Remember You
Episode 3 (Masa Sekarang)
~Tawaku Tanpamu~
“Kehancuran yang terus memanggilku pulang”
Dalam kehidupan, tidak pernah ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi.
Kadang, Aileen pikir hidupnya berjalan sangat lancar, namun kenyataannya tidak demikian. Aileen pikir dia sangat beruntung karena memiliki keluarga harmonis yang saling menyayangi satu sama lain, dia juga memiliki seorang tunangan yang begitu baik kepadanya, tapi.. tetap saja ada sesuatu yang terasa kurang.
Satu kepingan yang terasa hilang tanpa pernah Aileen sadari.
Bagaimanapun caranya mencari, Aileen tidak pernah bisa menemukan kepingan tersebut. Bahkan, Aileen tidak tahu hal apa yang hilang dari hatinya. Aileen hanya mencoba menebak, mencoba mencari, namun akhirnya menyerah karena tidak menemukan apapun.
“Hei, apa yang kamu pikirkan, Aileen?”
Dua minggu berlalu dengan sangat cepat, dan saat ini Aileen telah kembali baik-baik saja. Kakinya sudah sembuh, kehidupannya kembali normal, namun.. lagi-lagi dia merasa ada yang janggal.
Sudah dua minggu berlalu dan Adeline masih menghindari dirinya. Entah apa yang sebenarnya terjadi.
“Aku tidak memikirkan apapun..” Kata Aileen sambil tersenyum.
Aileen menatap Keizaro yang sedang duduk di depannya. Pria yang sudah dia kenal hampir sepanjang hidupnya itu tampak mengernyitkan dahinya. Ya, mana bisa Aileen berbohong kepada Keizaro?
“Apa yang kamu pikirkan, Aileen?” Tanya Keizaro sekali lagi.
“Adeline. Adikku itu tampak sangat berbeda dua minggu belakangan ini..” Kata Aileen pada akhirnya.
“Apa yang terjadi kepadanya?” Tanya Keizaro.
Aileen mengendikkan bahunya. Dia juga mengerti. Memangnya apa yang terjadi? Saat itu, Aileen hanya mencoba mencari tahu mengapa Adeline bisa mengenal Eros.
Bukankah wajar jika Aileen merasa penasaran? Saat di rumah sakit, baik Adeline maupun Eros melakukan hal yang tidak wajar. Eros tampak menghindari Adeline, sementara Adeline terlihat sangat terkejut ketika dia bertemu dengan pria itu.
“Entahlah, aku tidak tahu. Cobalah bicara dengannya jika kamu memiliki waktu..” Kata Aileen dengan pelan.
Hubungan Adeline dan Keizaro cukup baik. Bagi Adeline, Keizaro adalah Kakak laki-lakinya sendiri. Ya, sejak dulu anak itu selalu bermimpi memiliki seorang kakak laki-laki. Tapi apa boleh buat? Adeline harus menerima fakta jika dia memiliki dua orang kakak perempuan.
“Memangnya apa yang harus kukatakan kepadanya? Ada masalah apa diantara kalian?” Tanya Keizaro.
Aileen bergeming. Apakah dia harus mengatakan segalanya kepada tunangannya?
Ah, tidak. Ini hanya masalah Adeline, sepertinya Keizaro tidak perlu ikut campur.
“Lupakan saja, aku akan mengurusnya nanti..” Kata Aileen.
“Baiklah kalau begitu, katakan kepadaku, bagaimana kabar Kakakmu?” Tanya Keizaro.
Aruna. Keizaro pasti sedang menanyakan tentang Aruna.
Sejujurnya, Aileen juga menanyakan hal yang sama. Bagaimana kabar Kakaknya? Aruna tidak datang menjenguknya selama dua minggu ini. Ya, Kakaknya itu tahu jika Aileen sedang berada di rumah sakit, tapi dia sama sekali tidak menjenguk. Sepertinya Aruna memang sedang sibuk.
