohong.
Rasanya sangat menyakitkan ketika melihat wajah ayahnya yang tampak percaya dengan kalimat yang Aileen katakan. Aileen kembali berbohong kepada ayahnya.
Mau bagaimana lagi? Aileen tidak memiliki pilihan lain. Jika Aileen mengatakan yang sebenarnya, maka bisa dipastikan jika dirinya dan Adeline akan mendapatkan hukuman dari ayahnya.
“Baiklah kalau begitu. Papa hanya merasa jika beberapa waktu belakangan ini Adeline selalu sibuk dengan ponselnya. Saat kemarin di pesta, anak itu juga menyendiri dengan seorang pemuda—”
“Sepertinya dia teman sekolah Adeline, Papa. Sama seperti aku yang selalu bersama dengan Keizaro, Adeline juga melakukan hal yang sama..” Kata Aileen dengan tenang.
Ayahnya tampak menganggukkan kepala.
Astaga, entah apa yang akan terjadi jika ayahnya tahu tentang hubungan Adeline dengan pemuda asing kemarin malam.
Adiknya itu sudah berani berpacaran ketika Kakaknya sendiri belum pernah berani masuk ke dalam hubungan semacam itu.
Aileen takut jatuh cinta, dia takut akan sama seperti ibunya. Menjadi tidak berdaya karena dia terlalu mencintai seseorang. Ibunya itu jatuh cinta kepada ayahnya ketika mereka masih muda, dengan segala cara dia berusaha mendapatkan ayahnya, tapi lihatlah apa yang terjadi setelah ibunya menikah dengan ayahnya. Semua mimpi dan cita-cita ibunya dibatasi karena dia menikah dengan keluarga Elysium.
Dulu, ibunya juga seorang aktivis, dia sering melakukan kegiatan amal untuk orang-orang tanpa kasta, tapi begitu menikah dengan ayahnya, ibunya harus menerima semua kemauan ayahnya. Ibunya sudah tidak aktif lagi di kegiatan amal.
Oleh sebab itulah, Aileen selalu takut jatuh cinta.
Dia sering berharap jika suatu saat nanti dia akan jatuh cinta, tapi lagi-lagi perasaan takut itu menguasai dirinya. Hingga saat ini, Aileen belum pernah jatuh cinta. Aileen belum pernah berada di dalam hubungan asmara seperti yang sedang dijalani oleh Adeline.
Ya, sekalipun Aileen tidak tahu bagaimana rasanya memiliki hubungan percintaan, Aileen tetap berusaha untuk menyembunyikan fakta tentang hubungan adiknya. Aileen tidak mau Adeline berada di dalam masalah jika ayahnya sampai tahu tentang hubungan adiknya dengan seorang pemuda asing yang kemarin ada di pesta.
“Kamu dan Keizaro adalah teman dekat sejak kalian masih kecil. Papa merasa wajar jika kalian seakan memiliki dunia sendiri ketika orang lain sedang sibuk menikmati pesta. Tapi Adeline sangat berbeda denganmu, Aileen..” Kata Ayahnya.
Aileen tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Benar, Adeline memang sangat berbeda dengannya. Tapi saat ini adiknya itu sedang membantunya, jadi Aileen juga harus melakukan hal yang sama.
“Tidak ada salahnya jika Adeline bergaul dengan teman-temannya, Papa. Lagipula, kata Keizaro, teman Adeline adalah putra dari seorang Elysium juga. Papa tidak perlu khawatir terhadap pergaulannya, dia berteman dengan orang yang sejajar dengannya..” Kata Aileen sambil tersenyum.
“Papa bukannya bermaksud seperti itu. Sebagai keluarga Elysium, kita memang harus bergaul dengan orang yang statusnya sejajar dengan kita.. Papa sering khawatir kepadamu karena kamu yang paling sulit untuk dibuat mengerti, Aileen.. tapi setidaknya kamu memiliki Keizaro sebagai temanmu. Papa selalu merasa tenang jika kamu bersamanya..” Kata ayahnya.
Aileen tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
Benar, Aileen memang sangat beruntung karena dia memiliki sahabat seperti Keizaro. Pemuda itu sangat baik, apapun yang terjadi, Keizaro akan selalu menjadi orang pertama yang akan memasang tubuhnya untuk menjaga Aileen.
“Iya, aku pikir aku akan menikah dengannya jika sampai akhirnya nanti aku tidak menemukan orang yang cocok” Kata Aileen sambil tertawa.
“Jangan terlalu terburu-buru, Aileen. Hidupmu masih panjang, kamu seharusnya mulai belajar untuk bekerja di pemerintahan mulai dari sekarang. Jangan pikirkan pernikahan, pikirkan mimpi dan masa depanmu.. Lihatlah Aruna, dia berjuang keras untuk bisa masuk ke pemerintahan.. kamu memiliki potensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Aruna. Kamu jauh lebih pintar, kamu juga jauh lebih mampu..”
Aileen menggelengkan kepalanya dengan pelan. Bukan itu yang Aileen ingikan. Bekerja di kementrian pemerintahan bukanlah hal yang Aileen inginkan. Kapan orang tuanya mengerti tentang mimpi dan harapannya?
Aileen mencoba untuk tetap tersenyum. Sekalipun di rumah ini, ada banyak orang yang berusaha untuk menghalangi mimpinya, Aileen tidak akan menyerah begitu saja. Ini hidupnya, sekalipun orang tuanya memiliki hak untuk memberikan nasehat, keputusan dalam hidupnya akan tetap diambil olehnya sendiri.
“Aku senang dengan kehidupanku saat ini, Papa..”