“Aku tidak tahu. Mungkin dia sudah melupakan saudaranya sendiri. Dia sama sekali tidak menghubungiku ataupun menjengukku. Kurasa aku tidak akan datang kalau nanti dia menggelar pesta untuk kelahiran bayinya” Kata Aileen sambil memutar bola matanya.
Sejak dulu hubungannya dengan Aruna memang tidak terlalu baik, tapi Aileen tidak pernah mengira jika Aruna akan setega ini kepadanya. Sebenarnya Aruna tidak perlu menjenguk, perempuan itu mau menelepon saja Aileen sudah sangat senang.
“Apakah dia sedang hamil?” Tanya Keizaro.
Aileen menggelengkan kepalanya.
“Tidak, itu hanya pengandaian saja. Kalau nanti dia hamil dan akan mengadakan pesta kelahiran, aku tidak akan datang. Dia terkesan memutus hubungan denganku sejak tahu jika kita bertunangan” Kata Aileen dengan kesal.
Satu bulan setelah Aileen bertunangan dengan Keizaro, Aruna langsung menikah dengan rekan satu kantornya, seorang Elysium muda yang berkuasa. Kakaknya itu sekarang tinggal bersama dengan suaminya di tempat yang tidak jauh dari kediaman Aileen dan keluarganya.
“Jangan terlalu memikirkan dia. Kadang, aku juga tidak mengerti kenapa Aruna melakukan ini..” Kata Keizaro sambil mengusap lengan Aileen dengan pelan.
Aileen tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
Sebenarnya Aileen tidak menyukai semua ini. Dia tidak suka dengan jarak dan permusuhan yang terjadi diantara dia dan kakaknya. Namun, apa yang harus Aileen lakukan ketika Kakaknya sendiri seakan memutus hubungan dengannya?
***
Aileen melangkahkan kakinya dengan pelan. Setelah makan siang bersama dengan Keizaro, Aileen berencana untuk kembali membicarakan rancangan tentang kegiatan amal yang rencananya akan dilakukan bulan depan.
Kegiatan amal kali ini berbeda dengan kegiatan amal yang dilakukan biasanya, kali ini akan ada banyak donatur yang berpartisipasi. Aileen juga membuat rencana agar kegiatan amal kali ini bisa disalurkan secara merata kepada ribuan orang tanpa kasta yang hidup terlunta-lunta di bawah jembatan.
“Nona, ada yang ingin menemui Nona..”
Salah satu asisten datang mendekati Aileen begitu Aileen berjalan masuk ke dalam kantor yayasan.
“Siapa yang datang? Kenapa kamu tidak langsung mengabariku jika ada tamu yang sedang menungguku?” Tanya Aileen.
Selama ini, apapun yang terjadi, Aileen akan selalu mengutamakan tamunya dibandingkan urusan pribadinya.
“Ah, itu karena Nona Aruna melarang saya”
Aileen mengernyitkan dahinya. Aruna? Kakaknya itu datang ke sini? Astaga, Aileen bahkan baru saja membicarakan Aruna bersama dengan Keizaro.
“Kakakku datang ke sini? Kenapa kamu tidak langsung mengabari aku?”
Tanpa menunggu lama, Aileen langsung melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruangannya.
Aileen menghembuskan napasnya dengan pelan, dia mencoba untuk tersenyum begitu menemukan kakaknya sedang duduk dengan santai di balik meja kerja Aileen.
Astaga, kenapa Aruna duduk di sana?
“Kakak? Ada apa mencariku di sini?” Tanya Aileen sambil tersenyum.
Karena Aruna duduk di kursi milik Aileen, maka Aileen memilih untuk duduk di depan Kakaknya.
“Ah, kamu akhirnya kembali ke kantor? Bagaimana? Apakah makan siangmu menyenangkan? Kamu makan bersama dengan Keizaro, bukan?”
Aileen mengernyitkan dahinya. Dari mana Aruna tahu jika Aileen baru saja makan bersama dengan Keizaro.
“Iya, aku memang makan bersama dengan Keizaro. Dia tunanganku, tidak akan ada yang melarang jika aku makan bersamanya..” Kata Aileen sambil tersenyum.
Aruna tampak kesal dengan jawaban Aileen.
Astaga, memangnya apa yang salah dari kalimat Aileen? Bukankah memang tidak akan ada yang melarang jika Aileen makan dengan tunangannya sendiri?
“Kamu akan menikah dengannya? Apakah kamu yakin? Kamu tidak tahu seberat apa pernikahan yang dijalani tanpa cinta” Kata Aruna.
Aileen mengerjapkan matanya. Kenapa Aruna terkesan tidak suka dengan rencana pernikahan Aileen?
“Aku tidak tahu seberat apa pernikahan Kakak. Tapi, aku yakin aku akan menjalani pernikahan yang menyenangkan. Keizaro adalah sahabatku, aku mengenanya sepanjang hidupku, tidak akan ada masalah jika hubungan kami berubah dari sepasang sahabat menjadi sepasang suami istri. Oh iya, Kak.. aku sedang sangat sibuk, jika Kakak tidak keberatan, bisakah Kakak meninggalkan ruanganku?” Tanya Aileen sambil berusaha untuk tetap tersenyum.
Aruna mendengus kesal. Tampak dengan jelas jika Kakaknya itu sedang merendahkan Aileen lewat tatapan matanya.
Untuk kali ini, Aileen tidak bisa mentoleransi lagi. sudah puluhan kali kakaknya berusaha untuk meracuni pikirannya. Iya, semua orang juga tahu jika sejak lama Aruna mengejar Keizaro, Kakaknya itu tergila-gila dengan Keizaro. Tapi, bukankah bukan salah Aileen jika akhirnya Keizaro memilih dirinya?
“Kamu hanya sok sibuk dengan terus mengurus yayasan tidak berguna ini. Dengarkan aku Aileen, aku bukan orang munafik yang menyerangmu tanpa pemberitahuan. Kamu seakan sedang mengibarkan bendera perang ketika kamu memilih untuk bertunangan dengan Keizaro. Asal kamu tahu, jika Keizaro tidak memilihku, akan aku pastikan jika kamu juga tidak akan bisa memilikinya..” Kata Aruna sambil tersenyum sinis.
Aileen terisap. Dia sama sekali tidak bereaksi ketika mendengarkan ancaman yang diberikan oleh Aruna. Astaga, Aileen tahu jika Aruna tidak pernah main-main dengan setiap kalimat yang dia katakan. Tidak, Kakaknya itu tidak main-main.
Aileen ingat dengan jelas jika dua tahun yang lalu Aruna juga memberikan ancaman yang sama. Saat itu, entah karena apa mereka berselisih hingga bertengkar, tapi Aileen masih ingat jika Kakaknya tega membuat nyawanya dalam bahaya. Sebenarnya, Aileen mencoba mengingat alasan perselisihannya dengan Aruna, tapi sekuat apapun Aileen berusaha, dia tetap tidak bisa mengingat apapun. Hanya beberapa hal saja yang masih Aileen ingat dengan jelas, saat itu mereka bertengkar, Aruna memberikan ancaman dan Aileen tidak menghiraukannya.
Aileen mengangkat kepalanya, mencoba untuk menatap Aruna yang saat ini terlihat sedang berusaha mengejek Aileen.
“Apa yang Kakak katakan? Bukankah Kakak sudah menikah? Tidak bisakah Kakak berhenti mengusik kehidupanku?” Tanya Aileen dengan pelan.
“Kamu yang mengusikku, Aileen. Sudah aku katakan sejak dulu, jangan melewati batasanmu atau aku akan membuat perhitungan denganmu..”
Aileen memundurkan langkahnya. Aruna masih sama, kakaknya masih tetap sama.
***
Diam-diam Aileen menatap Eros yang sedang duduk bersama dengan para donatur lainnya.
Sebenarnya Aileen tidak berharap banyak kepada pria itu, apalagi setelah kejadian dua minggu yang lalu. Tapi, begitu Aileen melihat Eros datang ke pertemuan hari ini, Aileen tahu jika pria itu memilih untuk tetap menjadi donatur pada kegiatan amal yang akan dilaksanakan bulan depan.
Tanpa sadar, rapat telah berakhir begitu saja. Aileen tidak terlalu memperhatikan jalannya rapat siang ini, sejak tadi dia hanya sibuk dengan pikirannya sendiri.
Begitu semua orang bangkit berdiri dan mulai meninggalkan ruangan ini, secara tidak sadar Aileen menghentikan Eros dengan suara yang cukup nyaring.
Aileen mengerjapkan matanya sendiri ketika hampir semua orang yang ada di ruangan ini berbalik untuk menatapnya dengan penasaran.
“Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan Tuan Eros. Apakah kalian keberatan untuk meninggalkan ruangan ini?’ Tanya Aileen dengan pelan.
Aileen menatap Eros yang tampak mengernyitkan dahinya. Iya, pria itu memang terlihat kembali duduk dengan tenang, tapi tatapannya menjelaskan jika dia sedang merasa tidak nyaman.
Aileen menghembuskan napasnya dengan pelan. Akhirnya di ruangan ini hanya ada mereka berdua saja. Sekarang Aileen bisa menanyakan satu pertanyaan yang terus mengganggu pikirannya sejak dua minggu terakhir.
“Saya tidak memiliki banyak waktu, jadi segera katakan apa yang ingin anda katakan”
Beberapa detik pertama, baik Aileen maupun Eros memang tidak ada yang bersuara. Tapi pada akhirnya, kalimat Eros menginterupsi dan menyadarkan Aileen untuk segera mengatakan pertanyaannya.
“Apakah kamu mengenal adikku?” Tanya Aileen.
Aileen tahu jika ini adalah pertanyaan yang tidak penting untuk Eros, tapi bagi Aileen.. ini sangat penting.
“Pertanyaan macam apa ini?” Tanya Eros sambil bangkit berdiri.
Aileen ikut bangkit berdiri, dia menatap Eros dengan nyalang.
“Apakah kamu mengenal adikku? Dia terlihat mengenalimu saat kalian berpapasan di rumah sakit..” Kata Aileen dengan cepat.
Tanpa sadar, cara Aileen berbicara telah berubah. Tidak ada lagi sapaan formal seperti yang biasa Aileen berikan kepada Eros.
“Jika dia mengenali saya, maka seharusnya anda bertanya padanya. Memangnya saya harus mengenal semua orang yang mengena saya?” Tanya Eros sambil menatap Aileen dengan sinis.
Tidak, Aileen tidak bisa mendapatkan informasi apapun dari Adeline.
“Jadi kalian tidak saling mengenal?” Tanya Aileen.
Eros tampak menarik napasnya dengan pelan.
“Omong kosong macam apa ini? Dia Adeline, dia berusia 20 tahun, tiga bulan lagi usianya 21 tahun. Dia sedang berkuliah di yayasan pemerintah di bidang teknologi. Apa itu yang ingin anda ketahui?”
Aileen menutup mulutnya sendiri. Dari mana Eros mengetahui semua itu?
Astaga, jadi mereka memang saling mengenal?
“Kamu mengenal Adeline?” Tanya Aileen dengan pandangan tidak percaya.
“Adeline Benedict. Dia orang yang cukup dekat denganku.. Aileen, kamu sungguh tidak mengetahui semua itu?”
Kali ini Eros bertanya dengan suara lirih. Mata pria itu tampak memerah, ada lapisan bening yang menyelimuti tatapannya.
Apa? Ada apa sebenarnya?
Aileen memundurkan langkahnya. Hanya dengan melihat tatapan Eros saja, Aileen bisa merasakan kesedihan pria itu.
Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?
“Siapa kamu, Eros? Kenapa kamu menatapku seperti itu?” Tanya Aileen dengan lirih.
Bahkan Aileen ingin menangis saat ini. Tatapan Eros membuat waktu seakan berhenti saat ini juga. Sebuat tatapan penuh luka dan penderitaan yang mendalam.
Apa yang terjadi pada pria itu?
“Kamu sungguh tidak mengingatku?”
“Apa yang sebenarnya aku cari? Kenapa tidak ada satupun yang aku temukan?”